Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN COS (CEDERA OTAK SEDANG ) DAN

INTRACEREBRAL HEMATOMA

1.1 Definisi

Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak.

Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau


penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi – descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta
rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan. (Morton, 2012).

Berdasarkan GCS maka cidera kepala dapat dibagi menjadi 3 gradasi


yaitu: cidera kepala derajat ringan, bila GCS : 13 – 15, Cidera kepala derajat
sedang, bila GCS : 9 – 12, Cidera kepala berat, bila GCS kuang atau sama dengan
8. Pada penderita yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan misal oleh karena
aphasia, maka reaksi verbal diberi tanda “X”, atau oleh karena kedua mata edema
berat sehingga tidak dapat di nilai reaksi membuka matanya maka reaksi
membuka mata diberi nilai “X”, sedangkan jika penderita dilakukan traheostomy
ataupun dilakukan intubasi maka reaksi verbal diberi nilai “T”

Indikator penilaian kesadaran glow coma scale berikut di bawah ini:

1. Respon Mata (Eye)


Nilai (4) untuk mata terbuka dengan spontan.
Nilai (3) untuk mata terbuka ketika diberikan respons suara atau diperintahkan
membuka mata.
Nilai (2) untuk mata terbuka ketika diberikan rangsangan nyeri.
Nilai (1) untuk mata tidak terbuka meskipun diberikan rangsangan.
2. Respons verbal
Nilai (5) untuk mampu berbicara normal dan sadar terhadap lingkungan
sekitarnya.
Nilai (4) untuk cara bicara yang tidak jelas atau diulang-ulang, serta mengalami
disorientasi atau tidak mengenali lingkungannya.
Nilai (3) untuk mampu berbicara tapi tidak dapat berkomunikasi
Nilai (2) untuk bersuara namun tidak berkata-kata atau hanya mengerang saja.
Nilai (1) untuk tidak bersuara sama sekali.

3. Gerakan tubuh (motorik)


Nilai (6) untuk dapat mengikuti semua perintah yang diinstruksikan.
Nilai (5) untuk dapat menjangkau atau menjauhkan stimulus ketika diberikan
rangsangan nyeri.
Nilai (4) untuk dapat menghindari atau menarik tubuh menjauhi stimulus ketika
diberi rangsangan nyeri.
Nilai (3) untuk satu atau kedua tangan menekuk (abnormal flexion) ketika
diberikan rangsangan nyeri.
Nilai (2) untuk satu atau kedua tangan lurus (abnormal extension) ketika diberikan
rasa nyeri.
Nilai (1) untuk tidak ada respons sama sekali.

1.2 Etiologi

Mekanisme cedera kepala meliputi cedera akselerasi, deslerasi, akselerasi-


deselerasi, coup-countere coup, dan cedera rotasional.

1. Cedera akselerasi terjadi jika objek bergerak menghantamkepala yang


tidak bergerak (misalnya alat pemukulmenghantam kepala atau peluru
yang ditembakkan ke kepala).
2. Cedera deselerasi terjadi jika kepala yang bergerak membenturobjek diam,
seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobi ketikakepala membentur kaca
depan mobil.
3. Cedera akselerasi-deselerasi terjadi dalam kasus kecelakaankendaraan
bermotor dan episode kekerasan.
4. Cedera coup-counter coupTerjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan
otak bergerakdalam ruang cranial dan dengan kuat mengenai area
tulangtengkorak yang berlawanan serta area kepala yang
pertamakaliterbentur. Sebagai contoh : pasien dipukul dibagian
belakangkepala.
5. Cedera rotasional terjadi jika pukulan / benturan menyebabkanotak
berputar dalam rongga tengkorak yang mengakibatkanperenggangan atau
robeknya neuron dalam substansia albaserta robeknya pembuluh darah
yang memfiksasi otak denganbagian dalam rongga tengkorak.

1.3 Klasifikasi
a. Klasifikasi cedera kepala :Berdasarkan patologi

1.Cedera Kepala Primer

Merupakan akibat cedera awal. Cedera awal menyebabkan gangguan


intregitas fisik, kimia dan listrik dari sel di area tersebut yang menyebabkan
kematian sel.

