Anda di halaman 1dari 25

TUGAS REMEDIAL

TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN JIWA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Ajar Keperawatan Kesehatan


Jiwa
Dosen Pembimbing : Andri Nurmansyah, S.Kep., Ners., M.Kep

Di Susun Oleh :
Maya Permatasari (191FK03027) Sinta Nursari (191FK03038)
Sari Damayanti (191FK03029) Erni Risnaeni (191FK03039)
Ariani Sukmadiwanti (191FK03030) Amelia Agustin (191FK03040)
Tika Sari Santika (191FK03031) Rijan Apriana (191FK03145)
Siti Julaeha (191FK03032) Revita Puspa Sunarya (191FK03084)
Anggi Andini (191FK03033) Raihan Syahida (191FK03142)
Wulandari (191FK03036) Kamaliyah (191FK03136)
Sri Dewi Mey A (191FK03037) Dina Novita R (191FK03138)

Dinar Agustin (191FK030142)

Kelompok 2 Tingkat 3 Kelas A


FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.

Makalah ini memuat tentang TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN JIWA.


Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya
mohon untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.

Bandung, 05 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................2
2.1. Terapi Somatik..........................................................................................2
2.2. Terapi Psikofarma.....................................................................................4
2.3. Terapi Keluarga.........................................................................................6
2.4. Terapi Aktivitas Kelompok.......................................................................7
2.5. Terapi Okupasi........................................................................................12
2.6. Terapi Lingkungan..................................................................................14
BAB III KESIMPULAN........................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
3.2 Saran........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa,
dimana  perawat  perawat memiliki memiliki peran yang sangat penting
penting karena, karena, perawat perawat berperan berperan sebagai
sebagai terapis terapis yang harus merubah merubah perilaku perilaku
maladaftif pasien maladaftif pasien menjadi menjadi perilaku y perilaku
yang adaptif adaptif selain itu selain itu  perawat  perawat dituntut dituntut
untuk dapat meningkatkan meningkatkan potensi potensi yang dimiliki
dimiliki pasien sebagai sebagai titik tolak penyembuhan. Mengingat begitu
pentingnya peran perawat dalam terapi modalitas maka perawat harus
mampu memahami terapi modalitas dengan baik (Nurhalimah, 2016)

1.2 Rumusan Masalah


Tujuan umum terapi modalitas adalah pembaca harus mampu menjelaskan
kembali tentang terapi modalitas dalam keperawatan jiwa .

1. Menjelaskan kembali terapi modalitas.


2. Menjelaskan kembali jenis-jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa.
3. Menjelaskan terapi modalitas dalam keperawatan jiwa.

1.3 Tujuan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua yang terkait. Dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan
waawasan mengenai manfaat terapi modalitas serta bisa menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Terapi Somatik


Terapi somatic adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan tujuan
merubah perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik.Terapi Somatik telah banyak
dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa

a. Restrain

Restrain merupakan terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik


atau manual untuk membatasi mobilitas klien. Alat tersebut meliputi
penggunaan manset untuk pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat.
Retrain harus dilakukan pada kondisi khusus.

indikasi Restrain yaitu:

1) Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan


lingkungannya.

2) Perilaku agitasi yang sudah tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.

3) Klien yang mengalami gangguan kesadaran

4) Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan


pengendalian diri.

5) Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan


klien untuk istirahat, makan dan minum

b. Seklusi

Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung pasien dalam


ruangan khusus. Bentuk seklusi dapat berupa pengurungan diruangan ti dak
terkunci sampai pengurungan dalam ruangan terkunci dengan kasur tanpa
seprei, tergantung dari tingkat kegawatan klien. Indikasi seklusi yaitu pasien
dengan perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri, orang lain
dengan lingkungan.

Kontraindikasi dari terapi ini antara lain :


1) Risiko tinggi bunuh diri

2) Klien dengan gangguan social

3) Kebutuhan untuk observasi masalah medis

4) Hukuman

c. Fototerapi

Fototerapi atau terapi sinar adalah terapi somatic pilihan.Terapi ini


diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang (5 – 20 kali lebih
terang dari sinar ruangan).Klien disuruh duduk dengan mata terbuka 1,5
meter, di depan klien diletakkan lampu flouresen spectrum luas setinggi
mata. Waktu dan dosis terapi ini bervariasi pada tiap individu.

