Anda di halaman 1dari 6

f.

skala pengukuran depresi pada usia lanjut


Depresi dapat mempengaruhi prilaku dan aktivitas seseorang terhadap
lingkungannya. Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai
dengan gejala yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan
pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta
valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang paling
mudah digunakan untuk diinprestasikan di berbagai tempat, baik oleh peneliti
maupun praktisi klinis adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini terdiri
dari 30 poin pertanyaan dibuat sebagai alat penapisan depresi pada lansia. GDS
digunakan format laporan sederhana yang diisi sendiri dengan menjawab “ya”
atau “tidak”.
Skor 0-10 menunjukan tidak ada depresi, nilai 11-20 menunjukan depresi ringan
dan skor 21-30 termasuk depresi sedang/berat yang membutuhkan rujukan guna
mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap depresi secara lebih rinci, karena GDS
hanya merupakan alat penapisan. Spesifikasi rancangan pernyataan perasaan
(mood) depresi seperti tabel berikut :

Table 1.1. spesifikasi rancangan kuesioner GDS


Butir soal
parameter favorable unfavorable
Minat aktivitas 2,12,20,28 27
Perasaan sedih 16,25 9,15,19
Perasaan sepi dan bosan 3,4
Perasaan tidak berdaya 10,17,24
Perasaan bersalah 6,8,11,18,23 1
Perhatian/kosentrasi 14,26,30 29
Semangat atau harapan 13,22 5,7,21
terhadap masa depan
Skoring nilai 1 diberikan pada pernyataan favorable untuk jawaban “ya” dan nilai
0 untuk jawaban “tidak” sedangkan pernyataan Unfavorable, jawaban “tidak”
diberi nilai 1 dan jawaban “ya” diberi nilai 0.
Assasment Tool geriatric depressions scale (GDS) untuk mengkaji depresi pada
lansia sebagai berikut :

Table 1.2 Assasment Tool Geriatric Depresion Scale


No Pernyataan Ya Tidak
(1) (2) (3) (4)
1 Apa?kah bapak/ibu merasa puas dengan
kehidupanya?
2 Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak
kegiatan atau kesenangan akhir-akhir ini?
3 Apakah bapak /ibu sering merasa hampa/kosong di
dalam hidup ini?
4 Apakah bapak/ibu sering merasa bosan
5 Apakah bapak/ibu mempunyai harapan besar di
masa depan?
6 Apakah bapak/ibu mempunyai pikiran jelek yang
mengganggu terus menerus?
7 Apakah bapak/ibu memiliki semangat setiap saat?
8 Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatau yang buruk
akan terjadi pada anda?
9 Apakah bapak/ibu merasa bahgaia sebagian waktu?
10 Apakah bapak/ibu merasa tidak mampu berbuat
apa-apa?
11 Apakah bapak/ibu sering mrasa resah dan gelisah?
12 apakah bapak/ibu lebih senang tinggal dirumah
daripada keluar dan mengerjakan sesuatu?
13 Apakah bapak/ibu merasa khawatir tentang masa
depan?
14 Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering pelupa?
15 Apakah bapak/ibu pikir bahwa bapak/ibu sekarang
ini menyenangkan?
16 Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus
asa?
17 Apakah baapak/ibu sering merasa tak berharga
akhir-akhir ini?
18 Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang
masa lalu?
19 Apakah bapak/ibu merasa hidup ini
menggembirakan?
20 Apakah sulit bagi bapak/ibu untuk memulai
kegiatan yang baru?
21 Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat?
22 Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini tidak
ada harapan?
23 Apakah bapak/ibu berpikir bahwa orang lain lebih
baik keadaanya daripada bapak/ibu?
24 Apakah bapak/ibu sering marah-marah karena hal
yang sepele?
25 Apakah bapak/ibu sering merasa ingin menangis?
26 Apakah bapak/ibu sulit berkosentrasi?
27 Apakah bapak/ibu merasa senang sewaktu bangun
dipagi hari?
28 Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di
pertemuan sosial?
29 Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat satu
keputusan?
30 Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah dalam
memikirkan sesuatu seperti dulu?
Keterangan :
Skore 0-10 : tidak depresi
Skore 11-20 : sedang depresi
Skore 21-30 : depresi berat

