Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE

A. Definisi
World Helath Organization (WHO) 20113 mendefinisikan Stroke merupakan
tanda-tanda klinik yang berkembang cepat yang diakibatkan oleh adanya
gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler

Menurut Lumbantobing (2013) stroke merupakan gangguan peredaran darah di


otak. Stroke juga dikenal dengan cerebro-vascular accident dan Brain Attack.
Stroke berarti pukulan (to strike) yang tejadi secara mendadak dan menyerang
otak. Gangguan peredaran darah di otak dapat berupa iskemia yaitu aliran darah
berkurang atau terhenti pada sebagian daerah di otak. Sedangkan gangguan
peredaran darah lainnya adalah terjadinya perdarahan di daerah otak karena
dinding pembuluh darah yang robek.

Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke otak
mengalami penyumbatan dan ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan fungsi
control gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak berfungsi atau
mengalami kerusakan (American Heart Association [AHA], 2015)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan stroke adalah kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak keadaan dikarenakan aliran darah ke otak tersumbat dan suplai
darah tidak bisa mengalir menuju otak sehingga dapat terjadi kelumpuhan,
kehilangan fungsi otak, bahkan kematian

B. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2012) stroke biasanya disebabkan oleh beberapa
kejadian, yaitu :
a. Trombosis
Trombosis merupakan bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
Arterosklerosis merupakan penyebab utama dari terjadinya trombosis, yang
menjadi penyebab utama dari terjadinya stroke. Secara umum, trombosis tidak
terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau
paresthesia pada setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa
jam atau hari.
b. Embolisme Serebral
Embolisme serebral merupakan bekuan darah atau material lain yang dibawa
menuju ke otak dari bagian tubuh yang lain. Embolis biasanya menyumbat arteri
serebral bagian tengah atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral
c. Iskemia
Iskemia merupakan penurunan aliran darah yang menuju ke otak. Iskemia
terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
d. hemoragi Serebral
HS merupakan pecahnya pembuluh darah serebral dan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak. Dengan adanya kejadian tersebut maka pada
pasien akan mengalami penurunan kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak
responsif.
Dari kejadian yang di jabarkan diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke
otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak dalam
gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
Selain keempat penyebab dari stroke, terdapat fator lain yang juga dapat
menyebabkan terjadinya stroke. Menurut American Hearth Association
(AHA,2015) terdapat dua faktor resiko yang dapat menyebabkan terkena stroke,
yaitu :
a. Faktor yang dapat di ubah
Faktor risiko yang dapat diubah adalah obesitas (kegemukan), hipertensi,
hiperlipidemia, kebiasaan merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, dan
pola hidup yang tidak sehat (AHA, 2015)
Secara tidak langsung obesitas memicu terjadinya stroke yang diperantarai oleh
sekelompok penyakit yang ditimbulkan akibat obesitas. Hipertensi merupakan
penyebab utama terjadinya stroke, beberapa studi menunjukkan bahwa
manajemen penurunan tekanan darah dapat menurunkan resiko stroke sebesar
41%). Hiperlipidemia atau kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar lemak di
dalam darah dapat memicu terjadinya sumbatan pada aliran darah (AHA, 2015).
Menurut (AHA, 2015) individu yang merokok dan mengkonsumsi minuman
beralkohol memiliki resiko lebih tinggi terkena stroke karena dapat memicu
terbentuknya plak dalam pembuluh darah. Faktor tersebut dapatdiubah dengan
cara menjaga pola hidup sehat.
b. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah.
Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor genetik dan ras, usia, jenis kelamin, dan
riwayat stroke sebelumnya (AHA, 2015). Stroke dapat terjadi pada semua rentang
usia namun semakin bertambahnya usia semakin tinggi pula resiko terkena stroke,
hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun
2013 yang menyatakan bahwa usia diatas 50 tahun risiko stroke menjadi berlipat
ganda pada setiap pertambahan usia.

