Anda di halaman 1dari 51

KONSELING HIV

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi peserta
mampu melakukan konseling HIV
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi peserta mampu:
1. Melakukan konseling dalam rangka konseling dan tes atas
inisiasi petugas pemberi layanan kesehatan (KTIP)
2. Menjelaskan konseling HIV dalam strategi komunikasi perubahan
perilaku
3. Melakukan konseling pra tes HIV
4. Melakukan konseling pasca tes HIV
5. Melakukan konseling lanjutan
Pokok Bahasan
1. Konseling dalam rangka konseling dan tes atas inisiasi petugas
pemberi layanan kesehatan (KTIP)
2. Konseling HIV dalam strategi komunikasi perubahan perilaku
3. Konseling pra tes HIV
4. Konseling pasca tes HIV
5. Konseling lanjutan:
 Konseling pencegahan positif
 Konseling adherence dalam kepatuhan minum obat
 Konseling dasar adiksi Napza
 Konseling Pasangan dan keluarga
 Konseling dukungan menjelang kematian , duka cita dan
berkabung

Konseling dalam rangka
konseling dan tes atas inisiasi
petugas pemberi layanan
kesehatan (KTIP)
Pengertian
• Tes dan Konseling HIV atas Inisiasi
Petugas Kesehatan

• Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di


Layanan Kesehatan
PENERAPAN KTIP
Penerapan KTIP pada semua Jenis Epidemi
• Petugas kesehatan dianjurkan untuk menawarkan tes-HIV dan
konseling sebagai bagian dari prosedur baku perawatan kepada
semua pasien
• Semua pasien dewasa atau anak yang berkunjung ke sarana
kesehatan dengan gejala dan tanda atau kondisi medis yang
mengindikasikan pada AIDS
• Pentahapan klinis infeksi HIV (stadium klinis).
• Bayi yang baru lahir dari ibu HIV-positif sebagai perawatan
lanjutan yang rutin pada bayi tersebut

• Anak yang dibawa ke sarana kesehatan dengan menunjukkan


tanda tumbuh kembang yang kurang optimal atau gizi kurang
dan tidak memberikan respon pada terapi gizi yang
memadai
Penerapan KTIP : Dilakukan Bertahap dengan
urutan prioritas penerapan KTIP:
●Sarana layanan rawat jalan dan rawat inap pasien TB
●Sarana layanan KIA
●Sarana layanan Kesehatan Anak (<10 th)
●Sarana layanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana (KB)
●Sarana layanan dengan tindakan invasif
●Sarana layanan kesehatan remaja
●Sarana layanan kesehatan bagi kelompok dengan perilaku
berisiko tertular HIV
●Saranan layanan hemodialisis
●Sarana kesehatan di lembaga pemasyarakatan atau rumah
tahanan
Konseling dan Tes HIV serta KTIP
Mencakup Komponen 5 C:

Concent
Confindentiality
Counseling
Correct testing and
Conection/linkage to prevention ,care and
treatement services
Kontak awal antara petugas dan pasien
KIE untuk pasien Petugas menginformasikan pentinya tes HIV

Bagan Alur Layanan


(optional) •Banyak pasien tertentu juga mengidap HIV
Edukasi diberikan selama pasien •Diagnosis HIV untuk kepentingan perawatan medis
menunggu giliran, pilih salah satu cara: •Sekarang tersedia obat untuk HIV
•Edukasi kelompok oleh petugas atau Informasi tentang kebijakan UPK

PITC
dengan AVA •Semua pasien tertentu akan dites HIV nya kecuali
•Poster pasien menolak
•Brosur Petugas menjawab pertanyaan pasien

Tes Cepat HIV Pasien menolak Tes HIV


Tes Cepat HIV dilaksanakan oleh Petugas mengulang informasi ttg pentinya tes HIV
Petugas atau di Laboratorium Bila masih menolak juga
•Sarankan sebagai alternatif untuk ke klinik KTS dan
pulangkan
•Pada kunjungan berikutnya diulangi informasi ttg
pentinya tes HIV
Petugas menyampaikan hasil tes
kepada pasien

Pasien dengan hasil tes HIV Pasien dengan hasil Tes HIV Positif
negatif •Petugas informasikan hail ts HIV positf
•Petugas memberikan hasil tes negatif •Berikan dukungan lepada pasien dalam
•Berikan pesan tentang pencgahan secara menanggapi hasil tes
singkat •Informasikan perlunya perawatan dan pengobatan
•Sarankan untuk ke klinik KTS untuk HIV
konselin pencegahan lebih lanjut •Informasikan cara pencegahan penularan kepada
•Anjurkan agar pasangannya mau pasangan
menjalani tes HIV karen ada kemungkinan •Sarankan agar pasangan di tes HIV
dia positif

Rujukan
•Berikan surat rujukan ke PDP
Rujukan •Informasikan sumber dukungan yang ada di
Beri informasi tentang klinik KTS terdekat masyarakat
Bermain Peran KTIP
Konseling HIV dalam strategi
komunikasi perubahan perilaku
Ruang Lingkup

1. Orientasi Konseling
2. Tata nilai Konseling
3. Prinsip Komunikasi Perubahan
Perilaku
4. Model perubahan Perilaku
1. Orientasi Konseling
Prinsip Dasar Konseling Dalam
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku

•Spesifik atas kebutuhan atau masalah dan lingkungan setiap klien


•Proses timbal-balik yang saling kerjasama dan menghargai
•Memiliki tujuan dan fokus kepada klien
•Membangun otonomi dan tanggung jawab diri terhadap klien
•Memperhatikan situasi interpersonal
•Kesiapan untuk berubah
•Menyediakan informasi terkini
•Mengembangkan rencana perubahan perilaku atau rencana aksi
•Mengajukan pertanyaan, menyediakan informasi, mengulas informasi,
dan mengembangkan rencana aksi
Perbedaan Konseling dan
Penyuluhan Kelompok
Penyuluhan Kelompok
Konseling
Rahasia dan kepercayaan menjadi Tidak bersifat rahasia
syarat kenyamanan
Dilakukan secara bertatap muka oleh Kelompok kecil atau besar
konselor dan klien atau konselor
dengan klien berserta pasangannya
Memiliki keterlibatan emosi Lebih netral
Mengarah pada tujuan khusus Mengarah pada tujuan umum
Membangkitkan motivasi untuk Meningkatkan pengetahuan dan
perubahan perilaku dan sikap pemahaman
Berorientasi pada masalah Orientasi pada isi
Berbasis kebutuhan kesehatan
Berbasis kebutuhan klien
masyarakat
Konseling HIV AIDS merupakan proses strategi
komunikasi dengan tiga tujuan umum:

• Menyediakan dukungan psikologis: dukungan yang berkaitan


dengan kesejahteraan emosi, psikososial dan spiritual.
• Pencegahan penularan HIV dengan menyediakan informasi
tentang perilaku yang tidak berisiko dan membantu mengembang
kan keterampilan pribadi untuk melindungi diri dari penularan HIV,
reinfeksi HIV serta memiliki perilaku yang berkualitas.
• Memastikan efektivitas rujukan kesehatan, psikososial dan
ekonomi
Peran Konseling dalam KPP
• Tahap 1: Membuka dan Membangun
Rapport
• Tahap2: Identifikasi Masalah
• Tahap 3: Pemecahan Masalah
• Tahap 4: Mengakhiri Sesi
2. Tata Nilai Konseling

• Konseling BUKAN memaksa orang


untuk menyetujui dan mengikuti
standar kehidupan tertentu sesuai
dengan HARAPAN konselor
Pertanyaan Tata Nilai
• Klien telah berhubungan seksual berganti-ganti pasangan.
Bagaimana saya sebagai petugas kes memandang hal tersebut?
• Klien sudah terinfeksi HIV, apakah saya sebagai petugas kes
punya rasa takut? Apakah saya memandang penularan sebagai hal
yang manusiawi atau dosa?
• Dapatkah saya menjaga diri saya agar tidak memasukkan tata nilai
saya kepada klien? Apakah saya memilih bersikap profesional untuk
menghargai pilihan klien?
• Klien lebih muda dari saya dan memiliki budaya bergaul yang
berbeda dengan saya. Apakah saya bisa membantunya?
• Seberapa jauh saya bisa mengelola diri saya agar tidak terlibat
dalam permasalahan klien?
Triad kognisi
A B
Penyebab
tidak suka?
Apa yang kita
C
katakan,
pikiran
“Lensa”: Respon
Pengalaman, religi, Emosional dan
dan keyakinan perilaku

A Situasi, peristiwa, B C
Orang, Obyek
Berganti-ganti
Pasangan Tidak peduli, tidak
“Lambang setuju, menghakimi
Ketidaksetiaan”,
Perasaan berdosa

Peduli, setuju dan


“ Alat Yang EFEKTIF menjadikan KONDOM
untuk CEGAH HIV Alat Pencegahan
AIDS ”