g. Upaya Penanggulangan Depresi Pada Lansia


Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat perlu
ditekankan pendekatan yang mencangkup fisik,psikilogis,spiritual dan sosial. Hal
tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan
kesehatan pada lanjut usia yang membutuhkan satu pelayanan yang komprehensif.
Pendekatan inilah yang dalam bidang kesehatan jiwa (mental health) disebut
pendekatan eclectic holistik,yaitu pendekatan yang tidak tertuju pada kondisi fisik
aja, akan tetapi juga mencangkup aspek psychological,psikososial, spiritual dan
lingkungan yang menyertainya. Pendekatan holistik adalah pendekatan yang
menggunakan semua upaya untuk meningkatan derajat kesehatan lanjut usia,
secara utuh dan menyeluruh (hawari,1996).
Ada beberapa upaya penanggulangan depresi dengan eclectic holistic approach,
diantaranya :
1) Pendekatan Psikodinamik
Fokus pendekatan psikodinamik adalah penanganan terhadap konflik-
konflik yang berhubungan dengan kehilangan dan stress. Upaya
penanganan depresi dengan mengidentifikasi kehilangan dan stress yang
menyebabkan depresi,mengatasi, dan mengembangkan cara-cara
menghadapi kehilangan dan stressor dengan psikoterapi yang bertujuan
untuk memulihkan kepercayaan diri (self confidence) dan memperkuat
ego.
Menurut kaplan et all (1887), pendekatan ini tidak hanya untuk
menghilangkan gejala, tetapi juga untuk mendapatkan perubahan struktur
dan karakter kepribadian yang bertujuan untuk perbaikan kepercayaan
pribadi,keintiman,mekanisme mengatasi stressor,dan kemampuan untuk
mengalami berbagai macam emosi.
Pendekatan keagamaan (spiritual) dan budaya sangat dianjurkan pada
lansia. Pemikiran-pemikiran dari ajaran agama apapun mengandung
tuntunan bagaimana kehidupan di dunia ini manusia tidak terbebas dari
rasa cemas,tegang,depresi, dan sebagainya. Demikian pula dapat
ditemukan dalam doa-doa pada intinya memohon kepada Tuhan agar
dalam kehidupan ini manusia diberi ketenangan, kesejahteraan dan
keselamatan baik di dunia dan akhirat (Hawari, 1996).
2) Pendekatan Prilaku Belajar
Penghargaan atas diri yang kurang akibat dari kurangnya hadiah dan
berlebihanya hukuman atas diri dapat diatasi dengan pendekatan prilaku
belajar. Caranya dengan identifikasi aspek-aspek lingkungan yang
merupakan sumber hadiah dan hukuman.
Kemudian diajarkan keterampilan dan strategi baru untuk
mengatasi,menghindari,atau mengurangi pengalaman yang menghukum,
seperti assertive training, latihan keterampilan sosial, latihan relaksasi,dan
latihan manajemen waktu. Usaha berikutnya adalah peningkatan hadiah
dalam hidup dengan self-reinforcement, yang diberikan segera setelah
tugas dapat diselesaikan.
Menurut Samiun (2006), ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian hadiah dan hukuman, yaitu tugas dan teknik yang diberikan
terperinci dan spesifik untuk aspek hadiah dan hukuman dari kehidupan
tertentu dari individu. Teknik ini dapat juga mngubah tingkah laku supaya
meningkatkan hadiah dan mengurangi hukuman, serta individu harus
diajarkan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan hadiah dan
mengurangi hukuman.
3) Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah pandangan dan pola pikir
tentang keberhasilan masa lalu dan sekarang dengan cara mengidentifikasi
pikiran negativ yang mempengaruhi suasana hati dan tingkah laku,
menguji individ untuk menentukn apakah pmikiranya benar dan
menggantikan pikiran yang tidak dapat dengan yang lebih baik (Beck, et
al, 1979 ; Samiun, 2006).
Dasar dari pendekatan ini adalah kepercayaan (belirf) individu yang
terbentuk dari rangkaian verbalisasi diri (self-talk) terhadap
peristiwa/pengalaman yang mengalami yang menentukan emosi dan
tingkah laku diri.
Menurut kaplan et all (1997), upaya pendekatan ini adalah menghilangkan
episode depresi dan mencegah rekuren dengan membantu
mengidentifikasi dan uji kognisi negatif, mengembangkan cara berfikir
alternatif,fleksibel dan positif, serta melatih respon kgnitif dan prilaku
yang baru dan penguatan perilaku dan pemikiran yang positif.
4) Pendekatan Humanistik Eksistensial
Tugas utama pendekatan ini adalah membantu individu menyadari
keberadaanya di dunia ini dengan mmperluas kesadaran diri, menemukan
dirinya kembali dan bertanggung jawab terhadap arah hidupnya. Dalam
pendekatan ini,individu yang harus berusaha membuka pintu menuju
dirinya sendiri, melonggarkan belengu deterministic yang menyebabkan
terpenjara secara psikologis (Corey,1993;Samiun,2006). Dengan
meeksplorasi alternatif ini membuat pandangan menjadi real, individu
menjadi sadar siapa dia sebelumnya, sekarang dan lebih mampu
menetapkan masa depan.
5) Pendekatan Farmakologis
Dari berbagai upaya untuk gangguan depresi ini, maka terapi
psikofarmaka (farmakoterpi) dengan obat anti depresan merupakan pilihan
alternatif. Hasil terapi dengan obat anti depresan adalah baik dengan
dikombinasikan dengan upaya psikoterapi.

Anda mungkin juga menyukai