Dosen Pengampuh:
Ns. Aulia Akbar, M.Kep, Sp.Kep.J
Disusun oleh:
Kelompok 6
Listiawati
Aulia Syafira
Celline Handika
Fitri Ramadhani
PRODI SI KEBIDANAN
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Gangguan Psikologis Pada Lansia” ini
dengan baik.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi
lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PEMBUKAAN
A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan
C. Manfaat penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi lansia
B. Gangguan psikologis pada lansia
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses
penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada
kenyataannya proses in menjadi beban bagi orang lain dibandingkan dengan
proses lain yang terjadi. Pertumbuhan Lansia yang terus meningkat akan
menyebabkan beberapa masalah yang timbul oleh proses penuaan. Tenaga
kesehatan yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek
penuaan yang normal dan tidak normal. Lanjut usia juga memiliki resiko
tinggi untuk bunuh diri dan gejala psikiatrik akibat obat. Banyak gangguan
mental pada lanjut usia dapat dicegah, dihilangkan, atau bahkan dipulihkan.
Saat ini udah dapat diperkirakan bahwa 4 juta lansia di Amerika mengalami
gangguan kejiwaan seperti demensia, psikosis, atau kondisi lainnya. Hal ini
menyebabkan perawat dan tenaga kesehatan profesional yang lai memiliki
tanggung jawab yang lebih untuk merawat Lansia dengan masalah kesehatan
jiwa dan emosi.
B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja jenis Gangguan Psikologi pada lansia
2. Untuk dapat memahami tentang Asuhan dalam Gangguan Psikologi pada
lansia
C. Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Asuhan dalam Gangguan
Psikologi pada lansia
2. Memudahkan kita sebagai tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan
pada Lansia yang mengalami Gangguan Psikologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia
Orang lanjut usia atau biasa disebut Lansia menurut Departemen
Kesehatan ialah seseorang yang sudah mencapai umur 60 tahun dan
mengalami penuaan dari segi fisik, biologis, sosial dan kejiwaan.
WHO membagi Lansia menjadi 3 kategori sebagai berikut :
1. Usia lanjut : 60 – 74 tahun.
2. Usia Tua : 75 – 89 tahun.
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun.
Penatalaksanaan
1) Pemberian medikasi neuroleptic konvensional
Penatalaksanaan ini efektif dalam menangani gejala positif tetapi
pada lansia terdapat resiko tinggi dengan efek yang persisten
seperti diskenia tardif (Jeste, 2013.,p.665).
2) Dukungan keluarga pada lansia yang mengidap penyakit
skizofrenia, keluarga harus memahami tantangan pada lansia
dengan gangguan Kesehatan mental (Black & Hawks, 2014.,p.
641).
3) Terapi zikir
Terapi zikir dilakukan pada penderita skizofrenia untuk mencari
ketenang dengan menggunakan terapi zikir diawali dengan
kegiatan senam, melatih pernapasan dan zikir dengan lafadz
Bismillah dan La Illa Ha Ilallah selama 60 menit (Seotji,
2017.,p.27).
4) Terapi Kognitif
Terapi dilakukan dengan membuang pikiran negtif pasien dengan
cara menceritakan apa yang dirasakan oleh pasien
(Andi,2018.,p.90).
Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala depresi
lain pada lanjut usia
1. Kecemasan dan kekhawatiran
2. Keputusasan dan keadaan tidak berdaya
3. Masalah-masalah somatik yang tidak dapatdijelaskan
4. Iritabilitas
5. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis ataudiet
c. Neurosis
Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia
(lansia). Sering sukar untuk mengenali gangguan ini pada lanjut usia
(lansia) karena disangka sebagai gejala ketuaan. Hampir separuhnya
merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan
separuhnya lagi adalah gangguan yang didapatkannya pada masa
memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan neurosis pada lanjut usia (lansia)
berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam memasuk tahap lanjut
usia (lansia). Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala utama.
Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas perilaku orang neurosis tetap
baik, namun secara kuantitas perilakunya menjadi irrasional. Sebagai
contoh : mandi adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang normal sehari 2
kali, namun bagi orang neurosis obsesive untuk mandi, ia akan mandi
berkali-kali dalam satu hari dengan alasan tidak puas-puas untuk mandi
Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Neurosis cemas dan panic
2) Neurosis obsesif kompulsif
3) Neurosis fobik d. Neurosis histerik (konversi)
4) Gangguan somatoform
5) Hipokondriasis.
d. Delirium
Delerium merupakan Sindrom Otak Organik ( SOO ), yang ditandai
dengan fluktuasi kesadaran, apatis, koma, sensitif, gangguan proses
berpikir. Konsentrasi pada lanjut usia akan mengalami kebingungan dan
persepsi halusinasi visual ( pada umumnya ). Psikomotor akan mengikuti
gangguan berpikir dan halusinasi.
1. Gejala delirium yaitu
1) Gangguan dalam perhatian, memori (ingatan), pemahaman,
kewaspadaan
2) Gangguan dalam siklus bangun tidur
3) Penurunan aktivitas psikomotorik
2. Faktor risiko
1) Usia yang lebih tua (>70 tahun)
2) Obat penenang-hipnotik:benzodiazepine
3) Tingkat keparahan penyakit medis yang lebih tinggi
4) Riwayat delirium sebelumnya
5) Depresi, gangguan kognitif
6) Penyalah gunaan alcohol
3. Penatalaksanaan
1) Pemberian obat antipsikotik (farmakologi)
2) Menyediakan lingkungan yang tidak ambigu
seperti singkirkan benda yang berbahaya atau yang tidak
perlu dari sekitar, hindari kebisingan, jika memungkinkan
sediakan kamar tunggal akan membantu memberikan
istirahat yang lebih baik
3) memberikan dukungan dan orientasi
yaitu komunikasi dengan bahasa yangmudah dipahami,
lambat, tegas, jelas
4) Jika pasien mengalami nyeri adekuat: gunakan tindakan non
farmakologi. Jjika nyeri parah gunakan analgesik (non
narkotika yang sesuai)
5) Hentikan Obat yang tidak perlu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia memiliki kerentanan pada suatu penyakit karena mengalami
penurunan fungsi baik fisik maupun psikologis. Tenaga kesehatan jiwa lansia
mengkaji penyediaan perawatan lain pada lansia untuk mengidentifikasi
aspek tingkah laku dan kognitif pada perawatan pasien. Perawat jiwa lansia
harus memiliki pengetahuan tentang efek pengobatan psikiatrik pada lansia.
Mereka dapat memimpin macam-macam kelompok seperti orientasi,
remotivasi, kehilangan dan kelompok sosialisasi dimana perawat dengan
tingkat ahli dapat memberikan psikoterapi.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat diambil ilmunya
semaksimal mungkin. Dan dalam penyusunan ini penulis telah berusaha
semaksimal mungkin, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari sepenuhnya dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
oleh sebab itu dibutuhkan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Sandeep, Grover, and Ajit Avasti. Clinical Practice Guidelines for Management of
Delirium in elderly. Indian Journal Psychiatry. 2018;60 (suppl 3): S329-
S340