Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis
MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Dewi Septi Ambarwati (701180020)
Neng Rohmah Nurazizah (701180022)
Neng Yesi Meirini (701180029)
Leni Septiani (701180035)
Risa Suherti Octaviani (G1A160013)
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
anugerah kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul “Gangguan
Psikososial, gangguan tidur Keperawatan Kritis”.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media elektronik berupa
Internet dan media cetak. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok satu yang telah
memberikan partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah
pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belumlah
sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
makalah ini menjadi sempurna.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insomnia biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya,
seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup
manusia. Oleh karena tingginya angka insomnia yang dialami lansia di Indonesia kami
selaku penulis tertarik untuk membahas mengenai gangguan insomnia pada lansia di
makalah yang berjudul “konsep dan asuhan keperawatan Pada lansia dengan insomnia”
penulis akan membahas lebih jelas mengenai konsep penyakit insomnia dan asuhan
keperawatan insomnia pada lansia.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan tentang ansietas.
2. Untuk mengetahui managemen asuhan keperawatan ansietas.
3. Untuk mengetahui laporan pendahuluan Insomnia pada lansia.
4. Untuk mengetahui managemne asuhan keperawatan insomnia pada lansia.
C. Manfaat
1. Diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan yang mendukung dan memdai
tentang penanganan ansietas dan insomnia pada lansia.
2. Menambah wawasan bagi mahasiswa- mahasiswi Ilmu Keperawatan dalam hal
pemahaman managemen gangguan psikososial dan gangguan tidur.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian
besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi
biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding kecemasan,
gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.
3. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan
dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
b. dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
c. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
d. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
e. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
f. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
g. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
h. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
i. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
a. perkembangan seksual
b. perubahan hubungan dengan teman sebaya.
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman konsep diri sekunder akibat :
a. Kehamilan.
b. Menjadi orang tua.
c. Perubahan karir.
d. Efek penuaan.
4. Lanjut Usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekuder akibat :
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik.
c. Masalah keuangan.
d. Perubahan pada masa pension.
G. Mekanisme Koping
c. Perilaku kompromi
Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang digunakan
untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk mempertahankan
keseimbangan.
H. Tanda dan Gejala
1. Respons fisik :
a. Kardiovaskular :
Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi Cepat
b. Pernafasan :
Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal, Pembengkakan
Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
c. Neuromuskular :
Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang, Kelemahan Umum,
Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
d. Gastrointestinal :
Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pd Abdomen
e. Traktur Urinarius :
Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing
f. Kulit :
Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit
2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus
pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin.
b. Analisa Data
Data yang perlu dikaji ada dua tipe yaitu sebagai berikut:
1. Data Subyektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya, misalnya
tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan lemah, (Potter & Perry).
2. Data Obyektif
c. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Ansietas b.d krisis emosional
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
d. Intervensi Keperawatan
• Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
• Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
• Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
• Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif
• Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
• Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
• Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
• Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
bronkhodilaor
Terapeutik
• Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
• Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
• Fasilitasi istirahat dan
tidur
• Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
• Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi
meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
• Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
B. Konsep Gangguan Tidur
1. Definisi
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan
pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua
lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang
muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.
2. Anatomi Fisiologi
Neuroanatomi Pusat Pengaturan
Tidur
c. Locus Coeruleus
Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal
serta bersifat Noradrenergik. Locus coeruleus aktif pada saat
bangun dan tersupresi parsial pada fase NREM serta inaktif
pada fase REM. Bagian ini memiliki fungsi untuk menginhibisi
aktivitas dari LDT/PPT, juga aktivitas dari bagian ini pula
terinhibisi oleh neuron GABA-ergik (Carney, 2005, Posner,
2007, Shneerson, 2005).
d. Nucleus Raphe
Nukleus ini terletak di garis tengah dan bersifat
serotonergik. Bagian yang terpenting dari nukleus ini adalah
nucleus raphe dorsalis. Nukleus ini bersifat aktif saat bangun,
tersupresi secara parsial saat NREM dan inaktif saat REM.
Kinerja nya di inhibisi oleh neuron GABA-ergik serta jika aktif,
berfungsi menghambat aktivitas LDT/PPT serta memberikan
proyeksi ke hipotalamus. Diduga nukleus ini memliki kontribusi
terhadap respon motorik,otonom serta status emosional saat
perubahan dari tidur ke bangun (Carney, 2005, Shneerson,
2005, Chiong, 2008 ).
f. Sistem Mesolimbik
Sistem ini berasal dari area ventral dari tegmentum
mesencephalon, serta memiliki proyeksi ke area prefrontal dari
korteks serebri dan sistem limbik yang meliputi amigdala
,hipokampus serta nukleus retikularis thalami. Sistem ini
bersifat dopaminergik serta dapat menyebabkan keterjagaan
sebagai akibat dari stimulus yang didapat (Posner, 2007,
Shneerson, 2005).
h. Nuklei Perifornical
n. Zona Subparaventrikuler
Letaknya berdekatan dengan dengn SCN input yang
berasal dari bagian ini kemudian akan secara terintegrasi akan
mempengaruhi ritme sirkadian, temperatur (melalui
VMPO),perilaku dan fungsi endokrin (Chiong, 2008, Aminoff,
2008).
o. Nukleus Dorsomedial
Nukleus ini menerima jaras dari zona subparavetrikuler
serta memberikan proyeksi ke nukleus paraventrikuler dan
nukleus perifornikal dan berperan dalam inhibisi VLPO ,
pengaturan suhu tubuh, perilaku makan dan keterjagaan.
(Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008)
s. Sistem Limbik
Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik
maupun reaksi emosional seseorang terhadap stimulus eksternal
dan memori sehingga menyebabkan sistem ini bersifat fleksibel
dan adaptif. Area –area yang termasuk dalam sistem limbik
meliputi girus cingulate anterior, girus para-hipokampalis,
formasio hipokampal di lobus temporalis, regio orbito- frontal
di korteks prefrontal. Sistem ini tidak aktif pada fase NREM
tetapi aktif pada saat REM. Bagian dari sistem limbik yang
terletak di substansia grisea dari periaquaduktus sylvii
memberikan impuls yang mempengaruhi kinerja dari saraf
simpatis (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005).
t. Thalamus
3. Fisiologis Tidur
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan
kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan
kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang
dihadapi.
Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100
menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya
berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi
atau bangun.
Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat
rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya,
denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan
relaksasi yang dalam.
Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal
bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya
masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah
sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan
sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awall tidur yang didahului oleh fase NREM
kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut:
- NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 : 13-
REM; 25 %.
5. Klasifikasi
a Dissomnia
• Gangguan tidur intrisik
Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki gelisah, obstruksi saluran
nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur berlebihan (hipersomnia), idiopatik.
b Parasomnia
• Gangguan aurosal
Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur teror, aurosal konfusional
• Gangguan antara bangun-tidur
Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki, gangguan gerak berirama
• Parasomnia lain-lainnya
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuh tidur
(failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep),
bangun terlalu dini atau kombinasi daintaranya.
• Narkolepsi
Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari pada siang hari,
biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu
pasien akan segar kembali dan terulang kembali 23 jam berikutnya. Gambaran
tidurnya menunjukkan penurunan fase REM 30-70%. Pada serangan tidur dimulai
dengan fase REM.
Sering timbul pada fase NREM atau saat onset tidur sehingga menyebabkan
gangguan tidur kronik yang terputus. Lesi pada pusat kontrol pacemaker batang
otak. Insidensi 5% dari orang normal antara usia 30-50 tahun dan 29% pada usia
lebih dari 50 tahun.
Berat ringan gangguan ini sangat tergantung dari jumlah gerakan yang terjadi
selama tidur, bila 5-25 gerakan/jam: ringan, 25-50 gerakan/jam: sedang, danlebih
dari 50 kali/jam : berat. Didapatkan pada penyakit seperti mielopati kronik,
neuropati, gangguan ginjal kronik, PPOK, rhematoid arteritis, sleep apnea,
ketergantungan obat, anemia.
Ditemukan pada penyakit gangguan ginjal stadium akut, parkinson, wanita hamil.
Lokasi kelainan ini diduga diantara lesi batang otakhipotalamus.
a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stress psikososial
Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antara
bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan sistem otonom.
Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan diikuti aurosal dan
amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.
Pada gambaran EEG menunjukkan iram acampuran terutama theta dengan gelombang
rendah. Bahkan tidak didapatkan adanya gelombang alpha.
7. Etiologi
1. Faktor psikologis
insomnia
Faktor Faktor
Faktor
Lingkungan Fisiologis
psikologis
Cemas
Merangsang Sistem
Aktivasi Retikuler
(SAR) untuk
menurunkan
pengeluaran
serotonin
1. Terapi Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek samping yang
ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini
hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-
obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara
pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek
samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik,
gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir,
mulut kering, dsb ( Remelda, 2008).
a. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan gangguan
tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang
membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga klien mengalami
keluhan yang dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit – penyakit lain.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
d) Obat yang pernah digunakan
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang dialami
keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau pun penyakit lain.
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama.
c) Genogram
d) Pengkajian Keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai
apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan
kesehatannya.
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui
lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang diperoleh
dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical sign merupakan tanda-tanda
yang diperoleh dari keadaan fisik klien yang menunjang, diet pattern merupakan
pola diet atau intake makanan dan minuman yang dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau,
karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram
otot, tonus otot menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot, serta mengenai
kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien.
