Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

‘’HALUSINASI”

Tujuan Penulisan ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Perkuliahan Keperawatan Psikiarti

Dosen Pengampu :

Ns.Merri Silaban, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 3B

- Keni Afriyemarsota (23142011063)


- Sepwelba Dira (23142011062)
- Juni Riani (23142011012)
- Yuli Nuryati (23142011024)
- Randa Alendra (23142011064)
- Hendri Syafi I (23142011045)
- Arian Hidayatullah (23142011004)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CERIA BUANA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Alhamdullilah hirobbil’alamin. Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat


rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan Makalah ini kami banyak mendapat hambatan dan pembelajaran yang sangat
bermanfaat. Namun, berkat dorongan dan motivasi yang tinggi dari berbagai pihak hambatan
tersebut dapat kami atasi.

Dengan segala hormat kami ucapkan Terimakasih kepada :

1. Ns.Merri Silaban, S.Kep., M.Kep. Selaku dosen pengajar Keperawatan Psikiatri.

2. Orang tua yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan makalah.

3. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Ceria Buana yang telah
memberikan sumbangan motivasi.

4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang langsung maupun
tidak langsung turut andil dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya. Dan kami berharap semoga makalah yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi semuanya terutama para pembaca.

Wassalamuallaikum. Wr. Wb

Tangerang, 09 November 2023

Penyusun

II
DAFTAR ISI

BAB 1........................................................................................................................................................IV
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................IV
1.1 Latar berlakang..............................................................................................................................IV
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................V
1.3 Tujuan........................................................................................................................................V
BAB II.......................................................................................................................................................VI
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................VI
2.1 Defenisi Halusinasi.........................................................................................................................VI
2.2 Etiologi...........................................................................................................................................VI
2.3 Manifestasi Klinis.........................................................................................................................VII
2.4 Pathway.....................................................................................................................................IX
2.5 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................IX
2.6 Penatalaksanaan........................................................................................................................X
2.7 Diagnosa Keperawatan.............................................................................................................XI
BAB II...................................................................................................................................................XVIII
PENUTUP.............................................................................................................................................XVIII
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................XVIII
3.2 Saran...........................................................................................................................................XVIII
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................XIX

III
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar berlakang

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).Halusinasi
adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).

Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran mencapai lebih
kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata-rata
20%. Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan,
kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10%,(Muhith, 2015). Menurut Videbeck (2008)
dalam Yosep (2009) tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien
menganggap ada yang berbicara dengannya. Menurut perawat di Rumah Sakit Grhasia Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di ruang kelas III, klien gangguan jiwa berat :
skizofrenia yang disertai halusinasi, didapatkan rata- rata angka halusinasi mencapai 46,7%
setiap bulannya (Mamnu‟ah, 2010).Data klien gangguan jiwa berat di Puskesmas Wirobrajan
ada 67 orang dengan diagnosa medis Skizofrenia, disertai halusinasi pendengaran ada 48 orang.
Dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan adanya anggota keluarga mengalami halusinasi
adalah tingginya beban ekonomi, beban emosi keluarga, stress terhadap perilaku pasien yang
terganggu, gangguan dalam melaksanakan kegiatan rumah tangga sehari-hari dan keterbatasan
melakukan aktifitas. Beban sosial ekonomi diantaranya adalah gangguan dalam hubungan
keluarga , keterbatasan melakukan aktifitas sosial, pekerjaan, dan hobi , kesulitan finansial, dan
dampak negatif terhadap kesehatan fisik keluarga. Beban psikologis menggambarkan reaksi
psikologis seperti perasaan kehilangan, sedih, cemas dan malu terhadap masyarakat sekitar,
stress menghadapi gangguan perilaku dan frustasi akibat perubahan pola interaksi dalam
keluarga (Ngadiran, 2010).

