CEDERA KEPALA
Ditulis oleh:
Ervina Meirividawaty
1914901156
2. ETIOLOGI
Penyebab cedera kepala dibagi menjadi cedera primer yaitu cedera yang
terjadi akibat benturan langsung maupun tidak langsung, dan cedera sekunder yaitu
cedera yang terjadi akibat cedera saraf melalui akson meluas, hipertensi intrakranial,
hipoksia, hiperkapnea / hipotensi sistemik. Cedera sekunder merupakan cedera yang
terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari
kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron
berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan
neurokimiawi (Hickey, 2003).
a. Cedera Kepala Primer yaitu cedera yang terjadi akibat langsung dari trauma:
1) Kulit : Vulnus, laserasi, hematoma subkutan, hematoma subdural.
2) Tulang : Fraktur lineal, fraktur bersih kranial, fraktur infresi (tertutup &
terbuka).
3) Otak : Cedera kepala primer, robekan dural, contusio (ringan, sedang,
berat), difusi laserasi.
b. Cedera Kepala Sekunder yaitu cedera yang disebabkan karena komplikasi :
1) Oedema otak
2) Hipoksia otak
3) Kelainan metabolic
4) Kelainan saluran nafas
5) Syok
3. MANIFESTASI KLINIK
a. Berdasarkan anatomis
1) Gegar otak (comutio selebri)
a) Disfungsi neurologis sementara dapat pulih dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran
b) Pingsan kurang dari 10 menit atau mungkin hanya beberapa
detik/menit
c) Sakit kepala, tidak mampu konsentrasi, vertigo, mungkin muntah
d) Kadang amnesia retrogard
2) Edema Cerebri
a) Pingsan lebih dari 10 menit
b) Tidak ada kerusakan jaringan otak
c) Nyeri kepala, vertigo, muntah
3) Memar Otak (kontusio Cerebri)
a) Pecahnya pembuluh darah kapiler, tanda dan gejalanya bervariasi
tergantung lokasi dan derajad
b) Ptechie dan rusaknya jaringan saraf disertai perdarahan
c) Peningkatan tekanan intracranial (TIK)
d) Penekanan batang otak
e) Penurunan kesadaran
f) Edema jaringan otak
g) Defisit neurologis
h) Herniasi
4) Laserasi
a) Hematoma Epidural
Talk dan die” tanda klasik: penurunan kesadaran ringan saat benturan,
merupakan periode lucid (pikiran jernih), beberapa menit s.d beberapa
jam, menyebabkan penurunan kesadaran dan defisit neurologis (tanda
hernia):
kacau mental → koma
gerakan bertujuan → tubuh dekortikasi atau deseverbrasi
pupil isokhor → anisokhor
b) Hematoma subdural
Akumulasi darah di bawah lapisan duramater diatas arachnoid,
biasanya karena aselerasi, deselerasi, pada lansia, alkoholik.
Perdarahan besar menimbulkan gejala-gejala seperti perdarahan
epidural
Defisit neurologis dapat timbul berminggu-minggu sampai dengan
berbulan-bulan
Gejala biasanya 24-48 jam post trauma (akut)
perluasan massa lesi
peningkatan TIK
sakit kepala, lethargi, kacau mental, kejang
disfasia
c) Perdarahan Subarachnoid
Nyeri kepala hebat
Kaku kuduk
b. Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
1) Cidera kepala Ringan (CKR)
a) GCS 13-15
b) Kehilangan kesadaran/amnesia <30 menit
c) Tidak ada fraktur tengkorak
d) Tidak ada kontusio celebral, hematoma
2) Cidera Kepala Sedang (CKS)
a) GCS 9-12
b) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit tetapi kurang dari
24 jam
c) Dapat mengalami fraktur tengkorak
3) Cidera Kepala Berat (CKB)
a) GCS 3-8
b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam
c) Juga meliputi kontusio celebral, laserasi, atau hematoma intracranial
4. PATOFISIOLOGI
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang membuat kita
seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Cedera
memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya
konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi
pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit
kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak
maupun otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak,
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam dan,
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain
dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala
diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak,
pergeseran otak dan rotasi otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup dan
coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan saja pada orang-
orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala pada coup
disebabkan hantaman pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan
contre coup terjadi pada sisi yang berlawanan dengan daerah benturan. Kejadian
coup dan contre coup dapat terjadi pada keadaan.;Keadaan ini terjadi ketika
pengereman mendadak pada mobil/motor. Otak pertama kali akan menghantam
bagian depan dari tulang kepala meskipun kepala pada awalnya bergerak ke
belakang. Sehingga trauma terjadi pada otak bagian depan.Karena pergerakan ke
belakang yang cepat dari kepala, sehingga pergerakan otak terlambat dari tulang
tengkorak, dan bagian depan otak menabrak tulang tengkorak bagian depan. Pada
keadaan ini, terdapat daerah yang secara mendadak terjadi penurunan tekanan
sehingga membuat ruang antara otak dan tulang tengkorak bagian belakang dan
terbentuk gelembung udara. Pada saat otak bergerak ke belakang maka ruangan yang
tadinya bertekanan rendah menjadi tekanan tinggi dan menekan gelembung udara
tersebut. Terbentuknya dan kolapsnya gelembung yang mendadak sangat berbahaya
bagi pembuluh darah otak karena terjadi penekanan, sehingga daerah yang
memperoleh suplai darah dari pembuluh tersebut dapat terjadi kematian sel-sel otak.
