Anda di halaman 1dari 41

Pengkajian Keperawatan

      1.   Identitas
            a.   Identitas  klien
                  Nama                        :     Tn. RR

                  Umur                        :     37 Tahun
                  Kelamin                    :     Laki – laki
                  Agama                      :     Kr. Protestan
            Pendidikan                     :     STM
            Pekerjaan                        :     TIdak ada
            Alamat                           :     Kleak lingkungan V Manado
            Suku / bangsa                 :     Minahasa / Indonesia
            Tgl Masuk                      :     09 – 10 – 2007
            Tgl pengkajian                :     10 – 09 – 2007
                   No R.M                   :        2233
            Diagnosa medis              :     Skizofrenia
      b.   Penanggung  Jawab
            Nama                        :     Ny. A.R.
            Umur                              :     56 thn
            Kelamin                          :     Perempuan
            Pekerjaan                        :     IRT
            Agama                            :     Kr. Protestan
            Alamat                           :     Kleak lingkungan V manado
            Hubungan                      :     Ibu kandung

     
      2.   Riwayat Kesehatan
            a.   Alasan MRS : Ingin berobat supayah sembuh
            b.   Keluhan Utama 
                  -     Saat MRS : klien marah – marah, mengamuk dan melempar barang.
                  -     Saat dikaji :
                        *    Klien mengatakan mendengar suara / bisikan yang
menyuruhnya                                  *      latihan karate.
                        *    Klien banyak bicara, suka tertawa dan bicara sendiri
                        *    Klien menggerak – gerakan tangan saat bercerita.
      3.   Faktor Predisposisi
            a.   Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa, bahkan sudah empat kali  masuk keluar
RS jiwa yaitu :

No Tanggal MRS Tanggal Keluar

1. 29-01-1997 10-12-1997

2. 11-10-2001 02-06-2003

3. 06-07-2003 09-12-2003

4. 09-10-2005

-Sekarang

            b.   Pengobatan sebelumnya
            Pengobatan sebelumnya kurang behasil karena klien sudah tidakmau minum obat lagi (klien putus
obat)
            c.   Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
                  Dalam keluarga hanya klien yang mengalami gangguan jiwa.
            d.   Pengalaman masa lalu yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
                  -     Saat dikaji klien mengatakan pengalaman yang menyenangkan waktu menjadi juara
karate.
                  -     Keluarga mengatakan klien sudah tidak bias ikut kuliah karena sakit, sehingga klien
marah-marah, membentak dan melempar barang.
      Masalah keperawatan :      -     Perilaku kekerasan
                                                -     Resiko mencederai orang lain dan lingkungan
      4.    Pemeriksaan Fisik
            a.   Tanda vital :
                  TD             :  110/80 mmHg    SB    :              36° C               N : 82  x/m            R : 21 x/m
            b.   BB             : 54 Kg                 TB : 160 Cm
            c.   Kesadaran : Compos mentis
      5.   Psikososial
                        a.         Genogram      
  
b.   Konsep Diri
                  -     Citra tubuh
                  Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, saat ditanya bagian tubuh yang disukai
adalah tangan.
                  -     Identitas
                  Klien dapat menyebutkan identitas dirinya, klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang
laki-laki.
                  -     Peran
                  Sebelum sakit dirumah klien mempunyai tanggungjawab sebagai anak, klien dapat melakukan
pekerjaan dirumah.Klien rajin mengikuti kegiatan ibadah. Tetapi setelah sakit klien dirawat dirumah sakit
jiwa. Klien mengatakan bahwa dirumah sakit klien adalah seorang pasien yang mendapat pengobatan.
                  -     Ideal diri
                  Klien berharap dapat segera pulang dirumah,membantu org tua dan latihan karate
                  -     Harga diri
                  Klien mengatakan jika sudah pulang dirumah klien ingin bergaul dengan teman-temannya
klien menerima keadaan klien dan mengatakan bahwa klien tidak malu jika dia dirawat dirumah sakit
jiwa
            c.   Hubungan social
                  -     Orang terdekat : ibu kandung klien
                  -     Peran serta dalam masyarakat
                  Sebelum sakit klien sering mengikuti kegiatan masyarakat seperti kerja bakti dan kegiatan
pemuda. Setelah di rumah sakit, klien jarang mengikuti kegitan dalam masyarakat.klien hanya mengikuti
kegiatan dalam rumah sakit dan itupun jika klien suka.

