Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KELOMPOK 2A

LAPORAN TUTORIAL KEPERAWATAN GERONTIK


SKENARIO 4 TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES SURYA GLOBAL


YOGYAKARATA
2020
PENYUSUN

1. Okta Imanila 04.17.4478


2. Nur Hanipa 04.17.4476
3. Osa Puspita Dewi 04.17.4479
4. Nur Laila Sari Rumra 04.17.4477
5. Novita sari khouw 04.17. 4474
6. NL. Sitti Aryaningsih 04.17.4472
7. Miya Wahidah Muttaqin 04.17.4470
8. Mera Susanti 04.17.4469
9. Nur Athiroh Annisa 04.17.4475
10. Namira 04.17.4471
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kasus
“It’s So Happy”
Prevalensi lanjut usia semakin lama semakin meningkat, di Panti Wreda
terdapat 10 lansia wanita dengan depresi. Penderita depresi cenderung
memiliki penilaian dan pandangan yang negatif terhadap diri, lingkungan
dan masa depan, pemikiran (pandangan) ini mempengaruhi lansia untuk
berperilaku negatif. Resiko bunuh diri pada lanjut usia wanita yang
mengalami depresi dua atau tiga kali lebih tinggi daripada lanjut usia laki-
laki. Salah satu terapi yang dapat mengurangi tingkat depresi adalah terapi
ketrampilan. Contoh terapi ketrampilan yang ada di Panti Wreda berupa
merajut kain, menyulam benang, dan membuat kerajinan bunga-bungaan.
Harapannya setelah lansia mengikuti terapi ketrampilan tersebut akan
merasa bahagia secara hati dan pikiran serta

B. Daftar Kata Sulit


Tidak ada kata-kata sulit

C. Daftar Pertanyaan
1. Kenapa wanita lebih rentan terkena depresi dibandingkan dengan
lansia pria?
2. Cara mengukur tingkat depresi pada lansia?
3. Bagaimana cara meengatasi depresi pada lansia?
4. Cara mengatasi lansia yang berprilaku negatif?
5. Seberapa besar pengaruh terapi ketrampilan ini bagi lansia?
6. Penyebab lansia depresi?
7. Selain terapi ketrampilan apakah ada terapi lain ntuk mengatasi
lansia yang depresi?
8. Apakah terapi tang diberikan sudah tepat?
BAB II
HASIL

a. Klarifikasi istilah
Tidak ada

D. Jawaban pertanyaan
1. Kenapa wanita lebih rentan terkena depresi dibandingkan dengan
lansia pria?
Jawaban :
 karena wanita mempunyai hormon estrogen dan progesteron
yang harus dikeluarkan jika tidak keluar maka tekanan
depresinya akan meningkat.
 Karena lansia wanita lebih banyak memikirkan hal-hal yang
tidak perlu dipikirkan kalau lansia laki-laki lebih santai.
 Disebabkan oleh hormon pada peremuan lebih cepat labil atau
menimbulkan depresi dan untuk pemulihannya juga paling
lambat karena perempuan menggunakan perasaan dalm
menghadapi masalah apapun baik dari keluarga maupun dari
diri sendiri.
 Karena faktor genetik, masa pubertas, ketika wanita sedang
mengalami menstruasi.

2. Cara mengukur tingkat depresi pada lansia?


Jawaban :
 Untuk mengetahui skala depresi seorang pasien lansia, salah
satu tool yang dapat dipergunakan adalah Geriatric Depression
Scale (GDS). Versi asli dari tool ini terdiri dari 30-item.
Sedangkan versi 15-item dari tool ini telah divalidasi dan telah
banyak dipergunakan untuk versi 5-item GDS telah
dikembangkan dan sebuah studi dilakukan untuk mengetahui
efektivitas lima item yang terdapat pada GDS. Yang terdiri dari
30 pertanyaan, 10 pertanyaan pendek dan 20 pertanyaan
panjang.
 Menggambarkan ekspresi wajah (emot) nanti pasien disuruh
milih untuk menentukan tigkat depresinya.

3. Bagaimana cara meengatasi depresi pada lansia?


Jawaban :
 Olahraga yang rutin, istirahat yang cukup, menggunakan obat
anti depresi, lakukan komunikasi yang baik, melakukan terapi,
pola makan yang sehat, berikan hubungan sosial yang kuat,
banyak membaca buku.
 Meluangkan waktu bersama keluarga, ajak ngobrol lansia, ajak
jalan-jalan.
 Mengasah skill seperti membuat bunga, merajut, memasak, dll.
 Memberikan terapi sesuai hobi lansia seperti menanam
bunga/berkebun atau bisa melakukan kegiatan yang disukainya.

4. Cara mengatasi lansia yang berprilaku negatif?


Jawaban :
 lebih banyak ajak bicara, memberikan nasehat tapi tidak
menggurui dan lebih banyak memberikan contoh kebaikan.

5. Seberapa besar pengaruh terapi ketrampilan ini bagi lansia?


Jawaban :
 Berpengaruh besar untuk mengalihkan fokus lnsia, agar dia
bisa melupakan penyebab depresinya.
 Lansia mempunyai kegiatan yang positif seperti menjahit,
berkebun, dll.