Dampak yang dirasakan keluarga berkepanjangan, maka perlu adanya pengelolaan yang
tepat bagi anggota keluarga yang mengalami halusinasi, maka peran keluarga sangatlah penting
untuk terlibat dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi. Perawat sebagai pelaksana
asuhan keperawatan keluarga dapat bekerja sama dengan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Puskesmas dalam menjalankan
fungsinya berwenang menyelanggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat di wilayah kerjanya.Keluarga Ny.S dengan salah anggota
keluarga mengalami halusinasimerupakan salah satu sasaran dari pelayanan kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Wirobrajan. Berdasarkan hasil kasus diatas, penulis tertarik untuk mengangkat
masalah kesehatan keluarga Ny.S dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.S dengan
salah satu anggota keluarga mengalami halusinasi di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan Kota
Yogyakarta”

IV
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari halusinasi ?

2. Apa etiologi dari halusinasi ?

3. Bagaimana manifestasi dari halusinasi ?

4. Bagaimana patofisiology dari halusinasi ?

5. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari halusinasi ?

6. Bagaimana penatalaksanaan halusinasi ?

7. Apa saja masalah diagnosa keperewatan pada pasien halusinasi ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari halusinasi


2. Mengetahui etiologi dari halusinasi
3. Mengetahui manifestasi dari halusinasi
4. Mengetahui patofisiology dari halusinasi
5. Mengetahui penatalaksanaan halusinasi

6. Mengetahui apa saja masalah diagnosa keperewatan pada pasien halusinasi

V
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan rangsangan
internal pikiran dan rangsangan eksternal (Trimelia, 2011).Halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang
nyata (Keliat, 2014).

Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang
sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
(Dalami, Ermawati dkk 2014). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran sering terjadi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa berupa suara, 8 penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan dengan persepsi yang salah terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata.

2.2 Etiologi

Menurut Yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi :

1) Faktor perkembangan 10 Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya


kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.

2) Faktor sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

3) Faktor biologis Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stres berkepanjangan jangan menyebabkan teraktivitasnya
neurotransmitter otak.

4) Faktor psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal

5) Faktor genetik dan pola asuh Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

VI
2.3 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai berikut
( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan :

1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang sedang
dibicarakan.
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak berbicara atau
pada benda seperti mebel.
3. Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak
4. Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.

b. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati :
1. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda mati atau
stimulus yang tidak tampak.
2. Tiba-tiba berlari keruangan lain

c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah :
1. Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2. Mencium bau tubuh
3. Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5. Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang memadamkan api.

d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi pengecapan
adalah :
1. Meludahkan makanan atau minuman.
2. Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3. Tiba-tiba meninggalkan meja makan.

e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah :
1. Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi
terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah
sebagai berikut :

VII
a. Data Subjektif Klien mengatakan :
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu dan
monster
5. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7. Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya

b. Data Objektif :
1. Bicara atau tertawa sendiri
2. Marah marah tanpa sebab
3. Mengarahkan telinga kearah tertentu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk kearah tertentu
6. Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10. Menggaruk garuk permukaan kulit

VIII
2.4 Pathway

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut mirza (2015):

a. Tes darah dan urine, untuk mendeteksi infeksi atau penyalahgunaan alkohol dan
NAPZA
b. EEG (elektroensefalogram), untuk memeriksa aktivitas listrik otak sehingga terlihat
apakah halusinasi disebabkan oleh epilepsy
c. Pemindaian CT scan dan MRI, untuk mendeteksi stroke dan kemungkinan adanya
cedera atau tumor di otak

IX
2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Halusinasi Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat


mungkin diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan
perawatan di RSJ klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang
sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif
dan sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).

1) Penatalaksanaan Medis
Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang mengalami halusinasi
adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain (Muhith, 2015).
a. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran
yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti psikosis.
Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
Kelas kimia Nama generik (dagang) Dosis harian Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40
mg Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen (Navane) 75-600 mg 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol ) 1-100 mg Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil)
300-900
b. Terapi kejang listrik Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode
yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi dosis
terapi kejang listrik 4-5joule/detik.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penerapan Strategi Pelaksanaan Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang
dilakukan :
1) Melatih klien mengontrol halusinasi :
a) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
b) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
c) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
d) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal 2)

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan untuk klien
tetapi juga diberikan kepada keluarga , sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam
mengontrol halusinasi.
a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam merawat klien halusinasi dan
melatih mengontrol halusinasi klien dengan menghardik
b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi dengan enam
benar minum obat
c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi dengan
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag memnafaatkan fasilitas kesehatan untuk
follow up klien halusinasi

X
b. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena klien kembali ke
masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang
lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari : 1) Terapi aktivitas Meliputi : terapi
musik, terapi seni, terapi menari, terapi relaksasi, terapi sosial, terapi kelompok , terapi
lingkungan.

2.7 Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi

adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :

a. Resiko perilaku kekerasan


b. Gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi social

No Standar diagnose Standar luaran Standar intervensi keperawatan


keperawatan keperawatan Indonesia (siki)
Indonesia(sdki) Indonesia(slki)

1. Resiko perilaku Setelah dilakukan 1. Manajemen perilaku:


kekerasan terhadap diri tindakan keperawatan menyakiti diri sendiri
sendiri diharapkan kontrol diri a. Tentukan motif atau alasan
terhadap impuls dapat tingkah laku
dilakukan dengan b. Kembangkan harapan tingkah
kriteria hasil : laku yang tepat dan
a. Secara konsisten konsekuensinya, berikan pasien
menunjukkan tingkat fungsi kognitif dan
mengidentifikasi kapasitas untuk mengontrol diri
perilaku impulsif yang c. Pindahkan barang yang
berbahaya berbahaya dari lingkungan dari
b. Secara konsisten lingkungan sekitar pasien
menunjukkan d. Instrusikan pasien untuk
mengidentifikasi melakukan strategi koping
perasaan yang mengarah (mislnya latihan) asertif, impuls
pada tindakan impulsif kontrol training, relaksasi otot
c. Secara konsisten progresif) dengan cara yang
menunjukkan tepat e. Antisipasi situasi
mengidentifikasi pemicu yang mungkin membuat
pasien menyakiti diri

XI
konsekuensi dari f. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi situasi atau
d. Secara konsisten
perasaan yang mungkin memicu
menunjukkan
perilaku menyakiti diri
menghindari lingkungan
g. Lakukan kontrak dengan
yang berisiko tinggi
pasien untuk tidak menyakiti
e. Secara konsisten
diri, dengan cara yang tepat
menunjukkan
h. Ajarkan dan kuatkan pasien
mengontrol impulsif
untuk melakukan tingkah laku
f. Secara konsisten
menunjukkan koping yang efektif dan untuk
mempertahankan kontrol mengekspresikan perasaan
diri tanpa pengawasan dnegan cara yang tepat
i. Monitor pasien untuk adanya
impuls menyakiti diri jika
mungkin memburuk menjadi
pikiran atau sikap bunuh diri

2. Manajemen Halusinasi
a. Bangun hubungan
interpersonal dan saling percaya
dengan klien
b. Monitor dan atur tingkat
aktivitas dan stimulasi
lingkungan c. Pertahankan
lingkungan yang aman
d. Catat perilaku klien yang
menunjukkan halusinasi
e. Tingkatkan komunikasi yang
jelas dan tebuka
f. Berikan klien kesempatan
untuk mendiskusikan
halusinasinya
g. Dorong klien untuk
mengekspresikan perasaan
secara tepat
h. Fokuskan kembali klien
mengenai topik jika komunikasi
klien tidak sesuai situasi
i. Dorong klien untuk
memvalidasi halusinasi dengan
orang yang dipercaya
j. Berikan pengajaran terkait

XII
obat pada klien dan orang-orang
terdekat (klien)
k. Berikan pengajaran terkait
penyakit kepada klien/ orang
terdekat (klien) jika
halusinasinya didasarkan karena
penyakit (misalnya delirium,
skizofrenia dan depresi)
l. Didik keluarga dan orang
terdekat mengenai cara untuk
menangani klien yang
mengalami halusinasi
m. Monitor kemampuan
merawat diri
n. Bantu dengan perawatan diri
jika dibutuhkan
o. Libatkan klien dalam
aktivitas berabasis realitas yang
mampu mengalihkan perhatian
dari halusinasi
3. Manajemen lingkungan :
pencegahan kekerasan
a. Singkirkan senjata potensial
dari lingkungan (misalnya,
objek yang tajam yang mirip
tali seperti senar gitar)
b. Periksa lingkungan secara
rutin untuk memastikan bebas
dari bahan berbahaya
c. Monitor pasien selama
penggunaan barang yang bisa
digunakan menjadi senjata
(misalnya pisau cukur)
d. Tempatkan pasien di ruangan
yang mudah diamati sehingga
mudah dilakukan observasi
sesuai kebutuhan
e. Gunakan alat makan dari
plastik dan kertas
f. Lakukan pengawasan
terusmenerus terhadap semua
area yang bisa diakses pasien

