Anggota Penyusun :
Tahun 2019
KONSEP DASAR PENYAKIT
Laporan Pendahuluan
A. DEFINISI
Hipertensi menurut Manjoer dkk (2010) hipertensi adalah tekanan
sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg atau bila
pasien memakai obat anti hipertensi.
Hipertensi menurut Brunner & Suddarth (2008) merupakan gejala
penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya ≥ 140 mmHg dan diastoliknya ≥ 90 mmHg.
B. ETIOLOGI
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Bawah : diafragma
2. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah
yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk
organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur
jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
3. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi
diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada
jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah
akan meningkat.
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk
oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan
secara sempurna satu sama lain.(Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal
110)
Fisiologi
E. Klasifikasi
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Diastolik
Klasifikasi Sistolik (mmHg)
(mmHg)
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematocritUntuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor-factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler)
5. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
6. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
7. Foto thorax: Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,
perbesaran jantung
8. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
J. Penatalaksanaan
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
1. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
3. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita.
1. Step 1
Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor.
2. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan: Dosis obat pertama dinaikkan,
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama, Ditambah obat ke-2 jenis
lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
3. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh: Obat ke-2 diganti, Ditambah obat ke-3
jenis lain
4. Step 4
Alternatif pemberian obatnya: Ditambah obat ke-3 dan ke-4, Re-
evaluasi dan konsultasi, Follow Up untuk mempertahankan terapi.
K. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, No register, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status, diagnosis medis.
b. Identitas Penanggungjawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, hubungan dengan pasien,
pendididkan, pekerjaan, alamat.
c. Riwayat Kesehatan
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
penyakit cerebrovaskuler
Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi atau irama
(takikardia, berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena
jugularis)
d. Pola pengkajian
1. Aktivitas (Istirahat)
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea dan sirkulasi
2. Ektremitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian
kapile mungkin lambat.
3. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, factor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : luapan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang khususnya
sekitar mata, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal)
5. Makanan-Cairan
Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak, dan kolesterol, mual, muntah
6. Riwayat penggunaan diuretic
Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan
JVP, glikosuria
7. Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing-pening, sakit kepala, episode kebas,
kelemahan pada satu sisi tubuh
8. Gangguan penglihatan
Penglihatan kabur, diplopia
9. Episode epitaksis
Tanda : perubahan orientasi, pola napas, isi bicara, afek, proses piker
atau memori ingatan, respon motorik = penurunan kekuatan
genggaman, perubahan retinal optic
10. Nyeri-Ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen
11. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum
12. Riwayat Merokok
Tanda : distress respirasi-pengguanaan otot aksesori pernapasan,
bunti napas tambahan (creckles, mengi), sianosis
13. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara berjalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien
L. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
perubahan pada parameter fisiologis.(hal 469)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Pola tidur tidak menyehatkan
ditandai dengan kesulitan tidur. (hal 229)
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan
Hipertensi ditandai dengan perubahan karakteristik kulit. (hal 253)
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan respons tekanan darah
abnormal terhadap aktivitas. (hal 241)
M. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
perubahan pada parameter fisiologis. (hal 469)
Pengalaman sensosrik dan emosional yang tidak menyenangkan dengan
kerusakan jaringan aktual dan potensial, atau digambarkan sebagai suatu
kerusakan (International Association the study of Pain); awitan yang tiba-
tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga ke berat, terjadi
konstan atau berulang dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
Batasan Karakteristik :
- Ekspresi wajah nyeri
- Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
- Mengekspresikan perilaku
- Perubahan pada parameter fisiologis
- Laporan tentang perilaku nyeri/ perubahan aktivitas
Tujuan : Kontrol Nyeri
NOC (hal 247) :
Mengenali kapan nyeri terjadi (160502)
Menggunakkan tindakan pencegahan (1605030
Menggnakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik
(160504)
Menggunakan analgesic yang direkomendasikan (160505)
Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada professional
kesehatan (160507)
NIC (hal 198) :
Manajemen Nyeri
Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
efektif
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuesi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengarusirespon
pasien terhadap ketidaknyamanan
Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan mengimplementasi tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan
Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia. Trans Info media: Jakarta.
Ma’rifatul Lilik, Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha ilmu: Jogjakarta.