TRAUMA KAPITIS
A. KONSEP DASAR
2. MEKANISME CEDERA
4. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum tanda dan gejala pada cedera kepala meliputi ada taua tidaknya
fraktur tengkorak, tingkat kesadaran dan kerusakan jaringan otak.
1. Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak dapat melukai pembuluh darah dan saraf-saraf otak, merobek
durameter yang mengakibatkan perembesan cairan serebrospinal. Jika terjadi
fraktur tengkorak, kemungkinana yang terjedi aalah:
- Keluarnya cairan seebrospinal atau cairan lain dari hidung (rhinorrhoe) dan
telinga (otorrhoe).
- Kerusakan saraf cranial.
- Perdarhan di belakang membrane timpani
- Ekimosis pada periorbital
Jika terjadi fraktur basiler kemungkinana adanya gangguan pada saraf cranial dan
kerusakan bagian dalam telinga sehingga kemungkinana tanda dan gejalanya:
- Perubahan tajam penglihatan karena kerusakan nervus optikus
- Kehilangan pendengaran karena keusakan paad nervu auditorius
- Dilatasi pupil dan hilangnya kemampuan pergerakan beberapa otot mata
karena kerusakan nervus okulomotoris
- Paresis wajah karena kerusakan nervus fasialis
- Vertigo karena kerusakan otolith dalam telinga bagian dalam
- Nigtagmus karena kerusakan pada system vestibular
- Warna kebiruan di belakang telinga di atas mastois (Battle sign)
2. Kesadaran
Tingkat kesadaran pasien bergantung dari berta ringannya cedera kepala, ada
atau tidaknya amnesia retrograt, mual dan muntah.
3. Kerusakan jaringan otak
Manifestasi klinik kerusakan jaringan otak bervariasai bergantung dari cedera
kepala. Untuk melihat adanya kerusakan cedera kepala perlu dilakukan
pemeriksaan CT scan atau MRI.
Trauma otak mempengaruhi setiap system tubuh. Manifestasi klinis cedera
otak meliputi gangguan kesadaran, konfusi, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba
deficit neurologik, dan perubahan tanda vital. Mungkin ada gangguan penglihatan
dan pendengaran, disfungsi sensori, kejang otot, sakit kepala, vertigo, gangguan
pergerakan, kejang, dan banyak efek lainnya. Karena cedera SSP sendiri tidak
meyebabkan syok, adanya syok hipovolemik menunjukkan kemungkinan cedera
multisistem.
Data tergantung pada tipe, lokasi, dan keparahan cedera dan mungkin dipersulit
oleh cedera tambahan pada organ-organ vital.
Aktivitas/Istirahat
Gejala :Merasa lemah, lelah, hilang keseimbangan.
Tanda :Perubahan kesadaran,letargi,hemiparese quadreplegia, ataksia, cara
berjalan tak tegap. Masalah dalam keseimbangan cedera (trauma) ortopedi,
kehilangan tonus otot, otot spastik.
Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi).
Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
Eliminasi
Gejala : Inkontinentia kandungan kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera.
Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian. Vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstremitas.
Perubahan dalam penglihatan seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian
lapang pandang, fotofobia.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah, tidak bisa beristirahat, merintih.
Pernapasan
Tanda : Perubahan pola napas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Napas
berbunyi, stridor, tersedak.
Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi.
Gangguan penglihatan
Kulit laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti “raccoon eye” tanda Batle di sekitar
telinga (merupakan tanda adanya trauma).. Adanya aliran cairan (drainase) dari
telinga/hidung (CSS).
Gangguan kognitif.
Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami
paralysis.
Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang,
disartria, anomia.
Pemenuhan Pembelajaran
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
BAER (Brain Auditori Evoked Respons). : menentuk fungsi korteks dan batang
otak.
PRIORITAS KEPERAWATAN
TUJUAN PEMULANGAN
Kriteria : Tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda peningkatan TIK.
Intervensi :
d. Kaji respon verbal; catat apakah pasien sadar, orientasi terhadap orang,
waktu dan tempat baik atau malah bingung; menggunakan kata-kata/frase
yang tidak sesuai
R/ : Mengukur kesesuaian dalam berbicara dan menentukan tingkat
kesadaran.
e. Kaji respon motorik terhadap perintah yang sederhana, gerakan yang
bertujuan (patuh terhadap perintah, berusaha untuk menghilangkan
rangsang nyeri yang diberikan) dan gerakan yang tidak bertujuan (kelainan
postur tubuh). Catat gerakan anggota tubuh dan catat sisi kiri dan kanan
secara terpisah .
R/ : Mengukur kesadaran secara keseluruhan dan kemamppuam untuk
berespon pada rangsangan eksternal dan merupakan petunjuk
keadaan kesadaran terbaik pada pasien yang matanya tertutup
sebagai akibat pasien trauma atau afasia. Pasien dikatakan sadar
apabila pasien dapat meremas atau melepas tangan pemeriksa atau
dapat menggerakan tangan sesuai dengan perintah. Gerakan yang
bertujuan dapat meliputi mimik kesakitan atau gerakan menarik atau
menjauhi rangsangan nyeri. Gerakan lain (fleksi abnormal dari
ekstremitas tubuh) biasanya sebagai indikasi kerusakan serebral
yang menyebar. Tidak adanya gerakan spontan pada salah satu sisi
tubuh yang menandakan kerusakan pada jalan motorik pada
hemisfer otak yang berlawanan (kontralateral).
f. Pantau TD
- Catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tenaga
nadi yang semakin berat; observasi terhadap hipertensi pada pasien
yang mengalami trauma multiple.
