Kelompok 1:
Achmad Rizky Zulfitra Leasa Gabriel Elsy Repi
Aditya Yoshua Untu Gabriela Monica
Aprilia Kambey Gandi Dayo
Astrid Artika Winda Sondakh Gratia Elsa Umboh
Aurora A. Salu Heri Priyanto
Christin P. Timpal Indri W. Mandadung
Erika Jofanka Kaparang Indriyani Mema
Eunike Ratulangi Intan C. Nabeleng
Filda Sangaji
Retardasi mental merupakan suatu kondisi yang
ditandai oleh intelegensi yang rendah yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal
Faktor-faktor yang potensial
sebagai penyebab retardasi
mental:
- Non organik (penelantaran
anak)
- Organik (malnutrisi, kelainan
kongenital dari otak)
Patofisiologi
Istilah retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup
sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan
kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan berbahasa,
keterampilan merawat diri, keterampilan sosial, penggunaan sarana-sarana
komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional,
bersantai, dan bekerja. Sindrom Fragile-X, Sindrom Down, dan sindrom
alcohol fetal merupakan sepertiga individu-individu yang menderita
retardasi mental. Munculnya masalah-masalah, seperti paralisis serebral,
defisit sensori, gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan dengan
retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan
secara dini pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka panjang pada
akhirnya ditentukan oleh seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi
mandiri dalam masyarakat
Klasifikasi Retardasi Mental
Retardasi mental
Retardasi mental ringan
sedang (IQ 35-40 hingga
(IQ 50-55 hingga 68-70)
50-55)
Kelainan rambut
Kepala
Komplikasi
Menurut Betz, Cecily R (2002) komplikasi retardasi Penatalaksanaan
mental adalah:
a. Serebral palsi Penatalaksanaan anak dengan retardasi
mental adalah multidimensi dan sangat
b. Gangguan kejang individual. Anak dengan retardasi mental
c. Gangguan kejiwaan memerlukan pendidikan khusus, yang
disesuaikan dengan taraf IQ-nya.
d. Gangguan konsentrasi/hiperaktif Semua anak yang retardasi mental ini juga
e. Defisit komunikasi memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin, imunisasi, dan
f. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus monitoring terhadap tumbuh kembangnya.
akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang Anak-anak ini sering juga disertai dengan
kelainan fisik yang memerlukan penanganan
mengkonsumsi makanan berserat dan cairan). khusus
Pencegahan
Dengan pencegahan primer, yaitu usaha
untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit
yang potensial yang dapat mengakibatkan
retardasi mental, misalnya melalui imunisasi
Pemeriksaan penunjang
1. Kromosomal Kariotipe
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
6. Laktat dan piruvat darah
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
Pengkajian 3. Riwayat imunisasi
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan saraf
6. Fungsional gordon
Diagnosa
2 Gangguan interaksi sosial Setelah dilakukan tindakan Modifikasi perilaku keterampilan sosial
b/d hambatan keperawatan selama 30 Observasi
perkembangan/ maturasi hari maka interaksi sosial Identifikasi penyebabnya kurangnya keterampilan sosial
Data subjektif: meningkat dengan kriteria Identifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial
Merasa tidak nyaman hasil : Terapeutik
dengan situasi sosial Perasaan nyaman Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
Merasa sulit menerima dengan situasi sosial Beri umpan balik positif (mis: pujian dan penghargaan)
atau meningkat Libatkan keluarga selama pelatihan keterampilan sosial
mengkomunikasikan Perasaan mudah jika perlu
perasaan menerima atau Edukasi
Sulit mengungkapkan mengkomunikasikan Jelaskan melatih keterampilan sosial
kasih sayang perasaan meningkat Jelaskan respon dan konsekuensi keterampilan sosial
Responsif pada orang Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang
lain meningkat di alami
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan/ SDKI
Data objektif : Minat melakukan Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
Kurang responsif atau kontak emosi Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan sosial
tertarik pada orang meningkat Latih keterampilan sosial secara bertahap
lain Minat melakukan
Tidak berminat kontak fisik meningkat
melakukan kontak Verbalisasi kasih
emosi dan fisik sayang meningkat
Gejala cemas berat Kontak mata
Kontak mata kurang meningkat
Ekspresi wajah tidak Ekspresi wajah
responsif responsif meningkat
Tidak kooperatif Kooperatif bermain
dalam bermain dan teman sebaya
berteman dengan meningkat
sebaya Perilaku sesuai usia
Perilaku tidak sesuai meningkat
usia
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan/ SDKI
3 Isolasi sosial b/d Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas
keterlambatan keperawatan selama 30 hari Observasi
perkembangan maka keterlibatan sosial Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Data subjektif : meningkat dengan kriteria Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan
Merasa berbeda hasil : tertentu
dengan orang lain Minat interaksi Terapeutik
Merasa asyik dengan meningkat Fasilitasi fokus pada kemampuan bukan defisit yang di
pikiran sendiri Verbalisasi sosial alami
Data objektif : menurun Edukasi
Tidak berminat/ Verbalisasi Jelaskan metode aktivitas fisik sehari- hari
menolak berinteraksi ketidakamanan ditempat Kolaborasi
dengan orang lain umum menurun Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan
atau lingkungan dan memonitor progran aktivitas