Foto terapi berlangsung dalam waktu yang tidak lama namun cepat
menimbulkan efek terapi.Kebanyakan klien merasa sembuh setelah 3-5 hari
tetapi klien dapat kambuh jika terapi dihentikan.Terapi ini menimbulkan
75% gejala depresi yang dialami klien depresi musim dingin atau gangguan
afektif musiman.Efek samping yang terjadi setelah dilakukan terapi dapat
berupa nyeri kepala, insomnia, kelelahan, mual, mata kering, keluar sekresi
dari hidung atau sinus dan rasa lelah dari mata.

d. ECT (Electro Convulsif Therapi)

ETC (Electro ConvulsifTherapi) adalah suatu tindakan terapi dengan


menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik
tonik maupun klonik.Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan
mengalirkan arus listrik melalui lektroda yang ditempelkan pada pelipis
klien untuk membangkitkan kejang gandmall. Indikasi terapi kejang listrik
adalah klien depresi pada psikosa manic depresi, klien schizophrenia stupor
kakatonok dan gaduh gelisah kakatonik. ETC lebih efektif dari anti depresan
untuk klien depresi dengan gejala psikotik (waham, paranoid)

Pada klien depresi memerlukan waktu 6-12x untuk mencapai


perbaikan, sedangkan pada mania dan kakatonik membutuhkan waktu lebih
lama yaitu antara 10-20x terapi secara rutin. Terapi ini dilakukan dengan
frekuensi 2-3 kali sekali. Jika efektif, perubahan perilaku mulai terlihan
setelah 2-6 kali terapi.Terapi ETC merupakan prosedur yang hanya
digunakan pada keadaan direkomendasikan.

2.2. Terapi PsikoFarma


Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan
gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat
Neuroleptik (bekerja pada sistem saraf).

Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi :

1. Teori biologis (somatik). Mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro


ConvulsiTherapi (ECT)

2. Psikoterapeutik

3. Terapi Modalitas

Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari management psikoterapi.


Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka. Beberapa hal yang
termasuk Neurotransmitter adalah Dopamin, Neuroepineprin, Serotonin, dan
GABA (Gama Amino ButericAcid), dll. Meningkatnya dan menurunnya
kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan
mental. Obat-obatan psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan
Neurotransmitter.

a. Klasifikasi Psikofarmako

Menurut Rusdi Maslim, yang termasuk obat-obatan psikofarmaka


adalah golongan :

a. Anti Psikotik

Anti Psikotik termasuk golongan mayor transquilizer atau


psikotropik.Neuroleptika adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi-
fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi umum, seperti
berpikir, dan berkelakuan normal. Obat ini dapat meredakan emosi, agresi,
dan dapat juga mengurangi gangguan jiwa seperti ; halusinasi serta
menormalkan perilaku yang tidak normal.

 Pengolongan

1) Fenotiazin, contoh obat : chlorpromazine (dosis 150-600 mg/hari),


thioridazin (dosis 150-600 mg/hari), Trifluoperazin (dosis 10-15
mg/hari), perfenazin (12-24 mg/hari), Flufenazin (dosis 10-15
mg/hari).

2) Butirofenon, contoh obat : Halloperidol (dosis 5-15 mg/hari),


Droperidol (dosis 7,5-15 mg/hari).

3) Difenilbutilpiperidin, contoh obat : pimozide ( dosis 1-4 mg/hari). 4)


Atypcal, contoh obat : Risperidon ( dosis 2-6 mg/hari).

 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja dari obat anti-psikosis yaitu Memblokade Dopamine


pada reseptor pasca sinaps neuron di otak, dan juga dapat memblokade
reseptor kolinergik, adrenergic dan histamine. Untuk obat generasi pertama
( fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalau selektif benzamid
sangat selektif dalam memblokade reseptor dopamine D2. Anti-psikosis
golongan atypical memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2.

 Indikasi

Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani


skizofreni, untuk memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi
pikiran dan juga efektif dalam mencegah kekambuhan. Majortransquilizer
juga efektif dalam menangani mania, perilaku kekerasan dan agitasi akibat
bingung dan demensia.