R/ : Normalnya, autoregulasi mempertahankan aliran darah otak
yang konstan pada saat ada fluktasi tekanan darah sistemik.
Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakakan
vaskularisasi serebral lokal atau menyebar. Peningkatan tekanan
darah sistemik yang diikuti oleh penurunan tekanan darah
diastole merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK, jika
diikuti oleh penurunan tingkat kesadaran.
Hipovolemia/hipertensi dapat juga mengakibatkan
kerusakan/iskemia serebral.
g. Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran, ketjaman, kesamaan antara kiri dan
kanan, dan reaksinya terhadap cahaya.
R/ : Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial okulomotor (N.III) dan
berguna untuk menentukan apakah batang otak masih baik.
Ukuran/kesamaan ditentukan oleh keseimbangan antara persarafan
simpatis dan parasimpatis. Respon terhadap cahaya mencerminkan
fungsi yang terkoordinasi dari saraf cranial optikus dan
okulomtorius.
i. Kaji l;etak/gerakan mata, catat apakah pada posisi tengah atau ada deviasi
pada satu sisi atau kebawah. Catat pula hilangnya refleks DOLLS EYE.
R/ : Posisi dan gerakan mata membantu menemukan lokasi area otak
yang terlibat. Tanda awal dari peningkatan TIK adalah kegagalan
dalam kegagalan dalam abduksi pada mata, mengindikasikan
penekanan/trauma pada saraf cranial V.Hilangnya DOLLS EYE
mengindikasikan adanya penurunan pada fungsi batang otak dan
prognosisnya jelek.
j. Catat ada tidaknya refelks-refleks tertentu seperti refleks menelan, batuk
dan Babinski dan sebagainya.
R/ : Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada tingkat otak
tengah atau batang otak dan sangat berpengaruh langsung terhadap
pasien. Refleks Babinski positif mengindikasikan adanya trauma
sepanjang jalur piramida pada otak
l. Kolaborasi :
- Tinggikan kepala pasien 15 – 45 derajat sesuai indikasi yang
dapat ditoleransi.
R/ : Meningkatkan aliran balik vena dari kepal sehingga akan
mengurangi kongesti dan edema atau risiko terjadinya
peningkatan TIK.
Antikonvulsan (Fenitoin).
Analgetik (Kodein).
R/ : Untuk menghilangkan nyeri.
Sedatif (Difenhidramin).
Antipiretik ( asetaminofen).
R/ : Mengendalikan demam.
Intervensi :
b. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi.
R/ : Untuk memudahkan ekspansi paru/ventilasi paru dan menurunkan
kemungkinan lidah jatuh yang menyumbat jalan napas.
c. Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam yang efektif jika pasien
sadar.
R/ : mencegah/menurunkan atelektasis.
e. Kolaborasi :
- Pantau atau gambarkan analisa gas darah, tekanan oksimetri
R/ : Menentukan kecukupan pernapasan. Keseimbangan asam basa
dan kebutuhan akan terapi.
Intervensi :
a. Evaluasi/pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara,
alam perasaan/afektif, sensorik dan proses piker
R/ : Fungsi serebral bagian atas biasanya terlebih dahulu oleh adanya
gangguan sirkulasi, oksigenasi. Kerusakan dapat terjadi saat trauma
awal atau kadang-kadang berkembang setelahnya akibat dari
pembengkakan atau perdarahan. Perubahan motorik, persepsi,
kognitif dan kepribadian mungkin berkembang dan menetap dengan
perbaikan respons secara perlahan-lahan atau tetap bertahan secara
terus menerus pada derajat tertentu.
f. Kolaborasi :
- Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terpi wicara, dan
terapi kognitif.
R/ : Pendekatan antar disiplin dapat menciptakan rencana
penatalaksanaan terintegrasi yang didasarkan atas kombinasi
kemampuan/ketidakmampuan secara individu yang unik dengan
berfokus pada peningkatan evaluasi dan fungsi fisik, dan
ketrampilan perceptual.
Intervensi :
d. Berikan perawatan kulit yang cermat, masase dengan pelembab, dan ganti
linen/pakaian yang basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih dan
bebas dari kerutan (jaga tetap tegang).
R/ : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan risiko
terjadinya ekskoriasi kulit.
e. Pantau haluaran urine. Catat warna dan bau dari urine. Bantu dengan
latihan kandung kemih jika memungkinkan.
R/ : Pemakaian kateter Foley selama fase akut memungkinkan dibutuhkan
untuk jangka waktu yang panjang sebelum memungkinkan untuk
dilakukan latihan kandung kemih. Saat kateter dilepas, beberapa
metode kontrol dapat dicoba seperti kateterisasi intermiten
(selama pengosongan sebagian atau seluruhnya);kateter
eksternal, interval diatas pispot memberikan duk inkontinen.
Intervensi :
Intervensi :
e. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan
teratur.
R/ : meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi
yang diberikan yang dapat meningkatkan kerjasama pasien saat
makan.
g. Kolaborasi :
- Konsultasi dengan ahli gizi.
R/ : merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi
kebutuhan kalori/nutrisi tergantung pada usia, berat
badan, ukuran tubuh, dan keadaan penyakit sekarang.
Tujuan :
a. Evaluasi kemampuan dan kesiapan untuk belajar dari pasien dan juga
keluarganya.
R/ : memungkinkan untuk menyampaikan informasi yang didasarkan atas
kebutuhan secara kebutuhan.