KONDOM
3. Prinsip Komunikasi
Perubahan Perilaku (KPP)

• Tantangan sebagai konselor adalah


Perubahan Perilaku
• Hal ini sulit namun harus dilakukan untuk
memperoleh perilaku yang tidak berisiko
Tahapan perubahan perilaku
Menurut The Centres for Disease Control HIV Preventionand
Couselling Guidelines of1993 dan dipadukan dengan teori spiral
perubahan perilaku Prochaska, De Clemente, dkk 1994 adalah sebagai
berikut:
• Pengetahuan terkait dengan pra kontemplasi
• Bermakna bagi diri sendiri terkait dengan kontemplasi
• Menimbang untung rugi terkait dengan persiapan
• Membangun kapasitas diri terkait dengan persiapan
• Ujicoba dan percobaan penerapan terkait dengan tindakan
• Perubahan perilaku terkait dengan rumatan.
SPIRAL PERUBAHAN PERILAKU

RUMATAN

BERTINDAK

BERTINDAK

PREPARASI
PREPARASI
KONTEMPLASI

KONTEMPLASI

PRAKONTEMPLASI
• Harus Diwaspadai adalah:
- Kembali (kambuh) pada perilaku yang kurang aman
dapat menyebabkan perilaku aman sebelumnya tidak
berlaku sehingga menyebabkan terinfeksi HIV.
- Jumlah perilaku berisiko tinggi dan infeksi-infeksi baru
akan meningkat jika intervensi dihentikan.
Berlangsungnya pengurangan risiko tergantung pada
program-program perubahan perilaku yang
berkelanjutan, dorongan dan dukungan
konselor/petugas.
4. Model Perubahan Perilaku
• Model Menghilangkan Risiko. Terbaik adalah
Abstinensia
• Model Pengurangan Risiko. Gunakan Kondom atau
jarum yang Baru pada Program Harm Reduction
• Unsur Penting konseling perubahan perilaku untuk
kondom dan menyuntik yang Aman
• Pemecahan Masalah
Pemecahan Masalah
Peran petugas dalam pemecahan masalah
Membantu klien mengenali masalahnya, dengan:

• Membantu klien mengenali sumber-sumber yang mereka miliki


untuk mengatasi masalahnya.
• Memfasilitasi mereka sebuah metode sistematis untuk menghadapi
atau mengurangi dampak masalahnya sekarang.
• Meningkatkan kemampuan mereka dalam mengendalikan masalah.
• Memberikan mereka cara mengatasi masalah dengan metode
pemecahan masalah.
Pemecahan masalah bukanlah:

• Mengatakan pada klien apa selera dan pilihan konselor


• Mengatakan persepsi konselor kebaikan dan keburukan dari setiap
pilihan yang ada
• Konselor menetapkan sebuah pilihan klien
• Konselor mengambil alih semua masalah
• Membuat klien memiliki rasa ketergantungan
• Membuat klien merasa rendah diri
Konseling Pra Tes
Mikro Konseling
Mikro Konseling
• Keterampilan mikro konseling adalah komponen komunikasi efektif
yang penting dalam rangka mengembangkan relasi saling
mendukung antara klien-petugas. Setiap petugas perlu memiliki
dan mengembangkan keterampilan mikro dalam konseling.

• Keterampilan dasar konseling terdiri dari:


• Mendengar aktif
• Megajukan pertanyaan
• Menciptakan suasana hening dan nyaman
• Perilaku non verbal
Mendengarkan Kontak mata (sesuaikan dengan budaya).
aktif
Menunjukkan perhatian,misal
mengangguk.

Mendorong pembicaraan diteruskan,


misal “Mm-hmm”, “Ya”.

Ketrampilan Memperkecil pengalihan perhatian, misal


-mikro televisi, telepon, bising.
Konseling
Jangan kerjakan sesuatu selagi konseling.

Hargai perasaan klien, misal


“Nampaknya anda merasa sedih”.
Empati dan
Ketrampilan
Parafrasi - termasuk mengulang kembali
Mendengar pernyataan klien dengan kata lain yakni
Aktif hal penting dari ucapan klien

Memantulkan emosi klien – Sama dengan


parafrasi tetapi hanya berfokus pada sisi
emosinya

Ketrampilan
-Mikro
Konseling
Perilaku Non- Bahasa Tubuh Paralinguistic
verbal • Gestur • Tarikan nafas
• Ekspresi wajah • Hembusan nafas
• Postur • Berdehem, suara
• Orientasi tubuh tak menyenangkan
• kedekatan tubuh/ • Perubahan nada
jarak suara
Ketrampilan • Kontak mata • Perubahan volume
-Mikro • Mirroring suara
Konseling
• Menghilangkan • Kelancaran bicara
pembatas (misal
meja) • Senyum gugup
3 KUNCI dalam Konseling Pra Tes
•Informasi yang tepat
•Penilaian Risiko dan Perubahan Perilaku
•Menggunakan Pertanyaan sebagai teknik
memperoleh data
Penilaian Risiko Klinis

Komponen utama dalam konseling pre-tes adalah


melakukan penilaian lengkap tentang risiko penularan.
Petugas hendaklah
melakukan penilaian risiko penularan yang sesungguhnya
terjadi dan bukan hanya atas persepsi klien maupun asumsi
petugas.
Pentingnya penilaian risiko klinis pada proses
konseling pra tes HIV adalah:

•Mendorong peningkatan kewaspadaan akan infeksi menular


seksual dan HIV karena klien menunjukkan sikap, perilaku,
•keyakinan dan pengetahuan yang berbeda-beda tentang
penularan HIV.
•Memberi kesempatan untuk konseling dan edukasi atas aktivitas
tidak berisiko.
•Pemeriksaan kesehatan lain yang diperlukan. Klien yang
berisiko perlu diperiksa lebih lanjut untuk kemungkinan tertular
IMS, Hepatitis, TB dan infeksi lainnya.
Pentingnya penilaian risiko klinis pada proses
konseling pra tes HIV (lanjutan)

•Petugas dalam hal ini akan membantu merujuk klien ke


tempat yang tepat.
•Umpan balik diberikan kepada klien agar memahami
bahwa aktivitasnya mempunyai risiko tertentu. Banyak
klien yang mengurangi atau melebihkan risikonya
•ketika memberi informasi kepada konselor. Petugas perlu
memberi umpan balik
•realistis atas setiap risiko dan menyiapkan mental klien
untuk menerima hasil tes reaktif (positif) maupun non
reaktif (negatif).
Elemen penting dalam penilaian risiko:

 Dialog tentang fakta dasar HIV AIDS


 Dialog tentang kemungkinan tertular infeksi lain dengan
cara penularan yang sama seperti HIV ; IMS, Hepatitis
 Dialog faktor risiko dan masa jendela
 Dialog keuntungan dan kerugian melakukan tes HIV
 Dialog tentang kondom dan penggunaannya
 Dialog tentang pengurangan dampak buruk pada
penasun
 Dialog pengurangan risikodanupaya pengurangan risiko
 Dialog tentang pasangan
Elemen penting dalam penilaian risiko
 Diskusikan tentang pengurangan risiko dan tes bagi pasangan dan
bermain peran terkait dengan pengurangan risiko dan tes bagi
pasangan.
 Dampak hasil tes pada diri sendiri, pasangan dan keluarga
 Dialog untuk mengetahui bagaimana perasaan klien dalam
menerima hasil tes
 Motivasi klien untuk tes saat itu juga dan perolehan hasil pada hari
yang sama
 Jika klien TIDAK bersedia menerima hasil tes, tariklah suatu
dugaan (klien menutupi perilaku berisikonya, takut hasil reaktif,
takut mendapatkan stigma dan diskriminasi, klien belum siap dll)
 Penjajagan keinginan bunuh diri
 Menyimpulkan rencana pengurangan risiko yang telah disepakati
Perencanaan Rawatan
Psikososial Lanjutan
Konseling Pasca-tes

Konseling Pra-tes

Penilaian Risiko Klinik


Komponen
Penting dalam Ketrampilan Mikro Konseling Dasar
Konseling Pra
dan Pasca Tes
HIV Komunikasi Perubahan Perilaku

Alasan dilakukannya VCT

Informasi Dasar HIV


Daftar Tilik Pelaksanaan Konsleing Pra Tes HIV

Penatalaksanaan Konseling Pra Tes HIV

Daftar Cek Minimal Konseling Pra Tes HIV YA TIDAK

Membangun rapportdan kepercayaan klien

Menjelaskan kerangka proses layanan VCT:sesi konseling, waktu yang dibutuhkan,


prosedur tes dan konfidensialitas (KONTRAK)

Latar belakang mengikuti konseling pra tes HIV

Diskusi tentang HIV AIDS, penularan, penilaian risiko, pengurangan risiko, kondom, jarum
suntik jika penasun dan informasi tes

