Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

TRAUMA KEPALA DI RUANG UGD RSUD dr. M. SALEH


KOTA PROBOLINGGO

ILMIYATUS SHOLIHAH
14901.08.21080

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


TRAUMA KEPALA DI RUANG UGD RSUD dr.M. SALEH KOTA
PROBOLINGGO

Probolinggo,..........................

Mahasiswa

(ILMIYATUS SHOLIHAH)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(..................................) (.....................................)

Kepala Ruangan UGD

(.......................................)
LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA KEPALA
A. TEORI
1. Definisi
Cidera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan
eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan
kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku, dan emosional.
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala pada dasarnya dikenal dua macam
mekanisme trauma yang mengenai kepala yakni benturan dan goncangan.
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara
klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai
lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang
indikasidilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya
pergeseran garis tengah.
Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan gangguan
neurologis/lateralisasi. Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom
disertai dekompresi dari tulang kepala. Faktor-faktor yang menentukan
prognosenya hampir sama dengan faktor-faktor yang menentukan prognose
perdarahan subdural.

2. Etiologi
a. Kecelakaan Lalu Lintas
b. Jatuh
c. Kekerasan
d. Hipertensi
e. Malformasi Arteri Venosa
f. Aneurisma
g. Distrasia darah
h. Obat
i. Merokok
Mekanisme cedera / trauma kepala, meliputi :
a. Akselerasi
Jika benda bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada
orang yangdiam kemudian dipukul atau dilempar.
b. Deselerasi
Jika kepala bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada kepala
yang terbentur.
c. Deformitas
Perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat trauma,
misalnyaadanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan atau pemotongan pada
jaringan otak

3. Klasifikasi
Berat ringannya cedera kepala bukan didasarkan berat ringannya gejala
yang muncul setelah cedera kepala. Ada berbagai klasifikasi yang dipakai dalam
penentuan derajat cedera kepala. The Traumatic Coma Data Bank mendifinisikan
berdasarkan skor Skala Koma Glasgow (Glasgow coma scale).
Penentuan Keparahan Deskripsi
Minor/Ringan GCS 13 – 15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi
kurang dari 30 menit. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak
ada kontusia cerebral, hematom
Sedang GCS 9 – 12
Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30
menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami
fraktur tengkorak.
Berat GCS 3 – 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih
dari 24 jam. Juga meliputi kontusia serebral, laserasi
atau hematoma intracrani
Glasgow Coma Scale
Membuka Mata
Spontan 4
Terhadap rangsng suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1
Respon Verbal
Orientasi baik 4
Orientasi terganggu 3
Kata-kata tidak jelas 2
Suara tidak jelas 1
Tidak ada respon
Respon Motorik
Mampu bergerak 6
Melokalisasi nyeri 5
Fleksi menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak ada respon 1

4. Patofisiologi
Patofisiologis dari cedera kepala traumatic dibagi dalam proses primer dan
proses sekunder. Kerusakan yang terjadi dianggap karena gaya fisika yang
berkaitan dengan suatu trauma yang relative baru terjadi dan bersifatirreversible
untuk sebagian besar daerah otak.
Proses Primer Proses Sekunder
Proses primer timbul langsung pada saat Kerusakan sekunder timbul beberapa
trauma terjadi. Cedera primer biasanya fokal waktu setelah trauma menyusul kerusakan
(perdarahan, konusi) dan difus (jejas akson primer.Dapat dibagi menjadi penyebab
difus). Proses ini adalah kerusakan otak sistemik dari intrakranial. Dari berbagai
tahap awal yang diakibatkan oleh benturan gangguan sistemik, hipoksia dan hipotensi
mekanik pada kepala, derajat kerusakan merupakan gangguan yang paling berarti.
tergantung pada kuat dan arah benturan, Hipotensi menurunnya tekanan perfusi
kondisi kepala yang bergerak diam, otak sehingga mengakibatkan terjadinya
percepatan dan perlambatan gerak kepala. iskemi dan infark otak. Perluasan
Proses primer menyebabkan fraktur kerusakan jaringan otak sekunder
tengkorak, perdarahan segera intrakranial, disebabkan berbagai faktor seperti
robekan regangan serabu saraf dan kematian kerusakan sawar darah otak, gangguan
langsung pada daerah yang terkena. aliran darah otak metabolisme otak,
gangguan hormonal, pengeluaran bahan-
bahan neurotransmiter dan radikal bebas.
Cedera otak sekunder tejadi setiap saat setelah terjadi benturan. Faktor-
faktor yang menyebabkan cedera otak skunder adalah :
a. Hematoma Intrakranial
1) Epidural
2) Subdural
3) Intraserebral
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan karena ruptur arteria serebri
yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari
pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau
didekatnya, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan
tertekan. Darah yang keluar daripembuluh darah sangat mengiritasi otak,
sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar perdarahan,
spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi,
perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan
berdinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah.
Makin lama aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah saat
melakukan aktivitas. Dalamkeadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah
darah yang mengalir ke otak 58 ml/menitper 100 gr jaringan otak. Bila
aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak
akan menjadi penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur
selmasih baik, sehingga gejala ini masih revesibel. Oksigen sangat
dibutuhkan oleh otaksedangkan O2 diperoleh dari darah, otak sendiri
hampir tidak ada cadangan O2 dengandemikian otak sangat tergantung
pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2terputus 8-10 detik
akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit
akantejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi (ireversibel) dan kemudian
kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial dan
menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga
dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum
maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat
berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa hari.
4) Subarahnoid
b. Pembengkakan Otak
Mungkin terjadi dengan atau tanpa hematoma intrakranial. Hal ini
diakibatkan timbunan cairan intra atau ekstrasekuler atau bendung vaskuler
c. Herniasi : tentorial dan tonsiler
d. Ishkemia serebral, akibat dari :
1) Hipoksia / hiperkarbi
2) Hipotensi
3) Peninggian tekanan intrakranial
e. Infeksi : Meningitis, abses serebri
Trauma Kepala, Fraktur Depresi Tulang Tengkorak, Hipertnsi, Malformasi Arteri
Pathway : Venosa,Aneurisma, Distrasia Darah, Obat, Meroko

Pecahnya pembuluh darah otak


(perdarahan intracranial)

Darah masuk ke dalam jaringan otak

Penatalaksanaan : Darah membentuk masa/hematoma


Kramiotomy
Penekanan pada jaringan otak

Peningkatan Tekanan Intrakranial Penurunan Kapasitas


Adaptif Intrakranial
Metabolisme anaerob Gg. Aliran darah dan ogsigen ke otak Fungsi Otak menurun

Vasodilatasi pemb. darah Perfusi Jaringan Serebral Gangguan Neurologis


Tidak Efektif Kerusakan
Neuromotorik Reflek Menelan 
Pelepasan mediator nyeri
Kelemahan Otot Anoreksia
Progresif
Nyeri Akut
Risiko Defisit Nutrisi
Gg. Mobilitas Fisik
5. Manifestasi Klinis
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring
denganmembesarnya hematom.
b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
c. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
motorikdapat timbul segera atau secara lambat.
f. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatantekanan intra cranium.

Segera hubungi unit gawat darurat (UGD) terdekat, jika orang yang diduga
mengalami cedera kepala memiliki tanda-tanda berikut :.
- Penurunan kesadaran.
- Tidak bisa menggerakkan salah satu atau kedua lengan dan/atau kaki,
kesulitan berbicara, atau pandangan kabur.
- Muntah lebih dari satu kali.
- Hilang ingatan jangka pendek.
- Mudah mengantuk.
- Tingkah laku tidak seperti biasanya.
- Mengeluh nyeri kepala berat atau kaku leher.
- Pupil (bagian hitam di tengah bola mata) tidak sama ukurannya.
- Orang dengan cedera kepala yang memiliki kebiasaan mengonsumsi
alkohol.
- Orang dengan cedera kepala yang sedang mengonsumsi obat-obatan
pengencer darah, misalnya warfarin dan heparin.
6. Komplikasi
a. Perdarahan intra cranial
b. Kejang
c. Parese saraf cranial
d. Meningitis atau abses otak
e. Infeksi pada luka atau sepsis
f. Edema cerebri
g. Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK
h. Kebocoran cairan serobospinal
i. Nyeri kepala setelah penderita sadar