Begitu juga bila terjadi pergerakan kepala ke depan.
5. PATHWAY
6. KOMPLIKASI
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma intrakranial,
edema serebral progresif, dan herniasi otak
a. Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada pasien
yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan yang terjadi kira kira 72
jam setelah cedera. TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak untuk
membesar meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak diakibatkan
trauma..
b. Defisit neurologik dan psikologik
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti anosmia
(tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan mata, dan defisit
neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang post traumatic atau
epilepsy.
c. Komplikasi lain secara traumatic :
1) Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)
2) Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis,
abses otak)
3) Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)
d. Komplikasi lain:
1) Peningkatan TIK
2) Hemorarghi
3) Kegagalan nafas
4) Diseksi ekstrakranial
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus, tetapi untuk memonitoring kadar
O2 dan CO2 dalam tubuh di lakukan pemeriksaan AGD adalah salah satu test
diagnostic untuk menentukan status respirasi..
b. CT-scan : mengidentifikasi adanya hemoragik dan menentukan pergeseran
jaringan otak.
c. Foto Rontgen : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur) perubahan
struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
d. MRI : sama dengan CT-scan dengan/ tanpa kontras.
e. Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral, perdarahan.
f. Pemeriksaan pungsi lumbal: mengetahui kemungkinan perdarahan subarahnoid
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko perfusi erebral tidak efektif
dibuktikn dengan cedera kepala aterosklerosis aorta,hipertensi, embolisme.
b. Nyeri akut berhbungan dengan agen
pencedera fisik di tandai dengan pasien mengeluh nyeri , tampak meringis,
gelisah.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya nafas ditandai dengan penggunaan otot bantu pernafasan,
pola nafas abnormal, pernafasan cuping hidung
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan ( misal duduk di
tempat tidur)
DAFTAR PUSTAKA
Putri Haruming R(2013)Kajian tentang trauma Kapitis sebagai akibat dari kecelakaan lalu
lintas.skripsi.universitas Muhammadiyah Malang Fakultas Kedokteran.
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Sdr. A
No reg : 141708
Jenis kelamin :Laki - Laki
Umur :30 Th
Pendidikan :SMA
Agama :Islam
Status :Belum Menikah
Alamat : Bangkalan
Tgl Masuk : 09 April 2020 Jam 12.00 WIB
Tgl Pengkajian : 10 April 2020 Jam 08.00 WIB
Diagnosa medis : CKR (Cedera kepala Ringan)
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.B
Umur : 65 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Madura
Hub dengan klien : Ayah Pasien
Alamat : Bangkalan
B. KELUHAN UTAMA
Pusing
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan, jatuh dari motor tanggal 9 april 2020 jam 15.00 karena tidak
memakai helm , sempat tidak sadar ditempat kejadian, lalu di bawa ke IRD RSUD
X,pusing( + ), mual (-) GCS 445,nyeri pada croris kanan , tidak bisa mengangkat ka
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Sdr. A
No reg : 141708
Jenis kelamin :Laki - Laki
Umur :30 Th
Pendidikan :SMA
Agama :Islam
Status :Belum Menikah
Alamat : Bangkalan
Tgl Masuk : 09 April 2020 Jam 12.00 WIB
Tgl Pengkajian : 10 April 2020 Jam 08.00 WIB
Diagnosa medis : CKR (Cedera kepala Ringan)
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.B
Umur : 65 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Madura
Hub dengan klien : Ayah Pasien
Alamat : Bangkalan
B. KELUHAN UTAMA
Pusing
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan, jatuh dari motor tanggal 9 april 2020 jam 15.00 karena tidak
memakai helm , sempat tidak sadar ditempat kejadian, lalu di bawa ke IRD RSUD
X,pusing( + ), mual (-) GCS 445,nyeri pada croris kanan , tidak bisa mengangkat kaki
kanan , skla nyeri 4, waktu pengkajian tanggal 10 -4-2020 jam 08.00 dengan keluhan
pusing (+) dari hasil pemeriksaan foto didapatkan fraktur croris kanan, terpasang
spalk pada kaki kanan .