6. Penyebab lansia depresi?


Jawaban :
 Lansia depresi disebabkan terlalu banyak pikiran juga
jarangnya aktivitas dan tidak merasa berguna lagi.
 Memiliki jenis kelamin wanita, tidak memiliki pasangan
(menikah), bercerai (janda/duda), kurangnya pergaulan atau
kehidupan sosial, mengalami peristiwa hidup yang penuh
stress.
 Adanya stress kurang dukungan sosial, kondisi kesehatan yang
lemah dan faktor-faktor tertentu lainnya meningkat resiko
depresi pada lansia.
 Kesepian, penyakit dan kecacatan, sakit kronis ataupun berat,
penurunan kognitif, kerusakan bentuk tubuh akibat
pembedahan atau penyakit dapat berkontribusi pada depresi,
dan mekanisme kopingnya tidak baik.

7. Selain terapi ketrampilan apakah ada terapi lain ntuk mengatasi lansia
yang depresi?
Jawaban :
 Ada, bisa dengan bersih-bersih, senam, masak, bernyanyi,
mengaji, shalat, shalawatan.
 Mengatur pola makan, komunikasi yang rutin dan stabil,
istirahat, bersosialisasi sama temen-temen yang ada di panti.
8. Apakah terapi yang diberikan sudah tepat?
Jawaban :
 Sudah tepat karena terapi yang diberikan seperti menyulam
benang dan menyusun bunga ini adalah kegiatan positif yang
membuat lansia merasa berguna, bahagia yang dapat
menurunkan depresi pada lansia.
 Sudah tepat walaupun masih perlu ditambahkan lagi. Terapi
yang diberikan membuat lansia tidak bosan, meningkatkan
kreatifitas dan membuat lansia tidak produktif.

Pertanyaan LO
1. IRK
2. Definisi Depresi pada lansia
3. Etiologi depresi pada lansia
4. Faktor resiko depresi pada lansia
5. Macam-macam terapi untuk pasien depresi
6. Manifestasi Klinis depresi pada lansia
7. Peran keluarga terhadap lansia yang depresi
8. Tingkat depresi pada lansia
9. Askep dari pengkajian sampai dengan implementasi.
III. JAWABAN LO (LEARNING OBJEKTIF)