            d.   Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


            Sebelum sakit klien adalah org yang pemalu,tetapi setelah sakit klien banyak bicara, frekuensi
bicara cepat.saat dirumah sakit. Klien suka menyendiri dan tidak mau berbicara dengan teman-teman
diruangan. Dengan teman-teman didalam ruangan,klien kebanyakan duduk ditempat tidur.
      Masalah keperawatan : isolasi sosial ; menarik diri
      6.   Status Mental
            a.   Penampilan
            Cara berpakain rapi, penampilan sesuai usia, kebersihan cukup, postur tubuh sedang, ekspresi
wajah kadang serius saat bercerita, kontak mata tajam, status kesehatan secara umum baik (tidak ada
penyakit serius yang diderita), cara berjalan baik.
            b.   Pembicaraan
            Frekuensi bicara cepat, volume suara keras,kata – kata yang diucapkan jelas tapi dalam memberi
jawaban terlalu panjang.
            c.   Aktivitas motorik
                  -     Klien suka jalan- jalan diruangan, dapat melakukan aktivtas jika disuruh perawat.
                  -     Klien tampak bersemangat, klien suka menggerak – gerakan tangan saat bicara
            d.   Interaksi selama wawancara
            Klien kooperatif, dapat menjawab pertanyaan dengan baik, kontak mata kadang tidak mau
menatap perawat.ekspresi wajah saat bercerita serius, klien senang saat diajak bicara, klien tampak malu-
malu saat bercerita.
      Masalah  Keperawatan : Isolasi sosial ; menarik diri.
            e.   Alam perasaan
                  Klien mengatakan rasa  senang.
            f.    Afek
                  Labil (tidak sesuai)
            g.   Persepsi
            Klien sering mengatakan sering mendengar suara / bisikan ditelinga
yang                                              menyuruhnya latihan karate
      Masalah  Keperawatan   : Halusinasi Pendengaran
            h.   Isi pikir
            Klien mengatakan bahwa ia akan latihan karate, klien mengatakan bahwa ia akan memenangkan
pertandingan dan akan menjadi juara. Saat menceritakan hal ini, ekspresi klien menjadi serius.
      Masalah keperawatan     : Perubahan isi pikir
            i.    Proses pikir
            Arus pikir cukup baik, klien mampu menjawab pertanyaan.ekspresi diri saat berbicara kadang
kurang jelas, tetapi sulit bagi klien un tuk mengganti topik pembicaraan jika tidak ditanyakan perawat.
            j.    Tingkat kesadaran
                  Orentasi waktu, orang dan tempat baik
            k.   Memori
            Daya ingat jangka panjang baik, daya ingat jangka pendek baik. klien dapat menyebutkan kejadian
penting yang ia alami.
            l.    Tingkat kosentrasi dan kalkulasi
                  -     Klien dapat menghitung sederhana misalnya 20 – 7 = 13
                  -     Klien dapat melakukan kalkulasi dan mengurangi secara berurutan misalnya mengurangi 3
dari 100 secara berurutan.
            m.  Kemampuan penilaian
            Klien dapat mengambil keputusan sederhana, klien dapat memberikan penilaian terhadap benda /
sesuatu yang dilihatnya jika ditanyakan.
            n.   Daya tilik diri
            Klien mengatakan bahwa dirinya berada dirumah sakit dan sebagai pasien yang dirawat di RS.
klien mengatakan bahwa klien sudah sembuh dan ingin pulang di rumah.
      7.   Kebutuhan Perenanaan Pulang
            a.   Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
                  Makan disiapkan oleh perawat dirumah sakit dan orang tua dirumah.
Pakaian dirumah sakit diberikan oleh perawat dan keluarga perawat kesehatan diri memerlukan bantuan
minimal oleh perawat di RS
            b.   Kegiatan hidup sehari-hari
                  -     Perawatan diri
               *    Mandi       :  Dilakukan sendiri, frekuensi 2x sehari, mandi menggunakan sabun mandi gosok
gigi pakai pasta gigi tiap pagi. mandi dikamar mandi.
                        *    BAB          : Frekuensi 1x / hari, dapat dilakukan ditoilet.
                        *    BAK         :  Frekuensi 4 – 5 x / hari, dapat dilakukan ditoilet.
         -     Ganti pakaian  :  Dapat dilakukan sendiri, tiap pagi hari ganti pakaian sehabis  mandi
menggunakan kaus dan celana pendek.
            c.   Nutrisi
            Klien mengatakan menyukai makan disini frekuensi 3x / hari jenis nasi,   ikan, sayur, buah, (siang
hari) frekuensi kudapan 1x / hari siang hari nafsu makan ; baik, porsi dihabiskan, BB sekarung ; 54 kg.
            d.   Istirahat dan tidur
                  Masalah tidur ; ada 
            Saat bangun tidur klien mengatakan rasah lesu, tidur malam jam 12.00, bangun pagi ; 02.30.
Gangguan tidur ; klien mengatakan sulit untuk tidur dan bangun terlalu pagi.masalah keperawatan :
gangguan pola tidur.
            e.   Penggunaan obat
                  Pasien minum obat terlalu dimavitor oleh perawat yang bertugas
            f.    Pemeliharahan kesehatan.
      Pasien mendapatkan perawatan lebih lanjut dan system pendukung (keluarga)             untuk
memelihara kesehatan.
            g.   Aktivitas dalam rumah
      Klien melakukan kegiyatan seperti menyapu mengepel dan mencuci pakaian sendiri.
            h.   Aktivitas diluar rumah
                  Pasien sering jalan – jalan disekitar rumah.
      8.   Mekanisme Koping
      Saat halusinasi : klien suka marah, memberontak, melempar barang (displacement). Pasien suka jalan
diruangan, Jika ada masalah suka pukul teman, tidak mau bicara dengan orang lain.
      9.   Aspek Medik.
            Diagnosa medik : Skizofrenia
            Therapi medis     :  CPZ              : Cloropomazin 100 mg 3 x 1
                                          THP              : 2 mg 3 x 1,5 mg
                                          Haloperidol : 5mg 3 x 2 mg
Analisa Data

No Data / Sign Masalah /Problem

1 Ds : Gangguan persepsi
sendiri :
Klien mengatakan mendengar suara/ bisikan yang menyuruhnya
latihan karate Halusinasi
pendengaran
Do :
Klien suka bicara sendiri, tertawa dan senyum sendiri klien
banyak bicara

2 Ds : Resiko mencederai
orang lain dan
Keluarga mengatakan klien suka marah:”, melempar barang jika
lingkungan
sakit
Do :
Klien bicara cepat dank eras.
Saat bercerita klien suka menggerak-gerakkan tangan
Ekspresi wajah serius saat bercerita
Kontak mata tajam

3 Ds : Isolasi sosial/
menarik diri
Keluarga mengatakan klien suka mengurung diri dirumah dan
bicara sendiri
Do
-   Klien suka berdiam diri dalam kamar
-   Klien tidak suka berbicara dengan teman-temannya dalam
ruangan
-   Klien tampak malu-malu saat bercerita dengan perawat

4 Ds : Ganguan pola tidur


Klien mengatakan sulit untuk tidur malam dan sering bangun
cepat
Do :
Tidur malam jam 12.00 ,bangun pagi jam 03.00

Masalah  Keperawatan
-     Halusinasi pendengaran
-     Resiko mencederai orang lain dan  lingkungan
-     Isolasi sosial ; Menarik diri
-     Gangguan pola tidur
B.  Diagnosa keperawatan
      1.   Resiko mencederai orang lain dan lingkungan B/d halusinasi pendengaran 
      2.   Gangguan persepai sesori B/d menarik diri
      3.   Isolasi social ; menarik diri b/d respon pasca trauma
      4.   Gangguan pola tidur b/d halusinasi pendengaran

Perencanaan Keperawatan
No/ Diagnosa
Keperawatan Kriteria
Tgl Tujuan Intervensi Rasional
Evaluasi

10- Resiko mencederai TUM :


09 orang lain dan
Tidak terjadi
200 lingkungan
tindakan
7 perilaku berhubung
kekerasan yang
an dengan
akan mencederai
perubahan persepsi
diri sendiri, orang
sensori : halusinasi
lain dan
pendengaran. yang
lingkungan.
ditandai dengan
TUK :
Ds :
1.
Keluarga
mengatakan klien Klien dapat
suka marah:”, membina
melempar barang hubungan saling
jika sakit percaya.
1.1 Klien 1.1.1 1.1.1
Do : dapat
Bina hubungan Hubungan saling
mengungka
Klien bicara cepat saling percaya percaya sebagai dasar
p kan
dan keras. inteaksi yang
perasaanya -          Salam
terapeutik perawat
Saat bercerita klien secara terapeutik
dan klien.
suka menggerak- verbal.
gerakkan tangan -          Perkenal
an diri
Ekspresi wajah
serius saat bercerita -          Jelaskan
tujuan interaksi
Kontak mata tajam
-          Ciptakan
lingkunga yang
tenang
-          buat
kontrak yang
jelas
-          tepat
waktu.
1.1.2. 1.1.2
Dorong dan beri Ungkapkan perasaan
kesempatan klien kepada perawat
klien untuk sebagai bukti klien
mengungkapkan mulai mempercayai
perasaannya. perawat.