 Efek Samping

Efek samping yang ditimbulkan dari pengunaan obat anti-psikosis


antara lain :

1) Sedasi dan Inhibisi Psikomotor

2) Gangguan Otonomik

3) Gangguan Ekstrapiramidal

4) Gangguan Endokrin, metabolik, hematologic

 Kontraindikasi

Obat-obat anti-psikosis berkontradiksi dengan : penyakit hati, penyakt


darah, kelainan jantung, epilepsy, febris yang tinggi, penyakit SSP,
ketergantungan alcohol, dan gangguan kesadaran.
2.3. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah
individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan
pada proses interpersonal.Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan
tujuan membina komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara sehat
(Nasir dan Muhits, 2011).
Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk psikoterapi kelompok yang
berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk social dan bukan
suatu mahluk yang terisolir.
a. Konsep dan Prinsip Dasar
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola
interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga.
Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang
ada pada terapi individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial.
Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi
individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya.
Terapi keluarga biasa dibutuhkan ketika :
- Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
- Ketidak harmonisan seksual atau perkawinan
- Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan
b. Kerangka teoritis Terapi keluarga
1) Model struktural (Minuchin)
Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya adalah
keluarga adalah suatu sistem sosio cultural terbuka sebagai sarana dalam
memenuhi kebutuhan adaptasi. Fokus terapinya adalah perubahan
perubahan adaptasi dari maladaptive menjadi adapti f untuk memudahkan
perkembangan keluarga.
Usaha terapi meliputi hubungan keluarga,, evaluasi struktur dasar
keluarga, kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga untuk saling
menerima perbedaan dan saling memahami karakter.
2) Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu
sistem terdiri dari berbagai subsistem, seperti pernikahan,orang tua-
anak&saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi
kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu
subsistemnya maka menyebabkan perubahan pada bagian lainnya.
c. Tujuan :
1) Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing
anggota keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
4) Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
5) Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar
anggota keluarga
d. Manfaat terapi keluarga :
1) Klien
a) Mempercepat proses penyembuhan
b) Memperbaiki hubungan interpersonal.
2) Keluarga
a) Memperbaiki fungsi&struktur keluarga
b) Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien
dalam proses rehabilitas.

2.4. Terapi Aktivitas Kelompok


a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah manual, rekreasi, dan teknik


kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon
sosial dan harga diri. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok
dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, sensori, orientasi
realita, sosialisasi dan penyaluran energy.
b. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi

Terapi yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai


stimulasi yang terkait dengan pengalaman dengan kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Tujuan dari terapi ini untuk membantu pasien
yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya
memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptive

c. Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

a) Tujuan

 Tujuan Umum

Pasien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol


halusinasi dalam kelompok secara bertahap.

 Tujuan Khusus

1) Pasien dapat mengenal halusinasi.

2) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.

3) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan


kegiatan,Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap.

4) Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

b) Proses Seleksi

1) Berdasarkan observasi dan wawancara.

2) Menindak lanjuti asuhan keperawatan.

3) Informasi dan keterangan dari pasien sendiri dan perawat.

4) Penyelesian masalah berdasarkan masalah keperawatan.

5) Pasien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang


diberikan dan Mengadakan kontrak dengan pasien.

c) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

d) Nama Anggota Kelompok

e) Media dan Alat


f) Metode

1) Diskusi

2) Bermain Peran

g) Susunan Pelaksana

1) Leader

2) Co-leader

3) Fasilitator

4) Observer

h) Setting Tempat

i) Sesi TAK Stimulasi

1) Sesi I : Mengenal halusinasi

2) Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik

3) Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal


kegiatan

4) Sesi IV: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

5) Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

j) Tahap TAK

1) Tahap Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan kriteria melalui proses
seleksi, yaitu pasien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi pendengaran.
b. Membuat kontrak dengan pasien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Tahap Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Evaluasi/validasi Menanyakan perasaan pasien saat ini.
c) Kontrak