XIII
untuk menjaga keamanan
pasien dan pemberian intervensi
terapeutik jika diperlukan 2
Resiko perilaku kekerasan
terhadap orang lain
terusmenerus terhadap semua
area yang bisa diakses pasien
untuk menjaga keamanan
pasien dan pemberian intervensi
terapeutik jika diperlukan

2. Gangguan persepsi Setelah dilakukan Tindakan psikoterapetik


sensori halusinasi tindakan keperawatan
a. bina hubungan saling
diharapkan dapat
percaya
memperbaiki presepsi
b. adakan kontak sering
dan proses berfikir
dan singakat secara
dengan kriteria hasil:
bertahap
a. manyadari halusinasi
c. observasi tingkah laku
yang sedang terjadi
pasien
b. pasien dapat d. tanyakan keluhan pasein
menjelaskan halusinasi yang di rasakan
yang terjadi e. jika klien sedang tidak
sedangberhalusinasi
c.mampu menjalani
klarifikasi tentang
halusinasi yang terjadi
adanya pengalaman
d. frekuensi halusinasi halusinasi, diskusikan
berkurang dengan klien tentang
e. minum obat secara halusinasinya
teratur SP 1 pasien :

f.dengan cara latihan 1. Identifikasi halusinasi :

menghardik isi, frekuensi, waktu


terjadi, situasi, pencetus,
g.dengan cara latihan
perasaan, respon
bercakap –cakap 2. Jelaskan cara

g. dengan cara mengontrol halusinasi

melakukan aktivitas minum obat teratur ,

sehari hari meghardik, bercakap-


cakap, melakukan aktivitas
sehari-hari
3. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan minum
obat teratur dan jelaskan

XIV
6 benar minum obat
4. Masukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian
klien Sp 2 pasien :
1. Evaluasi kegiatan
minum obat, beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan harian pasien
Sp 3 pasien
1. Evaluasi kegiatan
latihan minum obat
teratur dan latihan
menghardik
2. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap
3. Masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian pasien Sp 4 pasien
:
1. Evaluasi kegiatan latihan minum
obat, menghardik dan
bercakapcakap. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian
3. Masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian pasien

3. Isolasi sosial Setelah dilakukan 1. Peningkatan sosialisasi


tindakan keperawatan a. Anjurkan peningkatan
diharapkan keparahan keterlibatan dalam
kesepian dapat dilakukan hubungan yang sudah
dengan kriteria hasil : mapan
a. Tidak ada rasa b. Tingkatkan hubungan
perasaan terisolasi secara dengan orang-orang
sosial yang memiliki minat
b. Tidak ada kesulitan dan tujuan yang sama
dalam membuat kontak c. Anjurkan kegiatan
dengan orang lain sosial dan masyarakat
c. Tidak ada rasa d. Anjurkan partisipasi
keputusasaan dalam kelompok

XV
d. Tidak ada rasa dan/atau
kehilangan harapan kegiatankegiatan
reminiscence individu
e. Bantu meningkatkan
kesadaran pasien
mengenai kekuatan dan
keterbatasanketerbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain f.
Anjurkan pasien untuk
mengubah lingkungan
seperti pergi ke luar
untuk jalan-jalan
2. Peningkatan keterlibatan
keluarga
a. Bangun hubungan
pribadi dengan pasien
dan anggota keluarga
yang akan terlibat dalam
perawatan
b. Identifikasi
kemampuan anggota
keluarga untuk terlibat
dalam perawatan pasien
3. Terapi aktivitas
a. Kembangkan
kemampuan klien dalam
berpatisipasi melalui
aktivitas spesifik
b. Bantu klien utuk
mengeksplorasi tujuan
personal dari aktivitas-
aktivitas yang biasa
dilakukan (misalnya,
bekerja dan aktivitas-
aktivitas yang disukai)
c. Bantu klien memilih
aktivitas dan pencapaian
tujuan melalui aktivitas
yang konsisten dengan
kemampuan fisik,
fisiologis dan social