TUK 2:
2. 2.1 2.1.1 2.1.1
Klien dapat Klien dapat Adakan kontak Mengurangi waktu
mengenal membedaka yang sering dan kosong bagi klien
halusinasi. n hal nyata singkat secara sehingga mengurangi
dan tidak bertahap, frekuensi halusinasi
nyata. klien.

2.1.2
Observasi
tingkah laku
verbal yang
berhubungan
dengan
halusinasi
-     Isi  bicara,
mata melotot,
tiba-tiba
melotot, tiba-
tiba tetawa,
2.1.3 2.1.3

Gambarkan Klien mungkin tidak


tingkah laku mampu untuk
halusinasi pada mengungkapkan
klien. apa yang perasaannya, maka
klien dengar. perawat dapat
memvalidasi  klien
untuk ungkapkan rasa
terbuka.
2.1.4
Meningkatkan
orientasi realita klien
dan rasa percaya diri

2.1.4
Terima hal-hal
yang nyata bagi
klien tetapi tidak
bagi perawat

2.2.1 2.2.1 2.2.1


Klien dapat Bersama klien Peran serta aktif klien
menyebutka mengidentifikasi sangat menentukan
n situasi situasi yang efektivitas tindakan
yang tidak menimbulkan perawat yang
menimbulka dan tidak dilaukan.
n menimbulkan
halusinasi : halusinasi.
sifat, waktu,
frekuensi.
2.2.2
2.2.2
Membantu klien
Bersama klien
untuk mengontrol
menentukan
halusinasinya bila
faktor pencetus
factor pencetusnya
halusinasi.
telah diketahui
2.2.3
Upaya untuk
2.2.3 memutus
halusinasi,perlu
Dorong klien
dilakukan klien
mengungkapkan
sendiri agar
perasaannya
halusinasinya tidak
ketika sedang
berlanjut.
berhalusinasi
3. 3.1 3.1.1 3.1.1
Klien dapat Klien dapat Mengidentifikas Tindakan yang bias
mengontrol menyebutka i bersama klien, dilakukan klien
halusinasi n tindakan tindakan apa merupakan upaya
yang bias yang dilakukan memutus halusinasi.
dilakukan bila sedang
bila sedang berhalusinasi
berhalusinas 3.1.2
3.1.2
i
Memberikan hal yang
Beri pujian
positif, pengakuan
tehadap
akan menigkatnya
ungkapan klien
harga diri
tetang
tindakannya. 4.2.1
4.2.1 Meningkatkan
pengetahuan dan
Diskusikan
motifasi klien untuk
dengan klien
melakuakan hal-hal
tentang obat
4. 4.1 yang positif
untuk magontrol
Klien dapat Klien dapat halusinasi 4.2.2
memanfaat kan minum obat
obat untuk Memastikan klien
secara
mengontrol dapat minum obat
teratur 4.2.2.
halusinasi secara teratur
sesuai
Bantu untuk
aturran dan
mamastikan
indikasi
klien telah
minum obat
secara teratur
untk mengontrol
halusinasi

10- Perubahan persepsi TUM :


09 sensori : halusinasi
 Klien
200 pendengaran
dapat  berhubung
7 berhubungan
an dengan
dengan menarik diri
orangan lain
ditandai dengan :
sehingga
Klien mengatakan
halusinasinya
mendengar suara/
dapat dicegah.
bisikan yang
menyuruhnya TUK :
latihan karate
Do : 1.
Klien suka bicara Klien dapat
sendiri, tertawa dan membina
senyum sendiri hubungan saling
klien banyak bicara percaya dengan 1.1 1.1.1 1.1.1
perawat.
Klien dapat Bina hubungan Kejujuran, kesedihan,
menerima saling percaya, dan penerimaan,
kehadiran sikap terbuka meningkatkan
perawat dan empati, kepercayaan
terima klien apa hubungan antara
adanya, sapa perawat klien.
klien dengan
2. ramah, tepat
janji, jelaskan
Klien dapat tujuan
mengenal pertemuan,
perasaan yang pertahankan
menyebabkan kontak mata.
perilaku menarik 2.1.1
diri. 2.1.1
Mengetahui sejauh
Pengetahuan mana klien tentang
2.1
klien tentang menarik diri sehingga
Klien dapat menarik diri. perawat dapat
menyebutka merencanakan
n penyebab selanjutnya.
menarik
diri.

3. 3.1 3.1.1 3.1.1


Klien dapat Klien dapat Berikan Mengetahui
berhubungan menyebutka kesempatan pemahaman klien
dengan orang lain n cara pada klien untuk tehadap informasi
secara bertahan. berhubunga mengungkapkan yang diberikan.
n dengan perasaan
orang lain: penyebab
menarik diri.
-    Membal
as sapaan 3.1.2
perawat
Dorong klien 3.1.2
-    Menatap untuk
mata menyebutkan Membantu klien
cara dalam
-    Mau mempertahankan
berhubungan
berinteraksi hubunganInterperson
4.1. dengan orang al.
lain
Klien dapat 4.1.1
memelihara 4.1.1
4. Mengidentifikasi
hubungan
Libatkan klien hambatan untuk
klien dengan
dalam kegiatan dirasakan klien
mendapatkan keluarga
tak dan adc
dukungan dari
diruangan
keluarga

4.1.2
Disesuaikan
tentang manfaat
berhubungan
dengan anggota
keluarga

Tangga No
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
l Dx

11-9- Dx.I Salam terapeutik”selamat pagi” S   :  Klien dapat meyebutkan identitas