3) Tahap Kerja
a) Sesi I : mengenal halusinasi.
1. Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
2. Perawat meminta pasien untuk menceritakan tentang
halusinasinya.
3. Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.
4. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan
pasien dari suara yang biasa didengar.
b) Sesi II : mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.
1. Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
cara mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.
2. Perawat meminta pasien untuk menyebutkan cara yang
selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasinya,.
3. Perawat menjelaskan dan memperagakan cara mengontrol
halusinasi dengan teknik menghardik .
4. Perawat meminta pasien untuk memperagakan teknik
menghardik, mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan
perawat sampai semua pasien mendapat giliran.
5. Beri pujian setiap kali pasien selesai memperagakan.
c) Sesi III : mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal
kegiatan.
1. Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
2. Perawat meminta pasien menyampaikan kegiatan yang
biasa dilakukan sehari-hari, dan tulis di whiteboard.
3. Perawat membagikan formulir jadwal kegiatan harian.
4. Perawat membimbing satu persatu pasien untuk membuat
jadwal kegiatan harian, dari bangun pagi sampai tidur
malam.
5. Perawat melatih pasien memperagakan kegiatan yang telah
disusun.
6. Perawat meminta pasien untuk membacakan jadwal yang
telah disusun. Berikan pujian dan tepuk tangan bersama
untuk pasien yang sudah selesai membuat jadwal dan
membacakan jadwal yang telah dibuat.
d) Sesi IV : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
1. Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan,
2. Perawat meminta tiap pasien menyebutkan orang yang
biasa dan bisa diajak bercakap-cakap.
3. Perawat meminta pasien menyebutkan pokok pembicaraan
yang biasa dan bisa dilakukan.
4. Perawat memperagakan cara bercakap-cakap jika
halusinasi muncul Berikanpujianataskeberhasilanpasien.
5. Ulangi sampai semua mendapat giliran.

e) Sesi V : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

1. Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.


2. Perawat menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat,
yaitu penyebab kambuh.
3. Perawat meminta pasien menyampaikan obat yang
diminum dan waktu meminumnya.
4. Perawat menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar
obat, benar waktu, benar pasien, benar cara, benardosis.
5. Minta pasien untuk menyebutkan lima benar cara minum
obat, secara bergiliran.
6. Berikan pujian pada paisen yang benar.
7. Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat
8. Menjelaskan keuntungan kepatuhan atau akibat/kerugian
tidak patuh minum obat.
9. Minta pasien menyebutkan kembali keuntungan patuh
minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
10. Memberi pujian tiap kali pasien benar.

f) TahapTerminasi

1. Evaluasi

2. Tindak lanjut

3. Kontrak yang akan datang

4. Evaluasi dan Dokumentasi

2.5. Terapi Okupasi


Terapi okupasi berasal dari kata Occupational Theraphy. Occupational
berarti suatu pekerjaan, theraphy berarti pengobatan. Jadi, Terapi Okupasi adalah
perpaduan antara seni dan ilmu pengetahuan untuk mengarahkan penderita
kepada aktivitas selektif, agar kesehatan dapat ditingkatkan dan dipertahankan,
serta mencegah kecacatan melalui kegiatan dan kesibukkan kerja untuk penderita
cacat mental maupun fisik (American Occupatioanal Therapist Association).

Terapis okupasi membantu individu yang mengalami gangguan dalam fungsi


motorik, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut
mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas untuk mengisi waktu luang.
Tujuan dari pelatihan terapi okupasi adalah untuk mengembalikan fungsi
penderita semaksimal mungkin, dari kondisi abnormal ke nomal yang dikerahkan
pada kecacatan fisik maupun mental, dengan memberikan aktivitas yang
terencana dengan memperhatikan kondisi penderita sehingga penderita diharapkan
dapat mandiri di dalam keluarga maupun masyarakat.

a. Intervensi

Intervensi yang diberikan menggunakan modalitas aktivitas yang telah


dianalisis dan diadaptasi yang kemudian diprogramkan untuk anak sesuai
dengan kebutuhan khususnya. Secra garis besar intervensi difokuskan pada
hal-hal berikut.

1. Kemampuan (abilities)
Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural
reactions),Peregangan otot dan kekuatan otot (muscle tone and muscle
strength), Kesadaran anggota tubuh (body awareness),Kemampuan
keterampilan motorik halus,(fine motor skill) seperti memegang/melepas,
keterampilan manipulasi gerak jari, missal penggunaan pensil, gunting,
keterampilan menulis, Kemampuan keterampilan motorik kasar (gross
motor skill) seperti lari,lompat, anik-turun tangga, jongkok jalan DLL.

2. Keterampilan (skill)

1. Aktivitas sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum,


berpakaian,mandi

2. Pre-academic skill,Keterampilan sosial

3. Keterampilan bermain

3. Faktor lingkungan

Lingkungan fisik,Situasi kelurga,Dukungan dari komunitas.