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Px mengatakan tidak mempunyai penyakit yang serius seperti darah tinggi dan
kencing manis
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Px mengatakan dikeluarga tidak ada yang memiliki penyaakit kronis seperti hipertensi
dan kencing manis
F. PRIMARY SURVEY
1. Airway
Pernafasan:RR 24x/menit ,suara nafas vesikuler pada lapang paru,bentuk dada
normal,posisi : simetris
2. Breathing
Pola nafas klien efektif ,ekspansi paru paru normal dan simetris antara dada kanan
dan dada kiri,tidak terdapat penggunaan otot bantu nafas,S1 dan S2 tunggal.
3. Circulation
Nadi : 80 x/m,
4. Disability
Kesadaran pasien composmentis dengan GCS (E:4-V:4-M:5),pasien mengatakan
nyeri pada cruris
5. Exsposure
Tidak terdapat hematoma,tidak terdapat luka pada wajah dan ekstremitas
G. SECONDARY SURVEY
1. Kepala
Bentuk kepala simetris kanan-kiri,warna rambut hitam,tidak ada benjolan
2. Mata
Konjungtiva merah muda,skiera putih,fungsi penglihatan baik,bentuk bulat oval
3. Telinga
Simetris kanan-kiri,bentuk normal,tidak ada lesi
4. Mulut dan faring
Membran mukosa kering
5. Hidung dan sinus-sinus
Simetris kanan-kiri
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
H. TERTIERY SURVEY
1. Hematologi (-)
2. Kimia klinik (-)
3. Pemeriksaan BGA (-)
4. Pemeriksaan EKG (-)
5. Rontgen (+) : Rontgen Cruris(+) Rontgen Thorak (+) Ct.scan kepala (+)
6. Terapi
Tgl 09/04/2020
Infuse Pz 1500 CC/24 jam
- mengidentifikasi lokasi,
karakteristik,durasi,
frekuensi,kualitas, intensitas
nyeri.
- mengidentifikasi skala nyeri.
- mengidentifikasi respon nyeri
non verbal.
- mengidentifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri.
- memonitor efek samping
2. Nyeri akut berhubungan dengan penggunaan analgetik.
agen pencendera fisik ditandai Jumat - memberikan teknik
10/04/2020 nonfarmakologi untuk
dengan pasien mengeluh nyeri, mengurangi rasa nyeri
tampak meringis,gelisah. - mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Kode Dx: D.0077 hal.172 - memfasilitasi istirahat tidur
- menjelaskan penyebab
periode dan pemicu nyeri
- menjelaskan strategi
meredakan nyeri
- menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- mengajarkan teknik
nonfarmologis untuk
mengurangi nyeri.
- berkolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
EVALUASI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Diagnosa Hari/ Tgl
No EvaluasiHasil TTD
Keperawatan Jam
1. Resiko perfusi serebral tidak Jumat S (subjectif):
efektif dibuktikan dengan 10/04/2020 px mengatakan
cedera kepala. Jam 08.00 pusing berkurang.
A (Assasement/análisis):
masalah teratasi
sebagian
P (planing) :
intervensi dilanjutkan
- observasi (No.1,2,3,4)
- terapeutik (No.1,2)
2. Jumat S (Subjektif):
Nyeri akut berhubungan
10/04/2020 jam 08.00 px mengatakan nyeri
dengan agen pencendera pada Cruris.
fisik ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri, tampak O (objektif):
k/u cukup,GCS :4-5-
meringis,gelisah.
6.
pasien tapak meringis.
Kode Dx: D.0077 hal.172 Terpasang spalk pada
cruris
Skala nyeri : 4
observasi TTV
TD:110/80 mmhg,
N:80 x/m. S:36,6 ,Rr:
20 x/m
A(Assesment/análisis):
masalah teratasi
sebagian
P(planing):
intervensi dilanjutkan
- Observasi (No.1,2,3,4)
- Terapeutik (No. 1,2,3)
- Edukasi (No.1,2,3,4)
- Kolaborasi(No.1.)