2007 dan II (tersenyum), meperkenalkan diri, “Nama saya R, senang dipanggil R
berjabat tangan, duduk
09.00- TUK berhadapan, mengingatkan
09.50 1 konterak, ”nama saya Tino, saya
O  :  Bicara spontan, suara terdengar
mahasiswa Akper Bethesda
jelas, ekspresi tampak tenang, senyum,
Tomohon praktik disini selama 3
mengaruk kepala.
hari, nama anda siapa?
Senang dipanggil apa? apakah
anda mempunyai masalah? A  :  Hubungan saling percaya harus di
tingkatkan
Apa yang dipikirkan R, saya akan
membantu R?
Selamat pagi R P   :  Pertemuan berikutnya 10.00
-  Mengingatkan kontrak topik,
waktu dan tempat     “apakah
masih ingat dengan pertemuan
kita tadi, sekarang akan
membicarakan apa?”
-  Mengevaluasi kemampuan
klien “TUK 1 apakah anda masih
ingat dengan saya?”
-  Membantu klien
mengidentifikasi situasi yang
menyebabkan halusinasinya?
-  “Apakah R mendengar suara,
pada saat kapan saja R
mendengar suara itu? apa isi
suara itu?”
-  Mendorong klien
mengungkapkan perasaan R
“bagaimana perasaan R saat itu?”
-  Memberi pujian atas ungkapan
R saat itu            ”bagus R karena
R telah mengungkapkan perasaan
R.”
-  Menyimpulkan kemampuan
klien selama interaksi”R tadi
mengatakan mendengar suara
tersebut,itu yang namanya R S   :   Saya mendengar suara “di telinga
sedang berhalusinasi.memang R yang menyuruh saya latihan karate.
dapat mendengar suara itu, tapi
hanya R yang bisa dan saya tidak
mendengar suara itu.” O   :   Kontak mata tajam, tangan
digerak-gerakkan, bicara cepat
-  Mengakhiri petemuan : dan  keras.
”baiklah pertemuan kita sampai
disini”
A   :   Klien mengenal halusinasi, TUK
-  Mengadakan kontrak untuk
2 tercapai.
pertemuan berikutnya, topic,
waktu, dan
tempatnya                          ”sebent
ar kita ketemu lagi ya? jam 11.00
kita akan membicarakan cara P   :   Pertemuan berikutnya pukul
mengontrol halusinasi. 02.00 siang. topik mengontrol
-  Mengingatkan kontrak “apakah halusinasi
R masih ingat kita akan
membicarakan apa?”
-  Mengevaluasi kemampuan
klien. 
   TUK 1. R, masih ingat saya?

TUK -  Membantu klien


2 mengidentifikasi situasi yang
menyebabkan halusinasi “apakah
R mandengar suara”? saat sedang
apa? apa isi suara itu?”
-  Memberi pujian atas ungkapan
klien                                     ”bagu
s R, R dapat mengungkapkan
perasaan R”
-  Mengakhiri pertemuan
berikutnya ,tempat,waktu,kita
ketemu lagi H? jam 12.00 kita
akan bicara cara mengontrol
halusinasinya? apakah R setuju
Salam terapeutik :salam siang R
“nampaknya kamu baru bangun?
-  Meningatkan kontrak   ”apakah
R masih ingat, sekarang kita akan
membicarakan apa.”
mengevaluasi kemampuan
-  Klien pada tuk sebelumnya
“apakah R masih ingat halusinasi
R”. S :  Untuk mengontrol halusinasi ada 4
-  Mengkaji tindakan apa yang cara-caranya yaitu :
sering dilakukan klien untuk -   Mengatakan     tidak mau
mengontrol
-    Harus     menyapu      dan     menge
halusinasinya”.selama ini apa
pel
yang R lakukan untuk mengontrol
halusinasi R. -    Minta tolong     perawat
-  Mendiskusikan dengan klien -     Rajin minum      obat
cara untuk memutuskan
halusinasi”untk mengontrol
halusinasi ada 4  cara. O :  Kontak mata ada, bicara sedikit
    Pertama : harus berani pelan, sering tertawa dan tersenyum
melawan dengan mengatakan
tidak mau mendengar suara itu
lagi.                            Kedua : A :  TUK 3 tercapai, klien dapat
melakukan banyak aktivitas menyebutkan cara memutus/atau
(menyapu, mengepel) mengontrol halusinasi

    Ketiga : meminta tolong.


perawat bila sedang
P  :  Membuat konrak baru, lanjutkan
halusinasi.                   keempat:
intervansi lainnya.
minum obat teratur
-  Menyuruh klien mengulang apa
yang sudah didiskusikan ”coba
ulangi apa yang saya katakan”.
-  Memberikan pujian atas
kemampuan klien                 “R
tadi sudah menyebutkan cara
untuk memutuskan halusinasi, itu
bagus sekali, nanti R coba lagi”.
-  Mengakhiri
kontrak.              ”baiklah R,
sampai ketemu lagi?”
-  Mengadakan kontrak untuk
petemuan selanjutnya”.
-  Salam terapeutik “selamat
siang R” mengingatkan kontrak
dan waktu.
-  Mengevaluasi kemampuan
klien tetang tuk sebelumnya
”apakah R masih ingat tentang
cara mengontrol halusinasinya”.
-  Diskusikan dengan klien obat
yang diminum                  ”saat ini
minum obat 3 jenis, nama obat
cpz (kuning dan orange)
halloperidol (putih kecil)
12-09- TUK terhadap (putih kecil) diminum
2007 3 3x sehari. Kegunaan obat
mengendalikan emosi, semua
12.45- obat haru diminum secara teratur,
13.00 agar suara tidak datang lagi.
-  Meminta klien untuk
mengulangi seperti apa yang telah
didiskusikan           ”coba R
sebutkan apa yang didiskusikan
tadi”.
-  Memberikan pujian       “bagus,
R pintar”.
S   :  Klien dapat mengenali
-  Mengakhiri kontrak “. jenis                  dan jumlah obat
diminum
-  Mengadakan fase terminasi
“besok ses tidak lagi disini akan      -  Klien menyebutkan warna
pindah ruangan” masing-masing obat
-  Menilai respon klien           “,ia      -  Klien akan minum obat teratur.
mantri tapi kalau ada waktu
dating lagi ya ses”.
O  :  Klien memperhatikan obat yang
dijelaskan oleh perawat
     -  Klien menanyakan satu-persatu
obat yang diberikan.
     -  Klien minum obat sebelum makan
siang.