4. Okupasi Terapis Sebagai Konsultan

 Anak-anak sekolah yang mengalami hal-hal berikut ini perlu penanganan


terapi okupasi :

1. Keterlambatan motorik kasar seperti lari, lompat, jongkok, main bola,


dan lain-lain

2. Keterampilan motorik halus seperti keterampilan memegang pensil,


hasil tulisan tidak rata tebal tipisnya, an lain-lain

3. Hiperaktif atau hipoaktif

4. Tidak mampu menjaga proses berbahasa

5. Tidak mampu menjaga dan mengatur posisi saat belajar

6. Gangguan persepsi visual serti tidak lengkap dalam menyalin tulian

7. Gangguan atensi dan konsentrasi

8. Menarik diri

b. Indikasi Terapi Okupasi


1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pengintegrasian
perkembangan psikososialnya.

2. Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam kesulitannya dalam


berkomunikasi dengan orang lain.

3. Tingkah laku yang tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau


kebutuhan yang primitif

4. Ketidak mampuan menginterprestasikan rangsangan sehingga


reaksinya terhadap rangsangan tersebut tidak wajar pula.

5. Pasien cacat tumbuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya


dan sebagainya.

c. Kontraindikasi Terapi Okupasi

Ada dua kontraindikasi yang perlu diperhatikan berkaitan dengan tujuan


dari terapi, yaitu kondisi fisik dan kondisi psikologi klien.

2.6. Terapi Lingkungan


a. Konsep Terapi Lingkungan

Terapi Lingkungan adalah sebuah perencanaan lingkungan perawatan


dimana kejadian dan interaksi setiap hari dirancang secara terapeutik dengan
tujuan meningkatkan keterampilan sosial dan membangun rasa percaya diri
pasien. Sedangkan menurut Wilson (1992) Milieu Therapy adalah penggunaan
lingkungan untuk tujuan terapeutik. Setiap interaksi dengan pasien dipandang
dapat memberikan hasil yang menguntungkan dalam meningkatkan fungsi
yang optimal. Pengertian lainnya adalah tindakan penyembuhan pasien melalui
manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan
berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses
penyembuhan.

Terapi lingkungan ini dilakukan disesuaikan dengan situasi dan kondisi


pasien. Terapi ini tidak akan diberikan apabila akan semakin memperburuk
kondisi kesehatan pasien. Yosep (2009) menyatakan bahwa untuk mencapai
tujuan yang diharapkan, maka lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu
mendorong terjadinya proses penyembuhan, lingkungan tersebut harus
memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut :

1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya


2. Pasien merasa senang/nyaman dan tidak merasa takut dilingkungannya
3. Kebutuhan fisik pasien terpenuhi
4. Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih
5. Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat impuls-
impuls pasien
6. Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien
sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta
menerima perilaku pasien sebagai respon adanya stress.

b. Komponen Dalam Terapi Lingkungan

Beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam terapi lingkungan


antara lain :

1. Fisik yang terkait dengan desain dan renovasi


2. Intelektual yaitu aspek intelektual dari lingkungan yang meliputi warna,
sinar, suara,suhu, bau, dan rasa
3. Komponen Sosial yang meliputi peran serta pasien dengan pola
komunikasinya serta perbandingan antara pasien dengan staf
4. Emosional yaitu suatu keadaan atau kondisi psikis seseorang yang akan
turut berpengaruh dan saling dipengaruhi oleh faktor fisik, sosial dan
intelektual misalnya seorang pasien dengan kondisi psikisnya dalam
keadaan senang, santai, mampu bekerjasama dengan baik, dan di dukung
oleh peran seorang terapis yang tidak defensive, empati dan mampu
menciptakan keamanan.
c. Jenis-Jenis Terapi Lingkungan

