1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Tn. RR
Umur : 37 Tahun
Kelamin : Laki – laki
Agama : Kr. Protestan
Pendidikan : STM
Pekerjaan : TIdak ada
Alamat : Kleak lingkungan V Manado
Suku / bangsa : Minahasa / Indonesia
Tgl Masuk : 09 – 10 – 2007
Tgl pengkajian : 10 – 09 – 2007
No R.M : 2233
Diagnosa medis : Skizofrenia
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. A.R.
Umur : 56 thn
Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Kr. Protestan
Alamat : Kleak lingkungan V manado
Hubungan : Ibu kandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan MRS : Ingin berobat supayah sembuh
b. Keluhan Utama
- Saat MRS : klien marah – marah, mengamuk dan melempar barang.
- Saat dikaji :
* Klien mengatakan mendengar suara / bisikan yang
menyuruhnya * latihan karate.
* Klien banyak bicara, suka tertawa dan bicara sendiri
* Klien menggerak – gerakan tangan saat bercerita.
3. Faktor Predisposisi
a. Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa, bahkan sudah empat kali masuk keluar
RS jiwa yaitu :
1. 29-01-1997 10-12-1997
2. 11-10-2001 02-06-2003
3. 06-07-2003 09-12-2003
4. 09-10-2005
-Sekarang
b. Pengobatan sebelumnya
Pengobatan sebelumnya kurang behasil karena klien sudah tidakmau minum obat lagi (klien putus
obat)
c. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Dalam keluarga hanya klien yang mengalami gangguan jiwa.
d. Pengalaman masa lalu yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
- Saat dikaji klien mengatakan pengalaman yang menyenangkan waktu menjadi juara
karate.
- Keluarga mengatakan klien sudah tidak bias ikut kuliah karena sakit, sehingga klien
marah-marah, membentak dan melempar barang.
Masalah keperawatan : - Perilaku kekerasan
- Resiko mencederai orang lain dan lingkungan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg SB : 36° C N : 82 x/m R : 21 x/m
b. BB : 54 Kg TB : 160 Cm
c. Kesadaran : Compos mentis
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep Diri
- Citra tubuh
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, saat ditanya bagian tubuh yang disukai
adalah tangan.
- Identitas
Klien dapat menyebutkan identitas dirinya, klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang
laki-laki.
- Peran
Sebelum sakit dirumah klien mempunyai tanggungjawab sebagai anak, klien dapat melakukan
pekerjaan dirumah.Klien rajin mengikuti kegiatan ibadah. Tetapi setelah sakit klien dirawat dirumah sakit
jiwa. Klien mengatakan bahwa dirumah sakit klien adalah seorang pasien yang mendapat pengobatan.
- Ideal diri
Klien berharap dapat segera pulang dirumah,membantu org tua dan latihan karate
- Harga diri
Klien mengatakan jika sudah pulang dirumah klien ingin bergaul dengan teman-temannya
klien menerima keadaan klien dan mengatakan bahwa klien tidak malu jika dia dirawat dirumah sakit
jiwa
c. Hubungan social
- Orang terdekat : ibu kandung klien
- Peran serta dalam masyarakat
Sebelum sakit klien sering mengikuti kegiatan masyarakat seperti kerja bakti dan kegiatan
pemuda. Setelah di rumah sakit, klien jarang mengikuti kegitan dalam masyarakat.klien hanya mengikuti
kegiatan dalam rumah sakit dan itupun jika klien suka.
1 Ds : Gangguan persepsi
sendiri :
Klien mengatakan mendengar suara/ bisikan yang menyuruhnya
latihan karate Halusinasi
pendengaran
Do :
Klien suka bicara sendiri, tertawa dan senyum sendiri klien
banyak bicara
2 Ds : Resiko mencederai
orang lain dan
Keluarga mengatakan klien suka marah:”, melempar barang jika
lingkungan
sakit
Do :
Klien bicara cepat dank eras.