A  :  TUK 4 tercapai, klien dapat


menyebutkan jenis nama dan guna
obat, untuk mengontrol halusinasi
klien.
TUK
4

BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
      Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.R. dengan perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran melalui pendekatan proses keperawatan yang dilaksanakan mulai hari senin 10
September 2007 sampai dengan 12 September 2007 maka penulis menyimpulkan bahwa adanya
kesenjangan antara teori dan praktik keperawatan jiwa. yaitu :
      1.   Pengkajian
            Pengkajian dilakukan secara pribadi antara penulis dan klien dan melakukan kerja sama antara
perawat ruangan. dalam teori keperawatan jiwa pengkajian yang di lakukan kepada klien untuk
memperoleh data bukanlah hal yang mudah dilakukan karena memerlukan waktu yang cukup panjang.
setelah penulis melakukan pengkajian kepada klien Tn. R. di mana A RSU Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
manado, maka penulis menyatakan bahwa pengkajian yang dilakukan ternyata tidak memakan waktu
yang lama dan tergolong mudah, hal ini disebabkan oleh kerena klien sudah sering masuk keluar rumah
sakit, dan klien ini sudah lama mendapat perawatan sehingga untuk berinteraksi dengan klien dapat
dilakukan dengan mudah.
      2.   Diagnosa keperawatan
            Penetapan diagnosa keperawatan memerlukan penganalisaan data yang cukup rumit, karena
bukanlah mudah untuk menimbulkan suatu diagnosa tanpa data yang akurat. Setelah penulis
menyelesaikan masalah dan kebutuhan klien diagnosa yang muncul 4 diagnosa keperawatan. jika ditinjau
lebih lagi, sebenarnya dalam teori, klien dengan diagnosa medik skizofrenia banyak memunculkan
diagnosa keperawatan tetapi setelah penulis mengkaji dan menganalisa maka masalah yang muncul pada
klien dengan skizofrenia ini, hanyalah 4 diagnosa keperawatan.
      3.   Perencanaan
            Perencanaan yang dibuat penulis berdasakan berbagai sumber disesuaikan dengan prioritas
masalah keperawatan. rencana perawatan yang dibuat penulis tentunya sangat diharapkan untuk dapat
dilaksanakan tetapi mengingat keterbatasan waktu, alat dan media penunjang lainnya maka tidak semua
rencana tindakan dapat di implementasikan. pada implementasi juga penulis banyak mengalami kesulitan
mengingat yang diberikan implementasi adalah klien dengan gangguan jiwa maka penulis sangat
berusaha keras untuk menggunakan ilmu dan diri penulis agar implementasi tersebut berhasil guna.
      4.   Evaluasi
            Penilaian keberhasilan tindakan keperwatan sangatlah penting untuk dilakukan, hal ini merupakan
hal yang sangat penting, kerena tanpa evaluasi maka apa yang dilakukan penulis beserta respon klien
tehadap tindakan keperawatan yang dilakukan tidak dapat diukur. dalam evaluadi ini, penulis banyak
mengamati respon atau prilaku klien selama 3 hari setelah penulis memberikan inplementasi keperawatan.
            Jadi secara umum penulis menyimpulkan bahwa dalam studi kasus yang penulis angkat saat ini
memberi gambaran kepada kita tentang kesenjangan antara teori dan prktik keperawatan jiwa melalui
pendekatan proses keperawatan jiwa yang telah diterapkan oleh penulis pada klien dengan perubahan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.

B.  Saran
      Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan klien gangguan jiwa,maka sebaiknya perawat harus
lebih menigkatakan keterampilan diri untuk mengadakan pengkajian agar nantinya data terindentifikasi
benar-benar merupakan data yang sesunggunya sehuingga dengan demikian kita dapat mengetahui
masalah klien yang harus diselesaikan serta kebutuhanklien yang harus dipenuhi.dalam menerapkan
auhan keperawatan ini maka efisiensi waktu harus juga diperhatikan karena semakin banyak perawat
meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan klien,semakin banyak pula peluang perawat untuk
mengindetifikasi masalah yang dihadapi klien.untuk itu, sebagai seorang perawat professional haruslah
giat dan kiat dalam memanfaatkan diri perawat sebagai terapi untuk klien dengan gangguan jiwa. Agar
nantinya asuhan keperawatan jiwa yang sudah diterapkan atau pun akan diterapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya sebagai pengembangan keahlian perawat psikiatri.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI (2000) Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1, Teori dan Tindakan
keperawatan (Penerbit Dep-kes RI Jakarta)

Keliat, Budi Ana (2006) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi Dua, Penerbit, Buku Kedokteran,
ECG, Jakarta

Stuart,gail w (2007) Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Suliswati,dkk (2005) Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa,Cetakan 1, Penerbit Buku Kedokteran,


EGC, Jakarta

Rasmun (2001) Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga Cetakan


1, Penerbit CV. Sabung Seto, JAKARTA

Zaidin ali (2002) Buku Dasar”Keperawatan Profesional, Cetakan 1, Penerbit: Widya Medika Jakarta.

ANALISA PROSES INTERAKSI

INISIAL KLIEN       :     Tn.R.R
INTERAKSI              :     I  (Fase perkenalan)
LINGKUNGAN        :     Duduk   Berhadapan 1 m Didepan ruang I suasana tenang.
DESKRIPSI               :     Klien memakai kaus biru tangan pendek celana biru pendek dan sendal jepit
warna hitam
TUJUAN                    :     Klien dapat memperkenalkan diri dan terbina hubungan           saling percaya
antara K dan  P
WAKTU                     :     Siang hari , senin 10 September 2007

Analisa
Analisa Berpusat
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Berpusat Pada Rasional
Pada Klien
Perawat

P :   Selamat pagi P  :    Kontak mata, Berharap klien Salam


tersenyum  menatap dapat merupakan
klien menerima salah satu cara
perkenalan memberi
perhatian
padaklien

K :    Menatap perawat,
K    :     Pagi tersenyum melihat Berdiri didepan
mantri…. perawat perawat
Perkenalan
P   :   Kontak mata, nada
Berharap klien merupakan
pelan mempersilahkan
dapat salah satu cara
klien duduk,
menjawab untuk
P :   Perkenalkan mengulurkan tangan
pertanyan membina
nama saya”T” dari dengan benar hubungan
Akper Bethesda saling
Tomohon akan percaya.
bertugas disini
selama 3 hari.
bisakah saya
berbincang”dengan
anda untuk 15
menit?
K : Iya…. K  :   Menatap Perawat

Klienmengulurkan
tangan, kontak
mata ada. Menyebutkan
nama
P :   Bisakah P   : Kontak mata, nada
menandakan
menyebutkan nama pelan mempersilahkan
kesediaan
anda? klien bicara.
menerima
 Berharap hubungan
K  :   Kontak mata
klien dapat dengan baik
singkat, sesekali
K    :     Saya “R” menjawab
berpaling, tertawa
Klien bicara keras
.
dan lancar,
tersenyum.