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas
darah.
b. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
c. MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
d. Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
e. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun
thorak.
f. CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
g. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi)
jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
h. Kadar Elektrolit:Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah
terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor
sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak.
Penatalaksanaan Umum
a. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
b. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
c. Berikan oksigenasi 4. Awasi tekanan darah
d. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
e. Atasi shock
f. Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan Medis
a. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
b. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
c. Pemberian analgetika
d. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau
glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
e. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
f. Makanan atau cairan.
Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-
apa, hanya cairan infus dextrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama
dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan lunak,
Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan.
Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan
dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran 37
rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein
tergantung nilai urea.
Tindakan terhadap peningktatan TIK
a. Pemantauan TIK dengan ketat
b. Oksigenisasi adekuat
c. Pemberian manitol
d. Penggunaan steroid
e. Peningkatan kepala tempat tidur
f. Bedah neuro.
Tindakan Pendukung
a. Dukungan ventilasi
b. Pencegahan kejang
c. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi
d. Terapi anti konvulsan
e. Klorpromazin untuk menenangkan klien
f. Pemasangan selang nasogastrik.

B. KONSEP ASUHAN KEEPERAWATAN


1. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
a. Diagnosa Keperawatan
1) Definisi : gangguan mekanisme dinamika intrakranial dalam melakukan
kompensasi terhadap stimulus yang dapat menurunkan kapasitas
intrakranial
2) Penyebab
a) Lesi menempati ruang
b) Gangguan metabolisme
c) Edema serebral
d) Peningkatan tekanan vena
e) –obstruksi aliran cairan serebrospinalis
f) Hipertensi intrakranial idiopatik
3) Gejaa dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
- Sakit kepala - Tekanan darah meningkat dg tekanan nadi
(pulse pressure) melebar
- Bradikardia
- Pola napas ireguler
- Tingkat kesadaran menurun
- Respon pupil lambat atau tidak sama
- Refleks neurologis terganggu
4) Gejala dan tanda Minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) - Gelisah
- Agitasi
- Muntah (tanpa mual)
- Tampaklesu/lemah
- Fungsi kognitif terganggu
- TIK  20 mmHg
- Papiledema
- Postur deserebrasi (ektensi)
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Cedera kepala
b) Iskemik serebral
c) Tumor serebral
d) Hidrosefalus
e) Hematoma kranial
f) Pembentukan arteriovenous
g) Edema vasogenik/ sitotoksik serebral
h) Hiperemia
i) Obstruksi aliran vena

b. Intervensi Keperawatan
Pemantauan Tekanan Intrakranial
1) Definisi : mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi tekanan di
dalam ruang intrakrania
2) Tindakan :
Observasi
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK
- Monitor peningkatan tekanan darah
- Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)
- Monitur penurunan frekuensi jantung
- Monitor iregulariitas irama napas
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan respon pupil
- Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam rentang yang diindikasikan
- Monitor tekanan perfusi serebral
- Monitor jumlah, kecepatan, dan karakteristik drainase cairan
serebrospinal
- Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK
Terapeutik
- Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
- Kalibrasi transduser
- Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
- Pertahankan posisi kepala dan leher netral
- Bilas sistem pemantauan, jika perlu
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

c. Luaran Keperawatan
Perfusi Serebral
1) Definisi : keadekuatan aliran darah serebral untuk menunjang fungsi otak
2) Ekspektasi : meningkat
3) Kriteria hasil :
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Tingkat
1 2 3 4 5
kesadaran
kognitif
1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Tekanan
1 2 3 4 5
Intrakranial
Sakit kepala 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kecemasan 1 2 3 4 5
Agitasi 1 2 3 4 5
Demam 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Memburuk
Nilai rata-rata
1 2 3 4 5
tekanan darah
Kesadaran 1 2 3 4 5
Tekanan darah
1 2 3 4 5
sistolik
Tekanan darah
1 2 3 4 5
diastolik
Refleks saraf 1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2018. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar
2018.

PPNI 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonsi Definisi Dan Indikator Diagnostik.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

PPNI 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonsi Definisi Dan Indikator Diagnostik.
JAKARTA : Dewan Pengurus Pusat PPNI

PPNI 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonsi Definisi Dan Indikator Diagnostik.
JAKARTA : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Samarinda.Berman, A. Snyder, S. Kozier, B. & Erb, G. 2019. Buku Ajar Praktik


Keperawatan Klinis, Edisi 5. Terjemahan Eny meiliya, Esty

Anda mungkin juga menyukai