C. Patofisiologi
Oksigen sangatlah penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti yang terjadi
pada stroke, otak akan mengalami perubahan metabolik, kerusakan permanen dan
kematian sel yang terjadi dalam 3 sampai 10 menit. Pembuluh yang paling sering
terkena adalah arteri serebral dan arteri karotis interna yang ada di leher .
Adanya gangguan pada peredaran darah di otak dapat mengakibatkan cedera pada
otak melalui beberapa mekanisme, yaitu
Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang menyebabkan
penyempitan sehingga aliran darah tidak adekuat tidak adekuat yang selanjutnya
akan terjadi iskemik
Pecahnya dinding pembuluh darah yang menyebabkan hemoragi.
Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang interstitial
jaringan otak
Penyempitan pembuluh darah di otak mula-mula menyebabkan perubahan pada
aliran darah dan setelah terjadi stenosis cukup hebat serta melampaui batas krisis
terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Obtruksi suatu pembuluh
darah arteri di otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak
normal sekitarnya masih mempunyai peredaran darah yang baik berusaha
membantu suplai darah melalui jalur anastomosis yang ada. Perubahan yang
terjadi pada kortek akibat oklusi pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna
darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri dan arteriola
D. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada daerah yang terkena
(pembuluh darah
yang tersumbat), area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
kolateral. Stroke akan meninggalkan sisa gejala karena fungsi otak tidak akan bisa
membaik sepenuhnya, karena otak memiliki sifat irreversible (Muttaqin, 2008)
Kelumpuhan pada salah satu bagian tubuh (hemisparesis atau hemisplagia)
Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Polsy”
Tonus otot lemah atau kaku
Kurang peka terhadap rangsang
Gangguan lapang pandang ”Homonimus Hemanopsia”
Gangguan bahasa (Disatria : kesulitan dalam membentuk kata :ashafia atau
disfasia : bicara defeksif/kehilangan bicara )
Gangguan persepsi
Gangguan status mental.
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke :
1) Daerah media serebri
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homanin kontralateral
c. Afasia bila mengenai hemisfer dominan
d. Apraksia bila mengenai hemisfer non dominan.
2) Daerahkarotis interna
Serupa bila mengenai serebri media
3) Daerah Serebri anterior
a. Hemiplagi ( dan hemianestesi ) kontralteral terutama di tungkai.
b. Incontinencia urinae
c. Afasia atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena.
3) Daerah posterior
a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai daerah makula
karena daerah ini juga mendapatkan dari serebri media.
b. Nyeri talamik spontan.
c. Hemibalisme
d. Alkesi bila mengenai hemisfer dominan.
4) Daerah vertebrobasiler
a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat viral di batang otak
b. Hemiplegi alternans atau tetraplagi
c. kelumpuhan pseudobulbar (disarti, disfagi, emosi labil)

