3) Circulation
Karena adanya gangguan/masalah pada organ paru, maka
akan terjadi penurunan balik vena (cardio pulmoner). Yang
kemudian akan menyebabkan penurunancurah jantung. Sehingga
dalam mengobservasi Tekanan Darah, akan didapatkanhasil pasien
mengalami hipotensi (tekanan darah rendah). Tekanan darah
yangrendah ini, akan menyebabkan darah sulit sampai pada
pembuluh darah/jaringan- jaringan perifer. Sehingga tidak jarang
kita akan mendapati pasien yangmengalami cianosis. Tidak jarang
pula, kita akan mendapati pasien mengalami edema.
a. Data subyektif
Pasien mengeluh sesak nafas
b. Data Obyektif
Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
Heart rate pada ARDS takikardi. Bunyi jantung : normal pada
fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi. Disritmia
dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal. Kulit
dan membran mukosa mungkin pucat atau dingin. Sianosis
biasa terjadi (stadium lanjut).
4) Disability
Pada pasien ARDS, biasanya akan mengalami penurunan
kesadaran. Ini mungkin diakibatkan transport oksigen ke otak yang
kurang/tidak mencukupi (menurunya curah jantung hipotensi).
Yang akhirnya darah akan sulit mencapai jarinagn otak. Pada
pasien ARDS kesdaran memang mungkin akan menurun tetapi
GCSnya masih sekitar 12-14. Sehingga kita lebih memprioritaskan
pernapasan dan pemompaan jantungnya. Karena apabila pernapsan
dan pemompaan jantungnya sudah tertangani dengan baik maka
secara otomatis kesadarnnya akan membaik (GCS 15).
5) Exposure
Setelah mengkaji secara menyeluruh dan sistematis mulai
dari airway, breathing, circulation, dan disability, selanjutnya
mengkaji secara menyeluruh untuk melihat apakah ada organ lain
yang mengalami gangguan. Sehingga dapat cepat memberikan
perawatan.
b. Secondary Survey
Survey sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat menggunakan format SAMPLE (sign and symptoms,
alergi, medikasi, past illness, last meal, dan environment).
Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula
ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto
thoraks,dll. Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien
mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok
telah mulai membaik.
1. Anamnesa
Anamnesis dapat menggunakan format SAMPLE (alergi, medikasi,
past illness, last meal, dan environment).
a) S (sign and symptoms) yaitu tanda dan gejala yang diobservasi
dan dirasakan klien.
b) A (allergies) yaitu alergi yang dipunyai klien
c) M (medications) yaitu obat yang diminum klien untuk
mengatasi masalah
d) P (past illness) yaitu riwayat penyakit yang diderita klien
e) L (last meal) yaitu makanan/minuman terakhir (apa dan kapan)
f) E (Event) yaitu pencetus / kejadian penyebab keluhan.
Hasil penngkajian sebagai berikut:
a. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab):
1) Identitas pasien meliputi: pengkajian nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/ bangsa,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no medrec,
diagnosa medis, alamat klien.
2) Identitas Penanggung jawab meliputi: pengkajian nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan
alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
ARDS dapat terjadi dalam 24-48 jam timbulnya serangan,
ditandai dengan napas pendek, takipnea, dan gejala yang
berhubungan dengan penyebab utamanya, misalnya syok.
2) Riwayat kesehatan dahulu
a. Syok (banyak sebab)
b. Trauma (kontusio pulmonal, fraktur multiple, trauma
kepala)
c. Cidera system saraf yang serius. Cidera system saraf
yang serius seperti trauma, CVA, tumor dan
peningkatan (tekanan intracranial-PTIK) dapat
menyebabkan tterangsangnya saraf simpatis, sehingga
terjadi vasokonstriksi sistemik dengan distribusi
sejumlah besar volume darah ke aliran pulmonal. Hal
ini menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan
kemudian akan menyebabkan cidera paru (lung injuri)
b) Gangguan metabolic (pancreatitis, uremia)
c) Emboli lemak dan cairan amnion
d) Infeksi parudifus (bakteri, viral, fungal)
e) Inhalasi gas beracun (rokok, oksigen konsentrasi
tinggi, gas klorin, NO2, ozon)
f) Aspirasi (sekresi gastric, tenggelam, keracunan
hidrokarbon)
g) Drug ingestion dan overdosis narkotik/non-narkotik
(heroin, opioid, aspirin)
h) Hemolystik disorder, seperti DIC, multiple blood
transfusion dan kardio pulmonary bypass
i) Major surgery
j) Respons imunologik terhadap antigen pejanmu
(goodpasture syndrome, SLE)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga dengan riwayat sepsis, shock (hemoragi,
pankreatitis hemoragik), Pankreatitis, Uremia, PIH
(Pregnand Induced Hipertension), peningkatan TIK dan
riwayat merokok.
4) Alergi
Kaji adanya alergi dan penyebab alergi pada pasien yang
meliputi makanan, diagnostik agen, agen biologis,
lingkungan agen, obat, dan venoms.
E. Implementasi
Implementasi adalah bagian dari bagian proses keperawatan yang
mencangkup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktifitas
perawat sehari-hari, memberikan arahan perawat dalam bertindak agar tujuan
tercapai yang berpusat pada klien, mengevaluasi kerja anggota, staff, dan
mencatat serta memberikan informasi pada perawat penjaga selanjutnya, atau
merupakan hal yang berkesinambungan untuk kesehatan pasien (Potter &
Perry, 2008).
F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur respon klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Data evaluasi
dikumpulkan dengan dasar kontinuitas untuk mengetahui perubahan dalam
fungsi, dan kehidupan sehari-hari untuk menyusun intervensi yang belum
tercapai. Evaluasi didokumentasikan ketika perawat selesai melakukan suatu
tindakan berdaasarkan diagnosa. Evaluasi didapatkan dari hasil
perkembangan klien setelah dilakuSkan implementasi. Perawat mengevaluasi
apakah respon subjektif menunjukan kemajuan atau kemunduran (Potter &
Perry, 2008). Evaluasi pada pasien ARDS meliputi:
Hari/Tgl No Evaluasi
Jam Dx
1 1. S: Diharapkan pasien mengatakan lebih mudah
untuk bernafas
2. O: Diharapkan tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan
3. A : Masalah teratasi
4. P : Pertahankan kondisi klien