P:   R sekarang P  :    Menatap klien Berharap klien Menilai


ada      dimana? tersenyum, nada pelan.  dapat kemampuan
mengingat mengingat.
tempat ia
berada.
Perawat
senang klien
dapat
menjawab
dengan baik

K  :   Kontak mata
singkat
K: Di RS
Klien menggerak
– gerakan tangan

ANALISA PROSES INTERAKSI

INISIAL KLIEN                   :     Tn. R.R


INTERAKSI                          :     II ( fase kerja )
LINGKUNGAN                    :     Duduk berhadapan +1m  suasana tenang, siang hari.
DESKRIPSI                                 :     Klien memakai celana jeans, kaos biru tua
dan                                                     sandal jepit warna hitam.
TUJUAN                                :     Klien dapat menyebutkan alasan
MRS                                                      Pertahankan hubungan saling percaya antara klien dan perawat.
WAKTU                                 :     10 – 11.00 (Selasa, 11 September 2007)

Analisa
Analisa
Berpusat
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Berpusat Rasional
Pada
Pada Klien
Perawat

P : Hallo R, apa kabar, selamat P   : Menatap klien    Berharap Menyapa


pagi. klien mua secara
dan tersenyum ramah.
koperatif. akrab
K : Baik mantri
K   : Tersenyum, mengatak
menatap  perawat an
Klien hubungan
merasa yang
percaya akrab.
P :  Apakah R sudah mandi ? P   : Kontak
diri
mata        bicara jelas. Berharap
klien
mengingat Evaluasi
kebersihan kebersiha
diri. n diri
klien
K: sudah mantri
K  : Kontak mata, bicara
jelas sambil menggerak -
gerakan tangan.
P  :   Pertahankan kontak
Bicara
mata, ekspresi serius.
agak ragu
K   : Bercerita         dengan – ragu,
P  :  R tampak sehat, kenapa R di serius,         sesekali            Berharap kurang
rawat ditempat ini? menatap klien mau percaya
K :  Iya mantri, saya ini sehat menjawab. diri.
         perawat,
sekali, saya tidak mengerti kenapa kontak         mata
mama saya membawa saya disini Menggali
tajam,         tangan digerak
padahal saya haya latihan karate. perasaan
–         gerakan.
klien
P :  Memangnya siapa yang untuk
menyuruh R latihan karate menimbu
P   : Pertahankan         konta lkan rasa
k Klien empati
mata,         dengan  ekspresi   mengungk
       serius apkan
masalahny
a dengan
bebas

Berharap
klienterus
bercerita

Mencari
tahu
penyebab
klien
dapat
melakuka
n
tindakan
yang
dilakukan
nya.

K :  Saya latihan karate karena saya K :   Menatap Perawat, Klien Mencari


mendengar suara/ bisikan ditelingah bercerita dengan wajah menceritak tahu
yang menyuruh saya untuk latihan ekspresi dengan wajah an apa sejauh
karate. serius, sesekali tertawa. yang ia mana
alami klien
P :   Apakah R mengetahui siapa P  :   Mempertahan
sehingga mengenal
yang menyuruh R?
         kan kontak mata sampai di i
RS halusinas
i yang ia
dapatkan.

Berharap
klien
dapat menj
K : Tidak mantri, tapi       saya
   awab
memang              mendengar
pertanyaan
suara         itu hampir K :  Ekspresi wajah tenang,
dan dan
setiap         malam kontak mata tajam, bicara
dapat
keras dan lancar.
P  : Iya R memang            siap? itu memperca
dapat di           dengar orang P  :  Bicara lembut, kontak yai
tapi        saya perawat mata, memegang pundak
tidak     mendengar klien
suara            tersebut. Jadi
jika        R mendengar             suara Menatap
seperti itu          apa yang perawat
R                 lakukan? dan
tersenyum.
K : Oh…,begitu ya           mantri.
Memang         sewaktu                      
mendengar suara       itu
saya                       melakukan
apa            yang ia katakan. Membant
u klien
K :  Bicara kuat dan cepat,
mengenal
dan menggerakan
i
tangannya saat bercerita.
halusinas
inya dan
memberi
kan
masukan
sederhan
a untuk
meningka
tkan
hubungan
saling
percaya.
Senang
karena
diperhatika
n.

P  :   Kalau begitu R           harus P  :  kontak mata Berharap Membant


bisa                   mengatakan klien dapat u klien
R            tidak menerima untuk
mau                   melakukan saran memutus
apa           yang R dengar           atau perawat kan atau
R mengontr
bisa                 berbincang                  ol
dengan perawat         ketika halusinas
R                     mendengar                  inya.
suara itu.
R                 maukan…,                 m
elakukannya?
K : Baik mantri, saya       mau

P  : Kalau begitu              sampai
jumpa             besok R
K : Iya mantri.
K   : Mengangguk   Tersenyum
pada
        dan menatap
perawat
        perawat
Terminas
i yang
disepakat
i dapat
membina
K   : Tersenyum dan saling
        kembali ke percaya.

        tempat tidur

ANALISA PROSES INTERAKSI

INISIAL KLIEN                   :     Tn. R.R


INTERAKSI                                :     III ( fase terminasi )
LINGKUNGAN                    :     Perawat berhadapan dengan klien jarak + 1m suasana tenang.
DESKRIPSI                           :     Klien memakai kaos hitam bergambar, celana pendek berwarna
biru.                        
TUJUAN                                :     Klien dapat memahami dan menerima perpisahan
WAKTU                                 :     Sore hari, pukul 01.00 rabu 12 september 2007

Analisa Analisa
Komunikasi Non
Komunikasi Verbal Berpusat Pada Berpusat Pada Rasional
Verbal
Perawat Klien

P :  Selamat  pagi R P  :   Mendekati Berharap Salam


klien interaksi tetap merupakan cara
.
berjalan lancar yang dapat
K :  Oh, selamat pagi menjalin
mantri. K :  Menatap hubungan yang
Klien merasa akrab.
perawat dan
P :  Bagaimana kabar dekat
tersenyum.
pagi ini”R“? dengan perawat
K   :                      Baik Menanyakan
mantri, suster praktik keadaan
disini sampai kapan? Berharap klien menunjukan
mau mengerti sikap empati.
P  :  Saya disini hanya
3 hari, jadi besok ini
saya akan praktek
diruangan lain. jadi K :  Menatap
saya harap R dapat parawat,
melakukan apa yang tersenyum.
mantra katakan
kemarin! masih ingat
kan R?
K   :                        Iya
mantri, saya mau Terminasi yang
mantra, tapi juga disepakati dapat
mantri ada waktu, membina
P  :   Tersenyum,
jangan lupa dating hubungan
kontak mata,
disini. saling percaya
berbicara dengan
antara klien an
P  :  Iya R.., sampai suara jelas dan
perawat
jumpa…! nada pelan.