Saat bercerita klien suka menggerak-gerakkan tangan
Ekspresi wajah serius saat bercerita
Kontak mata tajam
3 Ds : Isolasi sosial/
menarik diri
Keluarga mengatakan klien suka mengurung diri dirumah dan
bicara sendiri
Do
- Klien suka berdiam diri dalam kamar
- Klien tidak suka berbicara dengan teman-temannya dalam
ruangan
- Klien tampak malu-malu saat bercerita dengan perawat
Masalah Keperawatan
- Halusinasi pendengaran
- Resiko mencederai orang lain dan lingkungan
- Isolasi sosial ; Menarik diri
- Gangguan pola tidur
B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko mencederai orang lain dan lingkungan B/d halusinasi pendengaran
2. Gangguan persepai sesori B/d menarik diri
3. Isolasi social ; menarik diri b/d respon pasca trauma
4. Gangguan pola tidur b/d halusinasi pendengaran
Perencanaan Keperawatan
No/ Diagnosa
Keperawatan Kriteria
Tgl Tujuan Intervensi Rasional
Evaluasi
TUK 2:
2. 2.1 2.1.1 2.1.1
Klien dapat Klien dapat Adakan kontak Mengurangi waktu
mengenal membedaka yang sering dan kosong bagi klien
halusinasi. n hal nyata singkat secara sehingga mengurangi
dan tidak bertahap, frekuensi halusinasi
nyata. klien.
2.1.2
Observasi
tingkah laku
verbal yang
berhubungan
dengan
halusinasi
- Isi bicara,
mata melotot,
tiba-tiba
melotot, tiba-
tiba tetawa,
2.1.3 2.1.3
2.1.4
Terima hal-hal
yang nyata bagi
klien tetapi tidak
bagi perawat
4.1.2
Disesuaikan
tentang manfaat
berhubungan
dengan anggota
keluarga
Tangga No
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
l Dx
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.R. dengan perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran melalui pendekatan proses keperawatan yang dilaksanakan mulai hari senin 10
September 2007 sampai dengan 12 September 2007 maka penulis menyimpulkan bahwa adanya
kesenjangan antara teori dan praktik keperawatan jiwa. yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan secara pribadi antara penulis dan klien dan melakukan kerja sama antara
perawat ruangan. dalam teori keperawatan jiwa pengkajian yang di lakukan kepada klien untuk
memperoleh data bukanlah hal yang mudah dilakukan karena memerlukan waktu yang cukup panjang.
setelah penulis melakukan pengkajian kepada klien Tn. R. di mana A RSU Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
manado, maka penulis menyatakan bahwa pengkajian yang dilakukan ternyata tidak memakan waktu
yang lama dan tergolong mudah, hal ini disebabkan oleh kerena klien sudah sering masuk keluar rumah
sakit, dan klien ini sudah lama mendapat perawatan sehingga untuk berinteraksi dengan klien dapat
dilakukan dengan mudah.
2. Diagnosa keperawatan
Penetapan diagnosa keperawatan memerlukan penganalisaan data yang cukup rumit, karena
bukanlah mudah untuk menimbulkan suatu diagnosa tanpa data yang akurat. Setelah penulis
menyelesaikan masalah dan kebutuhan klien diagnosa yang muncul 4 diagnosa keperawatan. jika ditinjau
lebih lagi, sebenarnya dalam teori, klien dengan diagnosa medik skizofrenia banyak memunculkan
diagnosa keperawatan tetapi setelah penulis mengkaji dan menganalisa maka masalah yang muncul pada
klien dengan skizofrenia ini, hanyalah 4 diagnosa keperawatan.
3. Perencanaan
Perencanaan yang dibuat penulis berdasakan berbagai sumber disesuaikan dengan prioritas
masalah keperawatan. rencana perawatan yang dibuat penulis tentunya sangat diharapkan untuk dapat
dilaksanakan tetapi mengingat keterbatasan waktu, alat dan media penunjang lainnya maka tidak semua
rencana tindakan dapat di implementasikan. pada implementasi juga penulis banyak mengalami kesulitan
mengingat yang diberikan implementasi adalah klien dengan gangguan jiwa maka penulis sangat
berusaha keras untuk menggunakan ilmu dan diri penulis agar implementasi tersebut berhasil guna.
4. Evaluasi
Penilaian keberhasilan tindakan keperwatan sangatlah penting untuk dilakukan, hal ini merupakan
hal yang sangat penting, kerena tanpa evaluasi maka apa yang dilakukan penulis beserta respon klien
tehadap tindakan keperawatan yang dilakukan tidak dapat diukur. dalam evaluadi ini, penulis banyak
mengamati respon atau prilaku klien selama 3 hari setelah penulis memberikan inplementasi keperawatan.
Jadi secara umum penulis menyimpulkan bahwa dalam studi kasus yang penulis angkat saat ini
memberi gambaran kepada kita tentang kesenjangan antara teori dan prktik keperawatan jiwa melalui
pendekatan proses keperawatan jiwa yang telah diterapkan oleh penulis pada klien dengan perubahan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.
B. Saran
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan klien gangguan jiwa,maka sebaiknya perawat harus
lebih menigkatakan keterampilan diri untuk mengadakan pengkajian agar nantinya data terindentifikasi
benar-benar merupakan data yang sesunggunya sehuingga dengan demikian kita dapat mengetahui
masalah klien yang harus diselesaikan serta kebutuhanklien yang harus dipenuhi.dalam menerapkan
auhan keperawatan ini maka efisiensi waktu harus juga diperhatikan karena semakin banyak perawat
meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan klien,semakin banyak pula peluang perawat untuk
mengindetifikasi masalah yang dihadapi klien.untuk itu, sebagai seorang perawat professional haruslah
giat dan kiat dalam memanfaatkan diri perawat sebagai terapi untuk klien dengan gangguan jiwa. Agar
nantinya asuhan keperawatan jiwa yang sudah diterapkan atau pun akan diterapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya sebagai pengembangan keahlian perawat psikiatri.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI (2000) Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1, Teori dan Tindakan
keperawatan (Penerbit Dep-kes RI Jakarta)
Keliat, Budi Ana (2006) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi Dua, Penerbit, Buku Kedokteran,
ECG, Jakarta
Stuart,gail w (2007) Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Zaidin ali (2002) Buku Dasar”Keperawatan Profesional, Cetakan 1, Penerbit: Widya Medika Jakarta.
INISIAL KLIEN : Tn.R.R
INTERAKSI : I (Fase perkenalan)
LINGKUNGAN : Duduk Berhadapan 1 m Didepan ruang I suasana tenang.
DESKRIPSI : Klien memakai kaus biru tangan pendek celana biru pendek dan sendal jepit
warna hitam
TUJUAN : Klien dapat memperkenalkan diri dan terbina hubungan saling percaya
antara K dan P
WAKTU : Siang hari , senin 10 September 2007
Analisa
Analisa Berpusat
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Berpusat Pada Rasional
Pada Klien
Perawat
K : Menatap perawat,
K : Pagi tersenyum melihat Berdiri didepan
mantri…. perawat perawat
Perkenalan
P : Kontak mata, nada
Berharap klien merupakan
pelan mempersilahkan
dapat salah satu cara
klien duduk,
menjawab untuk
P : Perkenalkan mengulurkan tangan
pertanyan membina
nama saya”T” dari dengan benar hubungan
Akper Bethesda saling
Tomohon akan percaya.
bertugas disini
selama 3 hari.
bisakah saya
berbincang”dengan
anda untuk 15
menit?
K : Iya…. K : Menatap Perawat
Klienmengulurkan
tangan, kontak
mata ada. Menyebutkan
nama
P : Bisakah P : Kontak mata, nada
menandakan
menyebutkan nama pelan mempersilahkan
kesediaan
anda? klien bicara.
menerima
Berharap hubungan
K : Kontak mata
klien dapat dengan baik
singkat, sesekali
K : Saya “R” menjawab
berpaling, tertawa
Klien bicara keras
.
dan lancar,
tersenyum.
K : Kontak mata
singkat
K: Di RS
Klien menggerak
– gerakan tangan
Analisa
Analisa
Berpusat
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Berpusat Rasional
Pada
Pada Klien
Perawat
Berharap
klienterus
bercerita
Mencari
tahu
penyebab
klien
dapat
melakuka
n
tindakan
yang
dilakukan
nya.
Berharap
klien
dapat menj
K : Tidak mantri, tapi saya
awab
memang mendengar
pertanyaan
suara itu hampir K : Ekspresi wajah tenang,
dan dan
setiap malam kontak mata tajam, bicara
dapat
keras dan lancar.
P : Iya R memang siap? itu memperca
dapat di dengar orang P : Bicara lembut, kontak yai
tapi saya perawat mata, memegang pundak
tidak mendengar klien
suara tersebut. Jadi
jika R mendengar suara Menatap
seperti itu apa yang perawat
R lakukan? dan
tersenyum.
K : Oh…,begitu ya mantri.
Memang sewaktu
mendengar suara itu
saya melakukan
apa yang ia katakan. Membant
u klien
K : Bicara kuat dan cepat,
mengenal
dan menggerakan
i
tangannya saat bercerita.
halusinas
inya dan
memberi
kan
masukan
sederhan
a untuk
meningka
tkan
hubungan
saling
percaya.
Senang
karena
diperhatika
n.
P : Kalau begitu sampai
jumpa besok R
K : Iya mantri.