1. IRK
 “Sesungguhnya termasuk dalam pengagungan terhadap Allah
Ta’ala adalah memuliakan orang-orang lanjut usia yang
muslim” (HR. Abu Dawud no. 4843. Dinilai hasan oleh Syaikh
Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2199).
 "hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari tuhanmu dan penyembuh bagi pnyakit² (yg berada) dlm
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang² yg beriman. (QS.
Yunus ayat 10)
 “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami
ialah Allah", Kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak
ada kekhawatiran (khafun) terhadap mereka dan mereka tiada
(pula) berduka cita (yahzanun).” (QS Al Ahqaf 13)
 Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu!
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang
siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran (“khauf”) atas mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati (“huzn”)". (QS Al Baqarah: 38).
 “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan.” (Qs Al Anbiya’: 35)
 Ibnu Katsir –semoga Allah Ta’ala merahmatinya– berkata,
“Makna ayat ini yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia),
terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan,
agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar,
serta siapa yang bersabar dan siapa yang beputus asa.” (Tafsir
Ibnu Katsir, 5/342, Cet Daru Thayyibah)
 Mengikuti petunjuk ajaran Allah dan Rasul-Nya
“Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu!
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang
siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran (“khauf”) atas mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati (“huzn”)". (QS Al Baqarah: 38).
2. Definisi Depresi pada lansia
 Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta
bunuh diri (Kaplan, 2010)
 Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) disertai gejala psikologis,
gangguan somatik maupun psikomotor dalam waktu tertentu (Hawari,
2000)
 Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan
dimanefestasikan dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang
hebat, lama dan menetap pada indiviu yang bersangkutan.Depresi
merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek
dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi
sesuai dengan faktor pencetusnya. (H. Iyus Yosep dan Titin Sutini, 2007)
 Depresi merupakan suatu gangguan mood. Mood adanya suasana perasaan
yang meresap dan menetap yang dialami secara internal dan yang
mempengaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunia
( sadock & sadock, 2007)
 Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius.
WHO menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke empat penyakit
dunia. Depresi mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki dalam
kehidupan (Nurmiati,2005). Depresi digunakan dalam arti yang luas untuk
menggambarkan suatu sindrom yang mencakup kumpulan dari manifestasi
fisiologis, afektif dan kognitif. Depresi bias berkisar pada tingkat
keparahan dari gejala ringan sampai bentuk yang lebih parah yang
mencakup berfikir delusi, perhatian somatik yang berlebihan dan
keinginan bunuh diri sepanjang hidup. Depresi adalah gangguan kejiwaan
yag paling umum pada usia lanjut, tetapi sering salah didiagnosa dan
diobati.
3. Etiologi depresi pada lansia
 penyebab depresi pada lansia dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik,
dan faktor psikososial.
a. Faktor biologi
Faktor biologis penyebab depresi dibedakan menjadi:
1) Kelainan amin biogenik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin
biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA
(Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di
dalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood.
Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan
epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada
pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Selain
itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak
pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin,
dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson,
adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi
dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala
depresi (Kaplan, 2010).
2) Disregulasi neuroendokrin
Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima
input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pasien
yang mengalami depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin.
Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung
amin biogenik.Sebaliknya, stress kronik yang mengaktivasi aksis
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan
pada amin biogenik sentral.Aksis neuroendokrin yang paling sering
terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan.Aksis HPA
merupakan aksis yang paling banyak diteliti (Landefeld et al, 2004).
Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat
fundamental pada pasien depresi.Hipersekresi yang terjadi diduga akibat
adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limpik atau
adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang
mengatur CRH (Kaplan, 2010).Sekresi CRH dipengaruhi oleh
emosi.Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan
Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem
endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik.Emosi mempengaruhi
CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld,
2004). Orang yang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormone
estrogen. Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik
negrostriatal terhadap neurotoksin seperti MPTP, 6 OHDA dan
methamphetamin.Estrogen bersama dengan antioksidan juga merusak
monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002). 3) Kehilangan saraf atau
penurunan neurotransmiter Sistem saraf pusat mengalami kehilangan
secara selektif pada sel – sel saraf selama proses menua. Walaupun ada
kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama rentang hidup,
degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel
di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus
olfaktorius (Lesler, 2001). Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan
dengan umur tentang penurunan aktivitas dari noradrenergik, serotonergik,
dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas
menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan dengan
umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999). Penelitian genetik dan keluarga
menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat
pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan
2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan
sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot
(Davies, 1999).
Menurut Lesler (2001), pengaruh genetik terhadap depresi tidak
disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan
dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua
bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap
penyakit adalah genetik.
b. Faktor Psikososial
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah
kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor
psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut
usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan.
Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya
otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan,
peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi
kognitif (Kaplan, 2010), sedangkan menurut Kane, faktor psikososial
meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan
hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan,
kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 2001).
Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa
kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika,
kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan,
2010).
Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi lansia, telah ditunjukkan
dalam sebuah penelitian oleh Saputri dan Indrawati (2012), bahwa
dukungan sosial memiliki korelasi negatif yang tinggi dan bermakna
terhadap timbulnya gejala-gejala depresi lanjut usia. Depresi terjadi lebih
banyak pada umur yang lebih tua dan dukungan keluarga yang rendah.
 Stanley dan Beare (2007) menyebutkan bahwa terjadinya depresi pada
lansia dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti gangguan fisik,
isolasi sosial dan kesepian, sikap dari lanjut usia, penyangkalan, dan
pengabaian terhadap proses penuaan normal.
 Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada
individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian
antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai
mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010).
Kepribadian dasar seseorang amat ditentukan pada masa kanak-kanak.
Salah satunya adalah lingkungan sosial. Peristiwa tidak menyenangkan
pada masa kecil dapat mempengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang
ketika ia dewasa (Santoso dan Ismail, 2009).
 Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan
bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi
(Kaplan, 2010). Upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud
sebagaimana dikutip Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan antara
kehilangan objek dan melankolia. Kaplan (2010) menyatakan bahwa
kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena
identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi
mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu
objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar
bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda
dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri,
sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.
 Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu,
menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup,
penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang
negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010).
 Stanley dan Beare (2007) menyebutkan bahwa terjadinya depresi pada
lansia dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti gangguan fisik,
isolasi sosial dan kesepian, sikap dari lanjut usia, penyangkalan, dan
pengabaian terhadap proses penuaan normal.

DAFTAR PUSTAKA
FORM PENILAIAN LAPORAN
Nama Kelompok/Kelas : 2A/KP/VII
Hari/Tanggal :
Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik
Nama Mahasiswa :
1. Nur Athiroh A. 5. Nur Hanifah
2. Okta Imanillah 6. NL.Sitti Aryaningsih
3. Novita sari Khouw 7. Osa Puspita Dewi
4. Miya Wahidah. M 8. Nur Laila Sari Rumra
NO ITEM PENILAIAN 5 4 3 2 1

1. Penulisan laporan sesuai format


yang di berikan

2. Menjelaskan data terkait topic

3. Kesesuaian topic dengan data


penunjang

4. Menjelaskan isi topic dengan jelas


dan rinci

5. Menampilkan data terbaru

6. Menampilkan critical analisis


terhadap topic

7. Memberikan literature/referensi
yang adekuat berdasarkan evidence

8. Menyimpulkan topic secara jelas


dan rinci

9. Menggunakan penulisan yang


benar (EYD) dan kesalahan
penulisan

10. Menampilkan konsistensi penulisan


(topic, tujuan, dan evaluasi)
TOTAL SKOR

NILAI AKHIR

Comments……………………………………………………………………
…………

………………………………………………………………………………
………….
………………………………………………………………………………
………….

Instruktur:

Anda mungkin juga menyukai