Yosep (2009) menyatakan terdapat beberapa jenis kegiatan yang


berhubungan dengan terapi lingkungan yaitu di antaranya :
1. Terapi rekreasi yaitu terapi yang menggunakan salah satu kegiatan
yang dilakukan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat
melakukan kegiatan secara konsturktif dan menyenangkan serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial
2. Terapi Kreasi seni dalam terapi ini perawat sebagai leader atau bekerja
sama dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai
dengan bakat dan minat, di antaranya adalah :
1) Dance terapi/menari yaitu suatu terapi yang menggunakan bentuk
ekspresi non verbal dengan menggunakan gerakan tubuh dimana
mengkomunkasikan tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan
2) Terapi musik, Terapi ini dilakukan melalui musik. Dengan musik
memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaan-perasaannya seperti marah, sedih, dan kesepian.
Pelaksanaan terapi ini dapat dilakukan bersama (berkelompok)
atau individual
3) Terapi melukis, dengan menggambar atau melukis akan
memberikan kesempatan kepada dirinya untuk mengekspresikan
perasaan, selain itu juga akan menurunkan ketegangan dan
memustkan pikiran pada kegiatan. Kegiatan ini dapat dilakukan
secara individu atau berkelompok
4) Bibliotherapy/terapi membaca, terapi dengan kegiatan membaca
seperti novel, majalah, dan kemudian mendiskusikan di antara
pasien tentang pendapatnya terhadap topik yang dibaca. Terapi ini
bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana
mengekspresikan perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai dengan
norma yang ada.
3. Pettherapy, terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang
tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan
pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri. Sarana yang
dipergunakan dalam terapi ini adalah binatang-binatang dimana dapat
memberikan respon menyenangkan kepada pasien.
4. Planttherapy, terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk
memelihara segala sesuatu/makhluk hidup, dan membantu hubungan
yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya. Kegiatan ini
mempergunakan tanaman/tumbuhan sebagai objek dalam mencapai
tujuan terapi. Menanam tumbuhan mulai dari biji sampai menjadi
bunga atau buah dan pasien diperbolehkan untuk memetiknya.

d. Standart Operating Prosedur (SOP) Terapi Lingkungan ’Plant therapy’.

Pada prosedur kerja beberapa hal yang harus diperhatikan dan


dipersiapkan yaitu :

a. Persiapan alat dan Lingkungan serta persiapan pasien.


b. Persiapan alat dan lingkungan terdiri dari :
1) Bibit tanaman
2) Peralatan bercocok tanam sederhana
3) Lahan yang bisa di olah dan dimanfaatkan
c. Persiapan Pasien meliputi :
1) Memilih pasien sesuai dengan indikasi dan tidak sedang masa
perawatan karena penyakit tertentu
2) Membuat kontrak dengan pasien tersebut
3) Menandatangani lembar persetujuan untuk mengikuti terapi

Prosedur kerja terdapat fase-fase yang harus dilakukan yaitu :

a. Fase orientasi meliputi


1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan
mengucapkan salam terapeutik dan memperkenalkan diri
2) Memberikan motivasi kepada pasien yaitu terapis dapat
memberikan kegiatan pendahuluan yang dapat memotivasi peserta
untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan terapi.
b. Fase Kerja
1) Menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur lembar persetujuan
untuk mengikuti terapi
2) Menjelaskan kepada pasien waktu berkebun, pagi/sore hari selama
30 menit tiap harinya
3) Tanyakan apakah pasien sudah siap untuk mengikuti terapi yang
sebenarnya
4) Menjelaskan prosedur pelaksanaan dengan benar seperti :
1. Pasien dijelaskan bagaimana mengolah tanah sebelum di beri
tanaman
2. Pasien dijelaskan bagaimana menanam biji-bijian
3. Pasien dijelaskan setelah biji tumbuh, hal apa saja yang harus
dilakukan untuk menjaga agar tetap subur, menyiram, menyiangi,
memberikan pupuk dan lain-lain (prosedur merawat tanaman)
4. Pasien dijelaskan agar memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan tanamannya setiap hari.
5) Dampingi pasien saat memulai terapi dan bantu sampai bisa
melakukan terapi lingkungan plant therapy
6) Menjelaskan kepada pasien bahwa akan dilakukan penilaian
terhadap peserta yang mampu merawat tanamannya dengan baik.
c. Fase Terminasi meliputi
1) Menanyakan perasaan pasien setelah merawat tanamannya
(dilakukan setiap hari sebelum dan sesudah kegiatan)
2) Memberikan evaluasi
3) Memberikan reward atas pencapaiannya
4) Membuat kontrak untuk hari selanjutnya.
Dari kegiatan di atas diharapkan juga memperhatikan beberapa kriteria
evaluasi seperti :
a. Pastikan selama interaksi, pasien tidak mengalami cedera
b. Tanyakan pada pasien bagaimana perasaannya setelah melakukan
kegiatan
c. Kaji tingkat depresi pasien setelah melakukan kegiatan
d. Pantau perilaku maladaptif pasien setelah melakukan kegiatan,
misalnya pasien menjadi semakin murung dari sebelumnya
e. Pasien merasa senang dan tenang setelah terapi dilakukan
f. Terapi yang dilakukan bisa optimal.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Terapi somatic adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
gangguan jiwadengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptive menjadi
perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditunjukan pada kondisi fisik
klien.Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan
gangguan mental. 1.Teori biologis (somatik). Mencakup pemberian obat psikotik
dan Elektro Convulsi Therapi (ECT) . 2. Psikoterapeutik. 3. Terapi Modalitas

Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah


individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan
pada proses interpersonal.

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah manual, rekreasi, dan teknik


kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon
sosial dan harga diri. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama.

Terapi Okupasi adalah perpaduan antara seni dan ilmu pengetahuan untuk
mengarahkan penderita kepada aktivitas selektif, agar kesehatan dapat
ditingkatkan dan dipertahankan.

Terapi Lingkungan adalah sebuah perencanaan lingkungan perawatan


dimana kejadian dan interaksi setiap hari dirancang secara terapeutik dengan
tujuan meningkatkan keterampilan sosial dan membangun rasa percaya diri
pasien. Sedangkan menurut Wilson (1992) Milieu Therapy adalah penggunaan
lingkungan untuk tujuan terapeutik.
3.2 Saran
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini menggunakan pedoman dan
ketentuan yang sesuai sambil mencermati kekurangan-kekurangan makalah
ini dan memberikan masukan untuk perbaikan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Studi P, Keperawatan I, Kedokteran F, Sriwijaya U, Pengantar K.


Keperawatan Jiwa Ii Terapi Modalitas :
Susana, S.A, &Hendarsih, S. (2011). TerapiModalitasKeperawatan
Kesehatan Jiwa, Jakarta: EGC

Arumba Riyanti fatma. Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi


Persepsi Pada Asuhan Keperawatan Pasien Halusinasi Pendengaran Di
Rsj Grhasia.; 2018.
Mardiyanti R., Prasetyo Y. Depression in Elderly: Milleu Therapy in “Panti
Wardha.” J Keperawatan. 2012;3(2):204-215.
Masalah ALB. Bab I Pendahuluan ُ ‫م ْ ﻛ ُ ﺳ َ ُ ﻔﻧ َ أ ا ْ و ُ ﻠ ُ ﺗ ﻘ و َ ﻧ ﱢ ﻟ َ ا ) ﺎ ً ﻣﯾ ِ ﺣ ر َ م ْ ﻛ‬
َ ‫ِ ﺑ نﺎ َ َ ﻛ َ ﻪ ّ ﻠﻟا ن ِ ﱠ إ َ ﻫ ﺎ َ ﻣ و َ ﻪ ِ ﱠﻠﻟا لو ُ َ ﺳ ر َ ﺎ َ ﯾ او ُ ﺎﻟ َ ﻗ ا د ً ﺣا ِ و َ ء ً ا د َ ﻻ ﱠ ِ إ ء ً ا و َ د َ ُ ﻪ‬
‫ﻟ َ ﻊ ﺿ َ و َ ﻻ ﱠ ِ إ ء‬. Penerapan Embellishment Sebagai Unsur Dekor Pada
Busana Modestwear. 2006;d(2017):1-30. http://scholar.unand.ac.id/60566/
Montoya-Herrera FL. No Title)31(18;1988 .‫ آب و خاک‬.‫آبهای زیرزمینی‬.
Gaol NJL. Pusat Penyembuhan Penyakit Jiwa Dan Gangguan Kejiwaan Di
Yogyakarta. Published online 2012:12-59. http://e-
journal.uajy.ac.id/153/%5Cnhttp://e-
journal.uajy.ac.id/153/3/2TA12720.pdf
Videbeck.S.L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Makalah Terapi Keluarga Di Susun Oleh : Munawaroh Tania Nur Habibah :


12161003 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borobudur. (2019).

Anda mungkin juga menyukai