K : Mengangguk Tersenyum
pada
dan menatap
perawat
perawat
Terminas
i yang
disepakat
i dapat
membina
K : Tersenyum dan saling
kembali ke percaya.
tempat tidur
Analisa Analisa
Komunikasi Non
Komunikasi Verbal Berpusat Pada Berpusat Pada Rasional
Verbal
Perawat Klien
K : Memegang
perawat, menatap
dan tersenyum.
Klien merasa
senang dekat
dengan P dan
menerima
perpisahan
dengan baik.
A. Pengertian.
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam upaya
mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif.
1. Sebagai pelaksana.
Peran perawat memberikan asuhan langsung kepada klien mengenai kegiatan yang dilaksanakan
diruangan. Seperti kegiatan sehari-hari, memimpin klien membersihkan ruangan atau halaman,
mengajarkan cara berpakaian, mandi, dan kegiatan lain yang sudah terjadwalkan.
2. Sebagai pendidik.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan terapi modalitas dalam berbagai
kegiatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingakh laku adalah sasaran dalam terapi tersebut.
Perawat juga memberikan pengetahuan kepada klien agar mampu memperbaiki, mempertahankan, dan
meningkatkan kemampuan baik minat serta hobinya.
3. Sebagai pengelola.
4. Mengelompokkan klien sesuai dengan masalah atau kondisi klien, mis : klien kronis, akut,
gangguan berhubungan,dll.
5. Menentukan tujuan dan sasaran dari setiap kegiatan sesuai dengan masalah dan latar belakang
klien.
6. Memilih jenis kegiatan yang sesuai. Dalam hal ini klien dapat dilibatkan untuk menentukan jenis
kegiatan yang akan dilakukan.
7. Sebagai peneliti.
Sebagai peneliti perawat dapat melakukan evaluasi keberhasilan program terapi. Evaluasi dilakukan
untuk menilai perkembangan klien secara kontinyu dan teratur, baik setelah kegiatan maupun
perkembangan sehari-hari dari klien. Evaluasi ini berguna untuk mengetahui efek terapi kegiatan yang
telah dilakukan. Efek terapi kegiatan tersebut dapat digunakan sebagai kriteria pasien kepada tim seleksi.
Maaf ya.., patoflow askep jiwa dengan halusinasi pendengaran ada di sini:
E. Manifestasi Klinis
Tahap I
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c. Gerakan mata yang cepat
d. Respon verbal yang lambat
e. Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
Tahap II
a. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan
nadi, pernafasan dan tekanan darah
b. Penyempitan kemampuan konsenstrasi
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Tahap III
a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada
menolaknya
b. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
d. Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk
mengikuti petunjuk
Tahap IV
a. Prilaku menyerang teror seperti panik
b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik diri atau
katatonik
d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
F. ASUHAN KEPERAWATAN
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan dengan
orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyaikesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima
dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara terapeutik dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati, terbuka
dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien
alami. Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress.Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan
sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
- Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu
akan mengalami stress dan kecemasan.
- Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap
lingkungan tempat klien di besarkan.
- Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimiaseperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).
- Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peranganda yang bertentangan dan sering
diterima oleh anak akanmengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan
orientasi realitas.
- Faktor genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui,tetapi hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkanhubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan
energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah
sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
c. Prilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan
bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan
masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang
dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi yaitu :
1. Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang diberikan oleh
lingkungannya.Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam
waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab
halusinasi itu terjadi.Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan
adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri.
Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah iamerupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan sistem control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien
selalu berinteraksi denganlingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan manusia lainnya
merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga proses diatas
tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam
individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya.
d. Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan
anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
e. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber dari apayang klien perlihatkan sampai dengan
adanya halusinasi dan perubahan yang penting dari respon klien terhadap halusinasi. Adapun diagnosa
keperawatan yang mungkin terjadi pada klien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a) Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi
b) Halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi
Tujuan: Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain.
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal
b. Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara memutuskan
halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi klien untuk digunakan
c. Pasien dapat menggunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara sering
berinteraksi dengan keluarga
d. Pasien dapat menggunakan obat dengan benar
Intervensi :
1. Bina Hubungan saling percaya
2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
3. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
4. Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan dengan kondisiklien)
5. Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi
6. Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan tingkah laku halusinasi
7. Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi, isi, waktu,
frekuensi
8. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat alami halusinasi.
9. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami halusinasi.
10. Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
11. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan halusinasi yang sesuai dengan
klien
5. Evaluasi
Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika :
a) Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi
b) Mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan
c) Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam membantu klienmengatasi
masalahnya.