XVI
d. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
diinginkan
e. Bantu klien untuk
menjadwalkan
waktuwaktu spesfik
terkait dengan aktivitas

BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

XVII
Gangguan orientasi realitas yang berhubungan dngan halusinasi adalah persepsi, karena
persepsi merupakan salah satu kemampuan untuk mengidentifikasi dan menginterprestasi
stimulus sesuai dengan informasi yang diterima melalui panca indera. Halusinasi merupakan
salah satu respons neurobiologik (orientasi realitas) yang maladaptif, jadi halusinasi itu adalah
persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya menginterprestasikan
suatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar (eksternal)

Gejala dari halusinasi diantaranya menarik diri dan menghindar dari orang lain, bicara.
Tingkah laku yang regresi, adanya perubahan emosi dan gangguan hubungan interpersonal,
bicara, senyum dan tertawa sendiri, tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata, tidak dapat
memusatkan perhatian/konsentrasi, curiga, bermusuhan, merawat diri (diri sendiri, orang lain,
lingkungan), takut, eksperi muka, tegang, mudah tersinggung, Dengan adanya gejala tersebut
maka kebutuhan dasar individu akan terganggu, seperti sisialisasi, komunikasi dan aktifitas

3.2 Saran
1. Bagi Perawat

Mutu pelayanan akan sangat baik jika sumber daya manusia yang bekerja dibidangnya
menyadari tugas dan tanggungjawabnya sehingga dapat bekerja dengan sungguh-
sungguh. Setiap klien yang datang adalah orang yang membutuhkan bantuan dan
perhatian, oleh karena itu perawat agar lebih memperhatikan keluhan klien.

2. Bagi Instalasi Pendidikan

Suatu lembaga pendidikan adalah tempat dimana tenaga profesional dibentuk, oleh
karena itu sangat penting untuk menyediakan tenaga pengajar yang bermutu sehingga
dapat mendidik dan membimbing mahasiswanya dengan baik, mulai dari memberikan
materi pelajaran sampai penguasaan keterampilan di lahan praktek..

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

XVIII
Anggraini, dkk. 2013. Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar
Pada Pasien Skizofrenia Di RSJD Dr. AminogondohutomoSemarang.
http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari 2017 pukul 13.51 WIB.

Bagyono, Tuntas. 2013. Kunci Praktis Untuk Metodelogi Penelitian Kesehatan Promotif-
Preventif. Yogyakarta: Ombak.

Budiman. 2013. Penelitian Kesehatan. Bandung: PT Refika Aditama. Dalami E, dkk. 2014.
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Data Progam Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kota
Padang.

Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Halawa, Aristina. 2015. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang
Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal
18 Januari 2017 pukul 13.04 WIB.

Herdman, T. Heather. 2017. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan Defenisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika. Mardalis. 2010. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal) edisi 1. Jakarta: Bumi

Aksara.

Mirza, dkk. 2015. Hubungan Lamanya Perawatan Paseien Skizofrenia dengan Stres Keluarga.
http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari 2017 pukul 07.50 WIB. Medical
Record Puskesmas Nanggalo Padang. 2016. Muhith,

Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI. Nasir A dan Muhith A.
2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental : konsep, proses, dan praktik vol 2 edisi 4. Jakarta: EGC.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Badan
PPSDM Kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar. 2013.

Sari. 2014. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Pasien Halusinasi Dengan
Frekuensi Kekambuhan Pasien Halusinasi Di Rumah. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses
tanggal 03 Maret 2017 pukul 06.23 WIB.

Supardi, Sudibyo dan Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: TIM.
Swanson, Elizabeth, dkk. Copyright 2013. Nursing Outcomes (NOC) Edisi Bahasa Indonesia Edisi

XIX
Kelima. Indonesia: CV. Mocomedia Undang Undang No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wagner, Cherly M, dkk. Copyright 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Indonesia: CV. Mocomedia. Yosep, Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa.
Bandung: PT.

Refika Aditama. 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama. Yusuf, AH, dkk.
2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

XX

Anda mungkin juga menyukai