2. Cedera kepala Sekunder


Cedera ini merupakan cedera yang menyebabkan kerusakan otak lebih
lanjut yang terjadi setelah trauma sehingga meningkatkan TIK yang tak
terkendali, meliputi respon fisiologis cedera otak, termasuk edema
cerebral,perubahan biokimia, dan perubahan hemodinamikserebral, iskemia
serebral, hipotensi sistemik, dan infeksilocal atau sistemik.

3. Jenis cedera :
1) Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan frakturtulang, tengkorak dan
laserasi diameter. Trauma yangmenembus tengkorak dan jaringa otak.
2) Cedera kepala tertutup : dapat disamakan pada pasiendengan gegar otak
ringan dengan cedera cerebral yangluas.
4. Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (GlasgownComa Scale) :

1) Cedera kepala ringan / minora: GCS 14-15, Dapat terjadi kehilangan


kesadaran, amnesia tetapi kurang dari 30 menit, Tidak ada fraktur
tengkorak, Tidak ada kontusia serebral, hemotoma.
2) Cedera kepala sedang: GCS 9-13 Kehilangan kesadaran, dan asam
amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam, dapat mengalami
fraktur tengkorak, diikuti kontusia serebral, laserasi ,dan
hematomaintracranial.
3) Cedera Kepala Berat GCS 3-8 Kehilangan kesadaran atau terjadi amnesia
lebihdari 24 jam, Juga meliputi kontusia serebral, laserasi atauhematoma
intracranial, Trauma kepala atau Head trauma juga digambarkan sebagai
trauma yang mengenai otak yang dapat mengakibatkan perubahan pada
fisik, intelektual, emosional, sosial, atau vokasional (Fritzell et al, 2001)

b. Intracerebral hematoma

Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak


biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara
klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai
lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang
indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya
pergeseran garis tengah.
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi
otak.Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai
daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul.
Intra Cerebral Hematom (ICH) merupakan koleksi darah focus yang
biasanya diakibatkan oleh cidera regangan atau robekan rotasional terhadap
pembuluh –pembuluh darah dalam jaringan fungsi otak atau kadang kerena cidera
tekanan .ukuran hematom bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter dan dapat terjadi pada 2- 16 kasus cidera.
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu
sendiri . hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera
kepala terbuka .intraserebral hematom dapat timbul pada penderita strok hemorgik
akibat melebarnya pembuluh nadi. Penyebab dari intracerebral hematoma yaitu:
1. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
2. Fraktur depresi tulang tengkorak
3. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
4. Cedera penetrasi peluru
5. Jatuh
6. Kecelakaan kendaraan bermotor
7. Hipertensi
8. Malformasi Arteri Venosa
9. Aneurisma
10. Distrasia darah
11. Obat
12. Merokok.
1.6 Manifestasi Klinis

Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar


setengah orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama
aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan
atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi
memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati
rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang
kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing.
Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung
perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal
besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah
biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit.

Menurut Corwin 2009 manifestasi klinik dari dari Intra cerebral


Hematom yaitu :
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
2. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal
3. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal
4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intra kranium.
Seperti kebanyakan penyakit lainnya, hematoma juga terdiri atas beberapa
jenis, yaitu:
1. Hematoma Epidural
Hematoma jenis ini muncul cedera pada bagian kepala yang terdapat
pada pembuluh arteri meningeal tengah. Akibatnya, darah akan mengumpul di
ruang epidural, yaitu di antara bagian luar selaput otak dengan tulang
tengkorak, sehingga menyebabkan hematoma.
2. Hematoma Subdural
Hematoma ini terjadi karena cedera di bagian kepala yang melibatkan
pembuluh darah vena di otak. Hal itu menyebabkan kebocoran darah yang
terjadi secara perlahan. Darah tersebut akan berkumpul di ruang bawah selaput
otak (subdural) yang lebih luas dan membutuhkan waktu lebih lama. Dan pada
akhirnya gumpalan tersebut menekan jaringan otak.