5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan
indera
6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan peran
diri
7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
8) Pola peran & hubungan
9) Pola manajemen & koping stres
10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tanda- tanda
vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
(a) Kepala
(1)Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar,
penampilan, depigmentasi.
(2)Muka/ Wajah Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan? penampilan
berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah
mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
(4)Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang
telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen telinga berkurangnya
pendengaran, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran
(5)Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri tekan?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
(6)Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
(7)Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-
tanda infeksi faring, cairan eksudat?
(b) Leher Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugularis?
(c) Thorax Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale?
Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah sesak nafas, batuk,
sputum, nyeri dada.
(d) Jantung Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?
Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
(e) Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda
meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
(f) Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
B. Diganosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul akibat dari insomnia sebagai berikut :
1.Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
2. Keletihan b.d gangguan tidur
3. Ansietas b.d tingkat kecemasan
C. Intervensi Keperawatan
Inisial : Ny. M
Umur : 53 tahun
KJenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Melayu
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam
1. Alasan Masuk
Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD Soedarso . Klien
melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali. Tetapi tidak ada perubahan yang signifikan. Klien
terkena stroke sudah 4 kali. Dan yang terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2015 klien
tiba-tiba terjatuh saat ingin ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri tubuh klien
dari ekstremitas atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo
Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan sebelumnya 3
kali terkena tidak sampai seperti ini. Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny.
M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan
kesehatan karena kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan seperti dulu.
Masalah Keperawatan : Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan, Kurang
Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.
2. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai seperti ini.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien sering
menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama suaminya.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga
walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien. Kakak
klien memiliki riwayat hipertensi . Suami klien ada riwayat hipertensi.
3. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali terkena dan
terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang lain .
3. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien merasa cemas
dengan masalahnya
4. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 220 / 100 mmHg N : 88 x/mt S : 36.7 0C P: 22 x/mt
2. Ukur
TB : 153 cm BB : 46 kg (*) turun ( ) naik
3. Keluhan Fisik ( ) ya (*) tidak
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan
5. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Sudah meninggal :
Klien :
Tinggal serumah :
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun. Klien sudah
menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan suami dan 3 orang
anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik.
Orang yang terdekat dengan klien adalah suaminya.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien juga
mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang rumahnya.
Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani, menonton TV dan
berbincang-bincang dengan anak dan suaminya. Semenjak sakit klien hanya bisa
menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan suaminya
c. Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak bisa memenuhi
perannya.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya setinggi-
tingginya.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan anaknya.
Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada suami dan anaknya
pasti akan membantu memecahkan masalah yang dialami klien. Klien tidak mengikuti
kegiatan diluar rumah karena kondisinya.
4. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Klien
mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan kodisinya saat ini, dan berharap diberi
kesembuhan atas penyakitnya.
6. Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan tempatnya.
Rambut klien tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
2. Pembicaraan
Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat). Klien menjawab
pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses wawancara klien berbicara
mengenai satu topik dengan jelas (Isi pembicaraan).
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien
tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada komplikasi lain.
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira. Klien
terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak mata
klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab
pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien mengatakan tidak
pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan ada
hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu topik.
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan mengenal
dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran klien terhadap
waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu maupun
saat ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah makan atau
belum, jam berapa. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang ditanyakan.
Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu untuk menjawab hitungan
sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan berladang atau
menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih menyiapkan sarapan terlebih
dahulu karena kalau sudah membuat sarapan klien leluasa keladangnya
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
signifikan Pengetahuan
Klien mengatakan
sebelumnya 3 kali terkena
stroke tidak sampai seperti ini Ansietas
Klien khawatir adanya
komplikasi yang lain
Keluarga mengatakan
bingung melihat kondisi Ny.
M seperti ini, tidak tahu
merawatnya dan sudah lama
tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan karena kondisi Ny,
M tidak bisa berjalan
DO :
TTV
TD : 220/100 mmHg
N : 88x/menit
P : 22x/menit
TB : 153 Cm
BB : 46 kg
Klien terlihat lemas dan
murung
Saat wawancara klien
berbicara pelo (Kurang jelas,
harus mendengarkan dari
dekat)
Klien terlihat cemas dan
bingung
Klien dan keluarga tidak tahu
bagaimana cara merawatnya
karena sudah lama tidak
kontrol ke pelayanan
kesehatan.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa bingung, khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, tanpak gelisah.
D. Intervensi Keperawatan
Edukasi
• Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami.
• Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
• Anjurkan keluarga
untuk tetap
bersama pasien
• Anjurkan
melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif
• Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
• Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
• Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
• Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
• Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas
LAPORAN KASUS GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN GANGGUAN POLA
TIDUR
Asuhan Keperawatan dengan gangguan pola tidur
Seorang pasien laki-laki usia 70 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan sulit
untuk tidur,pasien mengatakan membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk tidur,sering
terbangun dimalam hari dan sulit untuk tidur lagi,pasien mengatakan sering mengantuk
pada siang hari dan sulit berkomunikasi, istri mengatakan suaminya sering marah. Pasien
juga sering mengonsumsi kopi dimalam hari,pasien terlihat lemas dan mengantuk pada
siang hari,pasien mengatakan tidak tahu cara untuk mengatasi masalah tidurnya,pasien
tidak bisa menjawab saat ditanya masalah apa yang membuatnya susah tidur ,TTV,TD:
100/90,N:105 X/mnt,RR: 24 X/mnt,S: 370C.
i. Pengkajian
1) DATA BIOGRAFI
Nama : Tn. A L/P
Tempat&tanggal lahir :Sumbawa,22 maret 1948 Gol.Darah:O/A/B/AB
Pendidikan terakhir : SMP
Agama :Islam
Status perkawinan :Menikah
Alamat : Jln.kambing hitam NO.22
Telp :0819167878787
Orang yang dekat dihubungi :NY.M L/P
Hubungan dengan lansia : Istri
Alamat : Jln.kambing hitam NO.22
2) RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Keterangan :
3) RIWAYAT PEKERJAAN
1. Pekerjaan saat ini
saat ini pasien bekerja menjaga toko yang dibangun di rumahnya sendiri
2. Pekerjaan sebelumnya
sebelumnya pasien adalah seorang penjual sate keliling
5) RIWAYAT REKREASI
1. Hobi/minat : Mancing
2. Keanggotaan organisasi :-
3. Liburan/perjalanan :belum perna malakukan liburan atau perjalanan jauh
6) STATUS KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh tidak bisa tidur
2. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan tidak bisa tidur,ia membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk
tidur dan sering terbangun tengah malam,dan pagi harinya selalu terlihat lemah dan
mengantuk,pasien sering mengonsumsi kopi dimalam hari.
3. Riwayat penyakit 1 atau 5 tahun yang lalu
Selama ini pasien tidak menmiliki riwayat penyakit apapun
8) TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Compos metis (CM)
Tingkat kesadaran :15
Skala koma Glasgow :E4V5M6
Tanda-tanda vital : TD :100/90 mmhg,N : 105x/mnt ,S :370C, RR: 24
x/mnt
Do :
Gangguan Pola
• pasien terlihat lemas dan
Tidur
mengantuk.
• TD: 100/90,N:105 X/mnt,RR:
24 X/mnt,S: 370C.
• Pasien terlihat lemas dan
mengantuk.
• Pasien terlihat bingung saat
ditanya mengapa tidak bisa
tidur
E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Keperawatan (SLKI) Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
1. D.0055 L.05045 Pola Tidur Gangguan Pola Tidur
Gangguan (SLKI, 2019; hal 96) Intervensi Utama :
Pola Tidur I.05174 Dukungan Tidur
b.d kurang Setalah dilakukan (SIKI, 2018; hal 48)
kontrol tidur tindakan keperawatan
d.d mengeluh maka pola tidur membaik Observasi
sulit tidur, dengan kriteria hasil : • Identifikasi pola
mengeluh • Keluhan sulit tidur aktivitas dan tidur
sering (Menurun) • Identifikasi faktor
terjaga. • Keluhan sering pengganggu tidur
(SDKI, 2017; terjaga (Menurun) • Identifikasi makanan
hal 126) • Keluhan pola tidur dan minuman yang
berubah mengganggu tidur
(Menurun) • Identifikasi obat tidur
• Keluhan tidak yang dikonsumsi
puas tidur Terapeutik
(Menurun) • Modifikasi lingkungan
• Batasi waktu tidur sian,
jika perlu
• Fasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
• Tetapkan jadwal tidur
rutin
• Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
• Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
• Jelaskan pentingnya
idur cukup selama sakit
• Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
• Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu tidur
• Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
• Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur
• Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Bulechek. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Singapore: Elsevier.
Dalami. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah Psikososial: Jakarta. CV. Trans
Info Media.
Heather. PhD, RN. (2011). Nanda International Diagnosis Keperawatan Defenisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Judith. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 7.
Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Riyadi. (2013). Asuhan keperawatan jiwa. Edisi 1.Yogyakarta: Grahana Ilmu.
Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut Dan
Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Jakarta. FKUT.
Puri, B.K. 2011. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Hal: 268. Jakarta : EGC.
Rafknowledge, 2004. Insomnia Dan Gangguan Tidur Lainya. Jakarta: Gramedia