Diskusi tentang keuntungan dan kerugian melakukan tes HIV

Penggalian sistim dukungan dan rujukan

Pelaksanaan tes HIV : informed consent (persetujuan setelah mendapat informasi),


administrasi lainnya dan pemeriksaan darah untuk tes HIV

Membahas rencana lebih lanjut


Bermain Peran Konseling Pra Tes HIV
Konseling Pasca Tes HIV
Kunci Utama dalam Menyampaikan Hasil Tes

•Periksa ulang hasil tes klien dan lakukan hal ini sebelum
bertemu klienuntuk memastikan kebenarannya.
•Sampaikan hasil secara langsung secara tatap muka.
Hasil harus disampaikan langsung kepada klien.
Pastikan klien adalah pemilik hasil tersebut.
•Wajar dan profesional ketika memanggil klien kembali
dari ruang tunggu.
•Hasil tes tertulis dan bertandatangan petugas
penanggungjawab layanan.
•Jika ada permintaan hasil tes dari klien
sendiri dan/atau pihak ketiga, semua hasil
tes hendaknya dijaga dari berbagai
kepentingan.
•Ketika klien akan memberitahu hasil tes
pada pasangan,hendaknya dibuatkan janji
untuk dapat disampaikan dalam pertemuan
bersama klien (konseling pasangan
Penyampaian Hasil Tes Non-Reaktif (HIV
Negatif)

Ingat akan semua kunci tersebut diatas. Selain itu diskusikan hal-hal
berikut:
•Informasikan tentang masa jendela
•Tekankan informasi tentang penularan dan rencana penurunan
risiko
•Buatlah ikhtisar dan gali lebih lanjut berbagai hambatan untuk
perilaku seks aman dan penggunaan jarum suntik yang aman
•Amati kembali reaksi klien
Penyampaian Hasil Tes Reaktif (1)
•Periksa data secara rinci dan perhatikan komunikasi non verbal saat
memanggil klien memasuki ruang konseling. Pastikan klien siap
menerima hasil dan tekankan kerahasiaan

•Lakukan secara jelas dan langsung. Misal “Kita perlu mendiskusikan


hasil tes anda. Hasil pemeriksaan tes HIV anda adalah reaktif. Artinya
anda terinfeksi virus HIV”

•Sediakan waktu hening yang cukup untuk menyerap informasi tentang


hasil.

•Periksa pengetahuan dan pemahaman klien tentang hasil tes. Dengan


tenang bicarakan arti hasil tes.
Penyampaian Hasil Tes Reaktif (2)

•Galilah ekspresi dan ventilasikan emosi atau membutuhkan


penanganan khusus. Bagaimana risiko bunuh diri? – Lengkapi
penilaian bunuh diri dan manajemennya

•Rencana nyata: Adanya dukungan dan orang dekat (siapa,


apa, bagaimana, kapan, mengapa), Keluar dari klinik, pulang
ke rumah, Apa yang akan dilakukan klien dalam 48 jam,
Strategi mekanisme penyesuaian diri, orang terdekat dan
etiknya, tanyakan apakah klien masih ingin bertanya.

•Beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan


dikemudian hari.

•Rencanakan tindak lanjut atau rujukanjika diperlukan.


Daftar Tilik Pelaksanaan Konsleing Pasca tes

Penatalaksanaan Konseling Pasca Tes HIV


Daftar Cek Konseling Pasca Tes HIV YA TIDAK
Menyampaikan hasil tes dengan singkat dan jelas

Memberikan waktu hening yang cukup untuk memahami arti hasil tes

Menangani reaksi emosi klien dari hasil tes

Membahas kemungkinan memberitahu statusHIV kepada pihak lain

Membahas rencana penurunan risiko

Membahas tindak lanjut dukungan, perawatan dan pengobatan

Membahas sumber dukungan yang tersedia

Merangkum rencana tindak lanjut jangka pendek dan jangka panjang


Tehnik membuka status HIV
Bermain Peran Konseling Pasca Tes HIV
Pertanyaan Apakah anda merasa bahwa alkohol anda
CAGE perlu dikurangi ? (Cut down on your
drinking) ?

Apakah orang mengkritik (Annoyed you by


criticising) kebiasaan minum anda?

Apakah anda pernah merasa jelak atau


bersalah (Guilty) akan sikap minum anda?

Apakah anda harus minum alkohol setiap


pagi hari supaya dapat bangun dari tidur?
(Eye opener)?

Penilaian
untuk
alkoholik

Anda mungkin juga menyukai