K :  Memegang
perawat, menatap
dan tersenyum.

Klien merasa
senang dekat
dengan P dan
menerima
perpisahan
dengan baik.

TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN

A.  Pengertian.
      Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam upaya
mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif.

B.    Jenis-jenis terapi modalitas.


      Ada berbagai macam terapi modalitas. Terapi-terapi modalitas tersebut adalah sbb
      1.   Psikoanalisa psikoterapi.
                        Terapi ini dikembangkan oleh Siqmund Freud, seorang dokter yang mengembangkan
‘talking cure’. Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa bila seorang terapis dapat menciptakan
kondisi yang memungkinkan klien menceritakan tentang masalah pribadinya,perubahan perilaku dapat
terjadi jika klien dapat menemukan kejajdian-kejadian yang disimpan di alam bawah sadarnya.
                        Tujuan psikoterapi adalah untuk :
            a.    Menurunkan rasa takut klien.
            b.   Mengembalikkan proses pikir yang luhur.
            c.    Membantu klien menghadapi realita.
            d.   Menurunkan kecemasan.
            e.    Memperbaiki komunikasi interpersonal.

      2.   Terapi modifikasi perilaku.


                            Terapi modifikasi perilaku didasarkan pada keyakinan bahwa perilaku dipelajari,
dengan demikian perilaku yang tidak diinginkan atau maladaptif dapat diubah menjadi perilaku yang
diinginkanatau adaptif. Proses mengubah perilaku dengan terapi ini adalah dengan menggunakan teknik
yang disebut “conditioning” yaitu suatu proses dimana klien belajar mengubah perilakunya.
                Ada 3 cara melakukan conditioning yaitu :
                a.     Repprocal inhibition. Ini adalah cara mengurangi ansietas yang dirasakan dengan cara
mengendalikan situasi yang dapat meredakan ansietas yang dirasakan.
            b.   Positive conditioning. Yaitu upaya mengganti perilaku yang tidak diinginkan dengan perilaku
yang diinginkan. Cara yang ditempuh adalah dengan memberikan reward pada setiap perilaku yang
diinginkandan tidak memberikan reward atau menghukum pada perilaku yang tidak diinginkan.
            Experimental extinction. Yaitu upaya menurunkan suatu perilaku dengan cara tidak memberikan
reward berulang-ulang.
      3.   Terapi kelompok.
                        Terapi kelompok adalah bentuk terapi modalitasyang didasarkan pada pembelajaran
hubungan interpersonal. Klien mengalami konflik yang bersumber dari intrapersonal maupun
interpersonal. Dengan bergabung dalam kelompok, klien dapat saling bertukar pikiran dan
pengalamannya dan mengembangkan pola perilaku yang baru.
            Tujuan terapi aktivitas kelompok adalah :
            a.    Tujuan terapeutik :    
                  -     Meningkatkan kesadaran klien terhadap reaksi emosi dan tindakan defensif
                        -     Meningkatkan identitas diri.
            b.   Tujuan rehabilitasi :    
                  -     Meningkatkan keterampilan sosial dan ekspresi diri.
                  -     Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
      4.   Terapi keluarga.
                        Terapi keluarga difokuskan secara total terhadap seluruh anggota keluarga.
            Tujuan terapi keluarga adalah :
            a.    Menurunkan konflik dan kecemasan keluarga.
            b.   Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
            c.    Mengembangkan hubungan peran yang sesuai.
            d.   Membantu keluarga menghadapi tekanan baik dari dalam maupun dari luar anggota keluarga.
            Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan anggota keluarga.
      5.   Terapi rehabilitasi.
                                        Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau
berdiri sendiri. Terapi ini terdiri dari terapi rekreasi, terapi gerak, dan terapi musik yang masing-masing
mempunyai tujuan khusus. Okupasi terapi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan tugas terpilih yang telah ditentukan, dengan maksud mempermudah
belajar fungsi dan keahlian yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.
      6.   Terapi psikodrama.
            a. Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien dalam suatu
drama.drama ini memberi kesempatan pada klien unuk menyadari perasaan, pikiran, dan perilakunya
yang mempengaruhi orang lain. Spontanitas dalam kelompoksebuah isu/masalah yang akan dibahas
kemudian disepakati pemerannya.
            b.         Rancangan dan penyajian drama.
            c. Diskusikan tentang pendapat masing-masing anggota kelompok tentang peran yang
ditampilkan. Terapis berusaha mengarahkan diskusi pada penyelesaian masalah.
      7.   Terapi lingkungan

PERAN PERAWAT DALAM TERAPI MODALITAS.

      1.   Sebagai pelaksana.
      Peran perawat memberikan asuhan langsung kepada klien mengenai kegiatan yang dilaksanakan
diruangan. Seperti kegiatan sehari-hari, memimpin klien membersihkan ruangan atau halaman,
mengajarkan cara berpakaian, mandi, dan kegiatan lain yang sudah terjadwalkan.

      2.   Sebagai pendidik.
      Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan terapi modalitas dalam berbagai
kegiatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingakh laku adalah sasaran dalam terapi tersebut.
Perawat juga memberikan pengetahuan kepada klien agar mampu memperbaiki, mempertahankan, dan
meningkatkan kemampuan baik minat serta hobinya.
      3.   Sebagai pengelola.
      4.   Mengelompokkan klien sesuai dengan masalah atau kondisi klien, mis : klien kronis, akut,
gangguan berhubungan,dll.
      5.   Menentukan tujuan dan sasaran dari setiap kegiatan sesuai dengan masalah dan latar belakang
klien.
      6.   Memilih jenis kegiatan yang sesuai. Dalam hal ini klien dapat dilibatkan untuk menentukan jenis
kegiatan yang akan dilakukan.
      7.   Sebagai peneliti.
        Sebagai peneliti perawat dapat melakukan evaluasi keberhasilan program terapi. Evaluasi dilakukan
untuk menilai perkembangan klien secara kontinyu dan teratur, baik setelah kegiatan maupun
perkembangan sehari-hari dari klien. Evaluasi ini berguna untuk mengetahui efek terapi kegiatan yang
telah dilakukan. Efek terapi kegiatan tersebut dapat digunakan sebagai kriteria pasien kepada tim seleksi.
 Maaf ya.., patoflow askep jiwa dengan halusinasi pendengaran ada di sini:

Diposkan oleh Willem Pieter 


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Label: kep jiwa
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KLIEN HALUSINASI
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
TAHUN 2013
A.    Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa,
halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia.Dari seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya
mengalami halusinasi.
Gangguan persepsi di mana seseorang mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
(Maramis,1998)
Ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang
diterima oleh panca indra yang ada (Fortinash, 1995)
B.     Etiologi
1)      Factor Predisposisi
a.       Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang tergangggu misalnya rendahnya control dan kehangatan keluarga
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress.
b.      Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi (Unwanted Child) akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya kepada lingkungannya.
c.       Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami
seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter ota. Misalnya terjadi ketidakseimbangan asetilkolin dan dopamine.
d.      FaktorPsikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertangguangjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat
adiktif.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya.Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

e.       FaktorGenetikdan Pola Asuh


Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami
skizofrenia.Hasil menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
terhadap penyakit ini.
2)      Faktor Presipitasi
a.       Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan
bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
b.      Psikopatologi
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.Bentuk halusinasi ini bisa berupa
suara-suara bising atau mendengung, tapi yang paling penting berupa kata-kata yang tersusun dalam
bentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien
sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu, akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara
halusinasi itu.Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicara sendiri atau bibirnya
bergerak-gerak.Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori  yang diajukan
yang menekankan pentingnya factor-faktor psikologik, fisiologik dll. Ada yang mengatakan bahwa dalam
keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang dating dari dalam tubuh ataupun
luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini
dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti kita jumpai dalam keadaan normal atau psatologis maka
materi-materi yang ada dalam unconscious atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke
unconscious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka
keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus externa.

C.    Jenis – jenis Halusinasi


D.    Fase – Fase Halusinasi
Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari:
1.      Fase 1 comforting
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien mungkin melamun,
memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan untuk menghilangkan stress dan
kecemasannya.Tapi hal ini bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran
dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran
dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat
ditangani.Nonpsikotik.Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai.Mengerakan bibir tanpa
suara.Pergerakan mata yang cepat.Respon verbal yang lambat jika sedang asyik.Diam dan asyik sendiri.
2.      Fase 2 condemning
Halusinasi menjadi menjijikan.Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan.Klien mulai lepas kendali
dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin
mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Psikotik
ringan.Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut
jantung, pernapasan dan tekanan darah.Rentang perhatian menyempit.Asyik dengan pengalaman sensori
dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
3.      Fase 3 controlling
Ansietas Berat Pengalaman sensori menjadi berkuasa.Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut.Isi halusinasi menjadi menarik.Klien mungkin
mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti. PsikotikKemauan yang dikendalikan
halusinasi akan lebih diikuti. Kesukaran akan berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya
beberapa detik atau menit.Adanya tanda-tanda fisik, ansietas berat berkeringat, tremor, tidak mampu
mematuhi perintah.
4.      Fase 4 conquering
Panik.Umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya.Pengalaman sensori menjadi mengancam Jika
klien mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada
intervensi terapeutik. Psikotik Berat. Perilaku teror akibat panik .Potensi kuat suicide atau
homicide.Aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, atau
katatonia.Tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

E.     Manifestasi Klinis
            Tahap I
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c. Gerakan mata yang cepat
d. Respon verbal yang lambat
e. Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
            Tahap II
a. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan
nadi, pernafasan dan tekanan darah
b. Penyempitan kemampuan konsenstrasi
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Tahap III
a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada
menolaknya
b. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
d. Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk
mengikuti petunjuk
Tahap IV
a. Prilaku menyerang teror seperti panik
b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik diri atau
katatonik
d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

F.     ASUHAN KEPERAWATAN
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan dengan
orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyaikesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima
dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara terapeutik dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati, terbuka
dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien
alami. Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
1.      Pengkajian
            Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
a.       Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress.Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan
sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
-          Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu
akan mengalami stress dan kecemasan.
-          Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap
lingkungan tempat klien di besarkan.
-          Faktor Biokimia
                                    Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimiaseperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).
-          Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peranganda yang bertentangan dan sering
diterima oleh anak akanmengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan
orientasi realitas.

-          Faktor genetik
                  Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui,tetapi hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkanhubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b.      Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan
energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah
sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

c.       Prilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan
bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan
masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang
dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi yaitu :
1.      Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang diberikan oleh
lingkungannya.Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam
waktu yang lama.
2.      Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab
halusinasi itu terjadi.Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
3.      Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan
adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
4.      Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri.
Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah iamerupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan sistem control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien
selalu berinteraksi denganlingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5.      Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan manusia lainnya
merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga proses diatas
tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam
individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya.
d.      Sumber Koping
            Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan
anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
e.       Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.

2.      Diagnosa Keperawatan
Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber dari apayang klien perlihatkan sampai dengan
adanya halusinasi dan perubahan yang penting dari respon klien terhadap halusinasi. Adapun diagnosa
keperawatan yang mungkin terjadi pada klien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a)      Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi
b)      Halusinasi berhubungan dengan menarik diri

3.      Intervensi Keperawatan
a.       Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi
            Tujuan: Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain.
Kriteria hasil :
a.       Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal
b.       Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara memutuskan
halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi klien untuk digunakan
c.       Pasien dapat menggunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara sering
berinteraksi dengan keluarga
d.      Pasien dapat menggunakan obat dengan benar
Intervensi :
1.      Bina Hubungan saling percaya
2.      Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
3.      Dengarkan ungkapan klien dengan empati
4.      Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan dengan kondisiklien)
5.      Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi
6.      Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan tingkah laku halusinasi
7.      Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi, isi, waktu,
frekuensi
8.      Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat alami halusinasi.
9.      Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami halusinasi.
10.  Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
11.  Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan halusinasi yang sesuai dengan
klien

b.      Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri


Tujuan Umum :Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
1.      Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan perawat mau menyebutkan nama, mau memanggil
nama perawat dan mau duduk bersama
2.      Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri
3.      Klien mau berhubungan dengan orang lain
4.      Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap dengan keluarga
Intervensi :
1.      Bina hubungan saling percaya
2.      Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya serta beri kesempatan pada
klien mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik diri
3.      Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan
4.      Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yang  ditentukan
5.      Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai
6.      Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan
7.      Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien mengisiwaktunya
8.      Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas ruangan
9.      Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan
10.  Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan keluarga
11.  Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan cara keluarga menghadapi.
12.  Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi
13.  Anjurkan anggotakeluarga secara rutin menengok klien minimal sekali seminggu

5.      Evaluasi
            Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika :
a)      Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi
b)      Mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan
c)      Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam membantu klienmengatasi
masalahnya.

Anda mungkin juga menyukai