E. Komplikasi
Klien dengan stroke akan mengalami beberapa komplikasi, yaitu sebagai berikut :
a. Bekuan Darah (Trombosis)
Bekuan darah mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunn
cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan embolisme
pada paru, yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satuarteri yang mengalirkan
darah ke paru
b. Dekubitus
Bagian tubuh yang paling sering mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi
kaki, punggung, dan tumit. Bila memar ini tidak di rawat dengan baik maka akan
terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.
c. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan baik, hal ini menyebabkan
menumpuknya cairan di paru-paru maka akan terjadi pneumonia.
d. Atrofi dan kekakuan sendi
Hal ini dapat terjadi karena klien dengan stroke kurang gerak dan imobilisasi
d. Depresi dan kecemasan
Gangguan perasaan sering terjadi pada klien stroke dan menyebabkan reaksi
emosional dan fisik yang tidak di inginkan karena terjadi perubahan dan
kehilangan fungsi tubuh.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Muttaqin, 2008) pemeriksaan yang diberikan untuk klien stroke
diantaranya :
a. Angiografi Serebral
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan penyebab strok secara spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
b. Computer Topografi (CT) Scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
c. Single Photon Emotion Computed Tomography (SPECT)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi luas atau daerah abnormal dari otak,
yang juga mendeteksi, melokalisir dan mengukur tingkatstroke (sebelum nampak
oleh pemindaian CT Scan)
d. Magnetic Imaging Resonance (MRI)
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar
terjadinya perdarahan otak. Hasil area yang mengalami lesi dan infark,akibat dari
hemoragik.
e. Electroencephlography (EEG)
Pemeriksaaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak
f. Pemeriksaan Laboratorium
a) Lumbal Fungsi
Pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang mossif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xonthokrom) sewaktu hari-hari pertama.
b) Pemeriksaan darah rutin (glukosa darah, elektrolit, ureum, dan kreatinin)
c) Pemeriksaan kimia darah pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
d) Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
angsur turun kembali.
e) Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
G. Penatalaksanaan
a. Stroke embolik dapat diterapi dengan antikoagulan
b. Stroke Hemoragik diobati dengan penekanan pada penghentian perdarahan dan
pencegahan kekambuhan mungkin diperlukan tindakan bedah.
c. Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsangan eksternal
untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebrum, dapat dilakukan dengan tindakan
menurunkan tekanan dan edema intrakranium.
d. Stroke dapat juga diterapi melalui diet dan pola hidup yang baik.
e. Mempertahankan saluran nafas agar tetap paten.
f. Mengendalikantekanan berdasaran kondisi pasien.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Keperawatan Keluarga adalah suatu proses yang kompleks yang meliputi biologi,
psikologi, emosi sosial, spiritual, termasuk budaya. Pemberian asuhan
keperawatan kepada keluarga merujuk pada proses keperawatan (Nursing
process) yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Friedman, 2010).
Pengkajian
Menurut (Friedman, 2010) pengkajian dimaksudkan untuk mendapatkan data
yang dilakukan secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibina
sumber data pengkajian dapat dilakukan dengan mentode wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, atau melalui data, sekunder seperti data Puskesmas, Desa,
Bidan, hasil pemeriksaan laboratorium dan lain sebagainya.
Data yang harus dikaji dalam keluarga yaitu:
a) Komposisi keluarga, berisi mengenai riwayat anggota keluarga. Susuna
anggota keluarga terdiri dari nama anggota keluarga, jenis kelamin, hubungan
dengan kepala kelurga, umur, pendidikan, pekerjaan.
b) Genogram berisi silsilah keluarga yang minimal terdiri dari tiga generasi
disajikan dalam bentuk bagan dengan menggunakan simbol-simbol atau sesuai
format pengkajian yang dipakai.
c) Tipe keluarga, menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini berdasarkan tipe
pembagian keluarga tradisional dan non tradisional.
d) Suku bangsa, menjelaskan mengenai suku bangsa anggota keluarga serta
budaya yag terkait dengan kesehatan. Suku bangsa yang dimaksud seperti jawa,
sunda, batak, dan lain sebagainya.
e) Agama, menjelaskan mengenai agama yang dianut masing-masing anggota
keluarga serta aturan agama yang dianut oleh keluarga terkait dengan kesehatan.
f) Status sosial ekonomi, menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga dalam
rekreasi atau refresing. Rekreasi tidak harus tempat wisata, namun menonton tv,
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, data ini ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai
tugas dalam tahap perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan
mengapa belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, status imunisasi, sumber kesehatan
yang bisa digunakan serta pengalaman menggunakan pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya, menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami
dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan
a) Karakteristik rumah, menjelaskan mengenai luas rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, penempatan perabot rumah tangga, jenis
Kamar mandi, serta jarak Kamar mandi kesumber air.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas setempat, menjelaskan mengenai
lingkungan fisik setempat, kebiasaan budaya yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas Geografis Keluarga, menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, menjelaskan
mengenai kebiasaan keluarga berkumpul, sejauh mana keterlibatan keluarga
dalam pertemuan dengan masyarakat.
1) Sistem pendukung keluarga, menjelaskan mengenai jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas keluarga, struktur peran serta nilai atau norma keluarga.
2) Fungsi keluarga, terdiri dari:
(a) Fungsi afektif/perasaan memiliki, dukungan, kehangatan dengan anggota
keluarga, proses mendidik anak, disiplin, norma, budaya, perilaku.
(b) Fungsi perawatan kesehatan/mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan, merawat anggota yang sakit, memelihara lingkungan yang sehat,
menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat.
(c) Fungsi Reproduksi/mengetahui keluarga merencanakan jumlah anak,
hubungan seksual suami istru, masalah muncul jika ada.
(d) Fungsi Ekonomi/kemampuan keluarga memenuhi sandang, pangan, papan,
menabung, kemampuan peningkatan status kesehatan.
3) Stres dan koping keluarga, meliputi stres jangka pendek dan jangka panjang,
kemampuan keluarga merespon stressor, strategi koping yang digunakan, strategi
koping disfungsional.
4 Pemeriksaan fisik,
Pemeriksaan fisik pada pasien stroke :
a. Pemeriksaan Neurologis
a) status mental
1) Tingkat kesadaran : kualitatif dan kuantitatif
2) Pemeriksaan kemampuan berbicara
3) Orientasi (tempat, ruang, waktu)
4) Penilaian daya obstruksi
5) Penilaian kosakata
6) Pemeriksaan respon emosional
7) Pemeriksaan daya ingat
8) Pemeriksaan kemampuan berhitung
9) Pemeriksaan kemampuan mengenal benda.
b). Pemeriksaan Nervus Cranial
1) Olfaktorius: penciuman
2) Optikus: penglihatan
2) Okulomotoriu: gerak mata, kontraksi pupilakomodasi
3) Traklear: gerak mata
5) Trigeminus: sensasi umum pada wajah, kulit kepala,gigi, gerak mengunyah.
6) Abdocen (gerak mata)
7) Fasialis: pengecap, sensasi umum pada palatum pada telinga luar, sekresi
kelenjar lakrimal, submandibular, sublingual, ekspresi wajah.
8) Vestibulakoklearis: pendengaran dan keseimbangan
9) Aksesoris spinal: fonasi, gerakan kepala, leher dan bahu
10) Hipoglosus: gerak lidah
c). Fungsi motorik
1) Masa otot, kekuatan otot dan tonus otot. Pemeriksaan ini diperiksa terlebih
dahulu pada bagian ekstremita.
2) Fleksi dan ekstensi lengan
3) Abduksi dan adduksi lengan.
4) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
5) Abduksi dan adduksi jari.
6) Abduksi dan adduksi pinggul.
7). Fleksi dan ekstensi lutut.
8) Dorsofleksi dan fleksi plantar pengelangan kaki
9) Dorsofleksi dan fleksi plantar ibu jari kaki
d). Fungsi sensori.
Fungsi sensori meliputi : sentuhan ringan, sensasi nyeri, sensasi posisi, sensasi
getaran dan lokalisasi taktil/
e). Fungsi serebelum.
Fungsi serebelum meliputi tes jari hidung, tes tumit lutut, gerakan berganti, tes
romberg dan gaya berjalan.
f). Reflek
Reflek meliputi: biseps, triseps, brachiaradialis, patella dan achilles.
b. Data Penunjang
1) Laboratorium
a) Hematologi
b) Kimia klinik
2) Radiologi
a) CT Scan: Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya
infark
b) MRI: Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
c) Sinar X Tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
5) Harapan keluarga, terhadap petugas kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan
yang ada.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh
pada pengkajian. Proses perumusan diagnosis diawali dengan melakukan analisis
data, penentuan diagnosis, kemudian penentuan prioritas diagnosis. Analisis data
dilakuka untuk mengelompokkan data hasil pengkajian menjadi data subjektif
(DS) dan data objektif (DO). Pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam
DS, sedangkan data yang diambil dengan observasi, data sekunder atau data selain
pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam DO. Rumusan masalah
berdasarkan NANDA dan etiologi berdasarkan hasil pengkajian dari tugas
perawatan keluarga yang terdiri dari 5 (lima) tugas yaitu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat,
merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
(Friedman, 2010).

Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada penderita stroke


adalah hambatan mobilitas fisik ketidakmampuan keluarga mengenali masalah
kesehatan keluarga, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan kesehatan
yang tepat, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga,
dan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
menggunakan sumber daya di masyarakat guna memelihara kesehatan.

Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang meliputi tujuan
jangka panjang (tujuan umum), tujuan jangka pendek (tujuan khusus), kriteria dan
standar serta intervensi. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan khusus atau tujuan jangka pendek yang ditetapkan. Tujuan jangka panjang
mengacu pada problem, sedangkan tujuan jangka pendek mengacu pada etiologi
(Friedman, 2010).
Intervensi:
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenali masalah kesehatan keluarga, ketidak mampuan keluarga mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan kesehatan yang tepat, ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidakmampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga, dan
ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber daya di masyarakat guna
memelihara kesehatan.
1. Mengenali masalah hambatan mobilitas fisik pada anggota keluarga lain yang
terkena stroke
a) Tujuan Umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.... x pertemuan
diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil: Klien dan
keluarga mengatakan mempertahankan keluarga sesuai dengan keadaan normal
b) Tujuan Khusus: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...menit
diharapkan keluarga mampu mengenal masalah hambatan mobilitas fisik pada
penderita stroke
NIC:
1) berikan informasi tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, komplikasi,serta
penanganannya.
2) Identifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
3) Dorong sikap emosi yang sehat dalam mengatasi masalah keluarga.
4) Beri penjelasan tentang keuntungan mengenal masalah-masalah kesehatan
2. ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
kesehatan yang tepat
a) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama....x pertemuan
diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil : klien dan
keluarga mengatakan jika (...)
b) Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x menit,
diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarganya dengan hambatan
mobilitas fisik pada klien stroke
NIC
1) Musyawarah bersama keluarga mengenai akibat – akibat bila mereka tidak
mengambil keputusan.
2) Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat mereka pilih dan
sumber – sumber yang di perlukan untuk melakukan tindakan keperawatan.
3) Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
3. ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
a) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama....x pertemuan
diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil : klien dan
keluarga mengatakan jika (...)
b) Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x menit,
diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarganya hambatan mobilitas
fisik pada klien stroke
1) Beri penjelasan keluarga cara perawatan anggota keluarga yang sakit.
2) demonstrasikan cara mengatasi hambatan mobilitas fisik dengan cara
pemberian latihan ROM dan keluarga mampu mendemonstrasikan sendiri
3) Gunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah untuk melakukan latihan ROM
4) Awasi keluarga melakukan latihan ROM
5) Bantu anggota mengembangkan kesanggupan dalam merawat anggota keluarga
yang sakit.
4. keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
a) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama....x pertemuan
diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil : klien dan
keluarga mengatakan jika (...)
b) Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x menit,
diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarganya dengan hambatan
mobilitas fisik pada klien stroke
1) Modifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
2) Beri penjelasan tentang keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan
rumah.
3) Gali sumber – sumber keluarga yang mendukung memperbaiki keadaan fisik
rumah yang tidak sehat.
4) Berikan penjelasan kepada keluarga pentingnya sanitasi lingkungan.
5) Lakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber daya di masyarakat guna
memelihara kesehatan.
1) Kenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
2) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang fungsi fasilitas kesehatan.
3) Bantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
4) Beri penjelasan tentang keuntungan menggunakan fasilitas kesehatan bagi
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (AHA). 2015. Heart Disease and Stroke Statistics –
At-a-Glance [Artikel]. Diakses pada 03 April 2018 dari
http://www.heart.org/idc/groups/ahamahpublic/@wcm/@sop/@smd/docu
ments/downloadable/ucm_470704.pdf

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI. (2013).


Riset Kesehatan Dasar.diakses pada 01 April 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf.

Lumbantobing, S.M., (2013), Stroke Bencana Peredaran Darah, Jakarta: Badan


Penerbit FKUI.

Maisaraswati. (2017). Penerapan ROM Untuk Melatih Kekuatan Otot Pada


Pasien Stroke Non Hemoragik Di RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id diakses pada 2 Mei 2018

Maria, Astrid, Elly N, Budiharto. (2011). Pengaruh Latihan Range Of Motion


(Rom) Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi Dan Kemampuan
Fungsional Pasien Stroke Di Rs Sint Carolus Jakarta. Jurnal Keperawatan
dan Kebidanan (JKK). Vol 1 No 4. http://stroke.ahajournal.org diakses
tanggal 3 Mei 2018

Mustopa, Yanti, & Desy. (2017). Peningkatan Fungsi Motorik Melalui


Akupresur Pada Klien Pasca Stroke. Jurnal Keperawatan BSI. Vol 5,
No 2. http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/articlepdf Diakses
pada 30 maret 2018

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam, 2009. Manajeenen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 2, Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.


Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai