DAN PALIATIF
OLEH:
NAMA KELOMPOK :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji sykur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
menyadari bahwa berkat rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Menjelang Ajal dan Paliatif” dengan lancar.
Tersusunnya makalah ini juga tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari dosen, maka dalam
kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mohon
kritik dan saran para pembaca untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Kami selalu berharap
semoga makalah ini dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan yang bermanfaat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover..........................................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar isi.....................................................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan.....................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
Bab 2 Pembahasan.....................................................................................................3
Bab 3 Pembahasan.....................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................16
Daftar Pustaka............................................................................................................ 17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh,dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Meski pada akhirnya pasien meninggal dunia,
yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual,serta tidak
setres menghadapi penyakit yang di deritanya. Prinsip perawatan paliatif : Menghargai
setiap kehidupan, Mengganggap kematian sebagai proses yang normal, Tidak mempercepat
atau menunda kematian, Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan,
Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, Mengintegrasikan aspek
psikologis , social, dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga, Menghindari
tindakan medis yang sia sia, Memberikan dukungan yang di perlukan agar pasien tetep aktif
sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat, Memberikan dukungan kepada keluarga dalam
masa duka cita. Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam
kondisi terminal yang akan segera meninggal.
Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan
paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik.
Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan
melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan
perawatan terbaik sampai akhir hayatnya. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di
Indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukan kebijakan perawatan
paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Perawatan paliatif adalah adalah kesehatan terpadu yang aktif danmenyeluruh, degan
pendekatan multidisiplin yang terintregrasi. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya,meningkatkan kualitas hidup nya,juga memberikan support
kepadakeluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, sebelum meninggalsudah siap
secara psikologis dan spiritual. Etik adalah Kesepakatantentang praktik moral, keyakinan, sistem
nilai,standar perilaku individudan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan
apayang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakankejahatan, apa yang
dikehendaki dan apa yang ditolak.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien
dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian
yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual
(sumber referensi WHO, 2002).
3
Keputusan dilakukan atau tidak dilakukan tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien
yang kompeten atau oleh Tim perawatan paliatif. Informasi tentang hal ini sebaiknya
telah di informasikan pada saat pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
2) Perawatan pasien paliatif di ICU
Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan umum yang berlaku.
3) Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif.
Tindakan yang bersifat kedokteran harus dkerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan
pertimbangan yang mempertimbangkan keselamatan pasien tindakan tindakan tertentu
dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
b. Medikolegal Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup
seseorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untukmemperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.
Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertimbangkan segala aspek dari penderitaan
pasien, bukan hanya masalah kesehatan. Pendekatan yang dilakukan tidak boleh
bersifat menghakimi. Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor induvidal
lainnya tidak boleh mempengaruhi perawatan.
4
3. Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi mempengaruhi
penderitaan pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaan perawatan.
4. Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai atau
diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan setuju dengan perawatan yang akan
diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.
5. Memilih tempat dilakukannya perawatan
Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan keluarganya harus ikut serta
dalam diskusi ini. Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan di
rumah.
6. Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah hal
yang sangat penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan paliatif.
7. Aspek klinis
Perawatan yang sesuai semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan
prognosis dari penyakit yang diderita pasien. Hal ini penting karena karena pemberian
perawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah
penderitaan pasien. Pemberian perawatan yang berlebihan beresiko untuk
memberikan harapan palsu kepada pasien. Hal ini berhubungan dengan masalah etika
yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya karena dokter
merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak etis.
8. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawatan
palitif memberikan perawatan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga
dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasi
yang baik dari masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil yang
maksimal kepada pasien dan keluarga .
9. Kualitas perawatan yang ebaik mungkin Perawatan medis secara konsisten,
terkoordinasi dan berkelanjutan. Perawatn medis yang konsisten akan mengurangi
kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga, dimana hal ini akan
sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga.
5
10. Perawatan yang berkelanjutan
Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir merupakan dasar
tujuan dari parawatan paliatf. Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan
dari satu tempat ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas
perawatan.
11. Mencegah terjadinya kegawatan
Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk mencegah terjadinya
kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit.
Pasien dan keluarga harus diberitahukan sebelumnya mengenai masalah yang sering
terjadi dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik dan emosional.
12. Bantuan kepada sang perawat
Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress fisik
dan emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga perlu diberikan
perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif
tergantung dari pemberi perawatan.
13. Pemeriksaan ulang
Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien secara terus menerus
mengingat pasien dengan penyakit lanjut.
b. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional.
1. Autonomy (Kemandirian)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir secara logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan
orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa menghormati dan
meghargai kemandirian ini.
2. Fidelity (Menepati Janji)
6
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkn kesehatan dan mencegah
penyakit dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
3. Non maleficienci (tidak merugikan)
Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahya / cedera fisik dan psikologis pada klien.
Prinsip tidak merugikan, bahwa kita berkwaiban jika melakukan suatu tindakan agar
jangan sa mpai merugikan orang lain.
4. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini diperlikan oleh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
5. Beneficience (berbuat baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik. Kebaikan memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.Terkadang dalam situsi pelayanan
kesehatan, terjadi konflikantara prinsip ini dengan otonomi.
6. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
enjunjung prinsip –prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
praktek profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum,standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
7. Kerahasiaaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien harus
dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya
boleh dibacadalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali diijinkan oleh pasien dengan bukti pesetujuannya.
8.Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti
pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk enilai orang lain.Akuntabilitas
7
merupakan standar yang pasti yang man tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
8
2. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif
a. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat dibuat oleh
pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
b. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien memasuki
atau memulai perawatan paliatif.
c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi, sepanjang
informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan telah dipahaminya.
Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive) atau dalam
informed consent menjelang ia kehilangan kompetensinya.
d. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak resusitasi,
kecuali telah dipesankan dalam advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam
keadaan tertentu dan atas pertimbangan tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis
oleh seluruh anggota keluarga terdekat dapat dimintakan penetapan pengadilan untuk
pengesahannya.
e. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi
sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien berada dalam tahap
terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki
kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.
9
Komunikasi antara pelaksana dengan pembuat kebijakan harus dipelihara.
a.Penatalaksanaan nyeri.
c.Asuhan keperawatan
d.Dukungan psikologis
e.Dukungan sosial
2.Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dankunjungan/rawat rumah
10
Organisasi perawatan paliatif,menurut tempat pelayanan/sarana kesehatannya adalah :
1. KelompokPerawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
2. Unit PerawatanPaliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B non
pendidikan.
3. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakitkelas B Pendidikan dan kelas
4. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua
unsur terkait
Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di rumah
pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif.
Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak dapat
dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah
sakit Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan
pelayaan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan seperti di rumah
pasien sendiri.
Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan kesehatan secara
medis bagi masyarakat.Kompeten adalah keadaan kesehatan mental pasien sedemikian rupa
11
sehingga mampu menerima dan memahami informasi yang diperlukan dan mampu membuat
keputusan secara rasional berdasarkan informasi tersebut.
a. Tujuan Kebijakan
Tujuan umum:
1. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh Indonesia
2. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif.
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia.
2. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga
terkait lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.
12
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR :
812/Menkes/SK/VII/2007
TENTANG
KEBIJAKAN PERAWATAN
PALIATIF MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin meningkat
jumlahnya baik pada pasien dewasa maupun anak;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan
perawatan kuratif dan rehabilitatif juga diperlukan perawatan paliatif bagi
pasien dengan stadium terminal;
c. bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu adanya
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.
13
585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
14
oleh Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan
dilakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada tanggal : 19 Juli 2007
MENTERI KESEHATAN RI,
Lampiran I
Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor:
812/Menkes/SK/VII/2007
Tanggal: 19 Juli 2007
BAB 3
15
PENUTUP
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga
mengenai Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Menjekang Ajal dan Paliatif. Penulis
menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari apa itu Kebijakan Nasional Terkait
Perawatan Menjekang Ajal dan Paliatif
DAFTAR PUSTAKA
16
Kemp, Charles.2009. Klien Sakit Terminal, seri asuhan keperawatan. Edisi 2. Jakarta:EGC
Anita. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan, 7(3):
508-513.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Anita. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan,
7(3),508-513. Retrieved April 5, 2018, from https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/237/223
17
18