3. Hematoma Intrakranial
Hematoma jenis ini biasanya muncul pada rongga kepala dan terjadi
ketika pembuluh darah mengalami kerusakan. Seperti pada beberapa lapisan
pelindung otak atau di dalam jaringan otak, seperti halnya hematoma epidural
dan hematoma subdural. Ketiganya membutuhkan penanganan medis segera
untuk mencegah terjadinya kerusakan otak yang permanen.
4. Hematoma Intra-Abdominal
Hematoma ini menyerang bagian dalam perut. Hal ini dapat disebabkan
oleh berbagai cedera atau kondisi medis tertentu

1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dari intra cerebral hematom menurut sudoyo (2006)
adalah sebagai berikut:
1. Angiografi
2. Ct scanning
3. Lumbal pungsi
4. MRI
5. Thorax photo
6. Laboratorium
7. EKG
1.8 Diagnosa Banding
1. Edh (epidural hematoma)
2. Sch ( subdural hematoma)

1.9 Penatalaksanaan

Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan


stroke ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic,
khususnya pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis.
Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar meninggal
dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya kembali sadar
dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu,
kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke
ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan
trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan
karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan
antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa
memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
1. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse
2. Transfusi atau platelet
3. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan
platelet (plasma segar yang dibekukan)
4. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di
dalam darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor
penggumpalan)
5. Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan
tekanan di dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan
hidup, jarang dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak.
6. Intubasi trakea diindikasikan pada orang dengan tingkat kesadaran
menurun atau risiko obstruksi jalan napas lainnya
7. Cairan IV diberikan untuk menjaga keseimbangan cairan,
menggunakan cairan isotonik dan bukan hipotonik
8. Fosfenytoin atau antikonvulsan diberikan jika kejang atau perdarahan
lobar (Al-shahi 2018)
Aturan pembedahan pada tatalaksana intracerebral hematoma masih
dalam perdebatan. Tindakan bedah namun terbukti dapat menurunkan angka
morbiditas pada penderita perdarahan ulang (terutama yg diakibatkan oleh
aneurisma/ AVM), pada kasus dengan edema atau nekrosis yang disebabkan
oleh efek massa haematom meskipun cukup jarang memperbaiki keadaan
fungsi neurologis pasien.
Indikasi operasi pada intracerebral hematoma hanya dilakukan apabila
penyumbatan pembuluh darah otak di salah satu hemisfer mengakibatkan
terdorongnya garis tengah otak > 5 mm dan tindakan operasi yg dilakukan
berupa hemikraniektomi dekompresi yaitu memberikan ruang pada sisi
hemisfer yang edem dengan membuka dan menyimpan fragmen tulang di sisi
yg sama ke rongga abdomen/ subgaleal sampai keadaan pasien membaik.
Pada intracerebral hematoma tindakan operasi dilakukan jika: a) lesi
dengan efek massa, edema, atau pergeseran garis tengah (berpotensi terjadinya
herniasi); b) lesi dimana gejalanya (hemiparese/phlegi, aphasia) terjadi akibat
peningkatan TIK atau efek massa dari klot ataupun edema disekitar lesi; c)
volume hematom sedang (10–30 cc), hematom luas (30–85 cc) dengan GCS
>8; d) dijumpai tanda peningkatan TIK yang menetap/ persisten meskipun
telah diberikan terapi (kegagalan pemberian obat); e) penurunan kesadaran
secara cepat (terutama dengan adanya tanda penekanan batang otak); f) terjadi
pada pasien – pasien usia muda (≤ 50 thn);
1.10 Komplikasi
ICH dapat menyebabkan komplikasi serius. Ada risiko kejang yang dapat
terjadi kapan saja, meskipun itu bisa menjadi salah satu gejala pertama. Tekanan
intrakranial yang meningkat akibat pembengkakan otak atau pendarahan di dalam
tengkorak juga dapat terjadi. Tekanan intrakranial yang meningkat, pada
gilirannya, dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius. Hal ini dapat
menghilangkan oksigen di otak, yang menyebabkan kerusakan otak permanen
atau kematian. Dan dapat menyebabkan herniasi otak ke dalam kanal tulang
belakang, sekali lagi menyebabkan kematian. Komplikasi akut tambahan
termasuk:
1. Perdarahan terus menerus

2. Pendarahan kedua di lokasi lain


3. Infeksi
4. Kerusakan saraf kranial
5. Koma
1.11 Proses Keperawatan
1.1.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,
pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan.

a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan
klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual,
kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya
hidup klien
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang terjadi saat melakukan pengkajian, pada pasien-pasien ich
keluhan yg sering muncul yaitu nyeri kepala
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit yang sama atau penyakit
yang lainnya
5 Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarga ada riwayat penyakit menurun atau menular
6. Riwayat psikososial
Kaji hubungan sosial keluarga, teman serta orang orang terdekat
7. Pola-pola fungsi kesehatan
Kaji kebiasaan dalam menagani sakit
8 . Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kaji pandangan klien tentang penyakitnya
9 Pola nutrisi dan metabolisme
Kaji status gizi pasien serta diet selama di rs
10 Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB/BAK warna, bau, konsistensi
11 Pola aktivitas dan latihan
Kaji kebiasaan olahraga pasien
12 Pola tidur dan istirahat
Kaji lama tidur, gangguan tidur, penggunaan obat bantu tidur,.
13 Pola hubungan dan peran
Kaji perubahan peran hubungsn dengan orang lain dan orang orang yang ada
disekitarnya
14 Pola persepsi dan konsep diri
Kaji pengetahuan tentang penyakitnya/obat yang biasa dikonsumsi, faktor
risiko tentang penyakitnya
15 Pola sensori dan kognitif
Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya, misalkan penyebab, faktor
resiko dan tanda gejala.
16 Pola reproduksi seksual
Kaji masalah seksual misalkan menstruasi, fertilitas,libido dll
17 Pola penanggulangan stress
Kaji stress saat ini dan mekanisme koping stres
18 Pola tata nilai dan kepercayaan
Kebudayaan terkait kesehatan , pandangan klien tentang agama, kegiatan
agama dll

b Pemeriksaan fisik
c Keadaan umum
- Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
- Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
- Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
d. Pemeriksaan integumen
- Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA
Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
- Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
- Rambut : umumnya tidak ada kelainan
e Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala : bentuk normocephalik
- Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
- Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
f Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks
batuk dan menelan.
g. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
h Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
i Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
j Pemeriksaan neurologi
- Pemeriksaan nervus cranialis
- Pemeriksaan motorik
- Pemeriksaan sensorik
- Pemeriksaan refleks

k Pemeriksaan penunjang
l Pemeriksaan radiologi
- CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
- MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
- Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler.
- Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis pada penderita stroke.
m Pemeriksaan laboratorium
- Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor
masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

- Pemeriksaan darah rutin


- Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-
angsur turun kembali.
- Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.

1.1.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d Tahanan pembuluh darah


;infark
2. Gangguan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah
3. Gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan tonus otot
4. Gangguan nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
5. Gangguan defisit perawatan diri b.d kelemahan otot.
1.1.3 Perencanaan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Gangguan mobilisasi Perfusi jaringan cerebral 1. Monitor
fisik b.d kondisi efektif setelah dilakukan Vital Sign
yang melemah tindakan keperawatan selama 2. Monitor
3x24 jam dengan KH: tingkat
- Vital Sign normal. kesadaran.
- Tidak ada tanda-tanda 3. Monitor
peningkatan TIK GCS.
(takikardi,Tekanan darah 4. Tentukan
turun pelan2) factor
-GCS E4M5V6 penyebab
penurunan
perfusi
cerebral.
5.Pertahankanp
osisi tirah
baring atau
head up to30°.
6.Pertahankan
lingkungan
yang nyaman.
7.Kolaborasi
dengan tim
kesehatan.
Pemberian
terapi oksigen
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai