Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN DIARE

DISUSUN OLEH :

MELISSA DESFA FITRI

P05120218020

III A/D3 KEPERAWATAN

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

(Ns. Nehru Nugroho, S.Kep, M.Kep) ( )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
Laporan Pendahuluan

1. Pengertian
Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses lebih dari 3 kali per hari
berbentuk cair, berlendir berdarah disertai dengan tanda infeksi lainnya
akibat bakteri, virus, dan parasite (WHO, 2018).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensifeses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair
daribiasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang
airbesar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam
(Dinkes,2016).

2. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan anergi, menyerap
zat-zat ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh (Wijaya &
Putri,2017).
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
b. Faring dan Esofagus
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap. Esofagus merupakan saluran berotot yang relative lurus dan
berjalan memanjang diantara faring dan lambung. Mobilitas yang
berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan atau deglutition.
Lambung adalah ruang yang berbentuk kantung yang mirip huruf J”,
yang terletak diantara esofagus dan usus halus. Fundus, dan antrum.
Fungsi terpenting pada lambung adalah menyimpan makanan yang
masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai
untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal.
c. Usus halus
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan
penyerapan. Setelah isi lumen meninggalkan usus halus, makan tidak
terjadi lagi pencernaan, walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah
kecil garam dan air.
d. Usus besar
Usus besar menurut Syaifudin (2016) merupakan saluran pencernaan
berupa usus berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang
kira-kira 1,5-1,7 meter dan penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus
yang tersusun seperti huruf U terbalik mengelilingi usus halus terbentang
dari valvula iliosekalis sampai anus.Lapisan usus besar dari dalam keluar
terdiri dari lapisan selaput lendir atau (mukosa), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang, dan lapisan jaringan ikat. Bagian dari usus besar
terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens
dan kolon sigmoid.
Fungsi usus besar adalah sebagi berikut :
1) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk
massa yang lembek yang disebut feses.
2) Menyimpan bahan feses
3) Tempat tinggal bakteri coli.

3. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut Lestari (2016) terbagi 4 macam yaitu:
a. Diare Akut
Diare akut adalah berlangsung kurang dari 14 hari umumnya kurang dari
17 hari sehingga mengakibatkan dehidrasi yang merupakan penyebab
utama kemaatian bagi penderita diare.
b. Diare Persisten
Diare persisten adalah berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-
menerus sehungga mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
c. Diare Disentri
Diare disentri yang disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah
diare disentri yang disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah
Anorexia sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadi komplekasi pada mukosa.
d. Diare masalah lain
Anak yang menderita diare akut persisten mungkin juga disertai penyakit
lainnya seperti gangguan gizi, demam dan penyakit lainnya.

4. Etiologi
Etiologi diare menurut Ngastiyah (2014) dibagi beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi Internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak disebabkan oleh bakteri
Shingella, Salmonella,dan E. Coli.
2) Infeksi Parenteral adala infeksi diluar alat pencernaan makanan pada
bayi dan anak dibawah dua tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (Intoleranci Glukosa, Frugtosa dan
Glaktosa) pada bayi dan anak yang terpenting dan terserang malabsorbsi
lemak dan protein.
c. Faktor makanan
Faktor makanan adalah seperti makanan beracun, basi dan alergi
terhadap makanan yang ia makan.
d. Faktor psikologis
Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas (jarang terjadi pada anak
namun sering terjadi).
2. Patofisiologi
Patofisiologi diare menurut Wijaya & Putri (2017) adalah:
a) Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan menyerangsang
usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b) Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
c) Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Patogenesisnya:
1) Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
2) Jasad renik tersebut berkembang biak dalam usus halus.
3) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
4) Akibat toksin itu, terjadi hipersekresi yang selanjutnya timbul diare.
6. WOC/ Pathway

Kuman masuk
Faktor
dan Toksin dalam Hipersekresi
berkembang dinding usus air elektrolit
Infeksi dalam usus halus isi rongga
Pergeseran air usus me
Malabsorbsi Tekanan
KH, lemak dan elektrolit Isi rongga
osmotik me
ke usus usus me
dan protein
Makanan Toksin tidak Kekmampuan
Hiperperistaltik
dapat diabsorbsi absorbsi me

Psikologis Ansietas
Diare

MK: Gangguan
Frekuensi Distensi abdomen
integritas kulit
BAB me
perienal
Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan
Nafsu makan menurun
Asidosis metabolik
Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit MK:
sesak
Ketidakseimbangan
Dehidrasi \
nutrisi kurang dari
MK: Gangguan
pertukaran gas kebutuhan

MK: MK: Risiko syok (Hipovolemi)


Kekurangan
volume cairan

Sumber: Muttaqin & Sari (2011).


7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diare menurut Wijaya & Putri (2017) yaitu: mula-
mula anak balita menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin
disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama makin berubah
kehijau-hijauan karena tercampur empedu, karena seringnya defekasi, anus
dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh
usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Anak-
anak yang tidak mendapatkan perawatan yang baik selama diare akan jatuh
pada keadaan-keadaan seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-
basa, hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi.

8. Komplikasi
Komplikasi diare menurut Lestari (2016) anak yang diare akan
mengalami kondisi berupa hilanganya sejumlah cairan dan elektrolit yang
ada dalam tubuh karena muntah dan feses yang cair. Selain itu, anak yang
mengalami diare juga akan mengalami dehidrasi, mulai dari dehidrasi
ringan hingga dehidrasi berat, bahkan sampai dapat terjadi kematian.
Dehidrasi inilah yang sebenarnya patut lebih diperhatikan. Akibat
kehilangan cairan secara mendadak menurut Vivian (2010), dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejal meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada EKG.
d. Hipoglikemia .
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan villi mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

9. Derajat dehidrasi

Gejala Dehidrasi Ringan Dehidrasi Sedang Dehidrasi Berat


Kesadaran Normal dan sadar Normal sampai lesu, Apatis,letargik, tidak
gelisah, atau iritabel sadar
Haus Normal atau dapat Haus, ingin minum Keinginan untuk
menolak cairan minum buruk atau
tidak ada
Denyut jantung Normal Normal sampai Takikardi sampai
takikardi bradikardia
Kualitas denyut Normal Normal sampai Lemah, kecil
menurun
Pernapasan Normal Normal sampai Dalam
takipnea
Mata Normal Agak cekung Sangat cekung
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan Lembab Kering Sangat kering
lidah
Cubitan kulit Cepat kembali Kembali dalam < 2 Kembali dalam > 2
detik detik
Turgor kulit Biasa Agak kering Kering sekali

Pengisian Normal Memanjang (> 2 Memanjang,


kapiler detik) minimal

Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, berbintik,


sianosis

Tabel 2.1: Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan gejala menurut Kemenkes, RI


(2011).
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Lestari (2016) sebagai berikut:
a. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan)
Tindakan :
1) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari
biasanya.
2) Makan diberikan seperti biasnya.
3) Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke puskesmas
terdekat.
b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Tindakan :
1) Berikan oralit
a) Untuk anak umur kurang dari 4 bulan dengan berat badan kurang
dari 6 kg jumlah pemberian cairan 200 - 400ml / 3 jam.
b) Untuk anak umur 4 - < 2 bulan dengan berat badan 6 - < 10 Kg
jumlah pemberian cairan 400 – 700ml / 3 jam.
c) Untuk anak umur 1 - < 2 tahun dengan berat badan 10 - < 12 kg
jumlah pemberian cairan 700 – 900ml / 3 jam.
d) Untuk umur anak 2 - < 5 tahun dengan berat badan 12 – 19 kg
jumlah pemberian cairan 900 – 1400 / 3 jam.
1. Teruskan pemberian makanan.
2. Sebaiknya yang lunak, mudah dicernadan tidak merangsang.
3. Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke puskesmas.
c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
Tindakan :
1. Segera bawa ke rumah sakit / puskesmas dengan fasilitas perawatan.
2. Oralit diteruskan selama masih bisa minum Takaran dalam
pemberian oralit:
a) Di bawah 1 tahun: 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas
setiap kali mencret
b) Di bawah 5 tahun (anak balita) : 3 jam pertama 3 gelas,
selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret.
c) Anak di atas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap
kali mencret.
d) Anak di atas 12 tahun & dewasa : 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2
gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200cc).
Konsep Asuhan Keperawatan pada anak dengan Diare
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian menurut Lestari (2016) yaitu:
a. Identitas klien
Nama klien, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pekerjaan, nomor RM, tanggal MRS, nama penanggung jawab, alamat
penanggung jawab serta pekerjaan penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari, BAB kurang dari empat kali
dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi).BAB 4-10 kali dengan
konsistensi cair (dehidrasi ringan-sedang), BAB lebih dari 10 kali sehari
(dehidrasi berat).Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare
akut, bila diare berlangsung 16 hari atau lebih adalah diare presisten.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Menurut Nursalam, 2008.
a) Mula-mula bayi/ anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ad dan kemungkinan
timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubh menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karea sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Apabila pasien telah banyak keilangan cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak.
f) Diuresis: terjadi oliguria (kurang 1ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap
pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam
(dehidrasi berat).
2) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah di derita oleh anak maupun keluarga dalam
hal ini orang tua. Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat
penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus
dirawat di rumah sakit
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga yang
berhubungan dengan distribusi penularan.
b) Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hgiene yang kurang
mudah terkena kuman penyebab diare.
c) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarangan) atau di sungai dan cara
bermain anak yang kurang higienis dapat mempermudah masuknya
kuman lewat Fecal-oral.
d) Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan
untuk penanganan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga
(orang tua).
a. Pola kebutuhan sehari-hari
1. Pola nutrisi
a) Makan sebelum dan saat sakit: nafsu makan, jenis makanan,
frekuensi makan, porsi makan, makanan yang disukai dan makanan
pantangan .
b) Minum sebelum dan saat saki: jenis minuman, frekuensi minum,
jumlah minum dan kemampuan menelan.
2. Pola eliminasi
a) BAB sebelum dan saat sakit: frekuensi BAB, konsistensinya feses,
warna feses dan bau feses.
b) BAK sebelum dan saat sakit: frekuensi dan warna urine
3. Pola istirahat tidur
Pola tidur
4. Personal hygiene
Mandi, keramas, gosok gigi dan menggunting kuku.
b. Pemeriksaan fisik (Lestari, 2016).
1. Keadaan umum :
Data mayor: pemeriksaan tingkat kesadaran seperti pemeriksaan
GCS.
Data minor: mual lemah dan gelisah.
2. Tanda-tanda vital :
Data mayor: tekanan darah, frekuensi nafas, frekuensi nadi, suhu
tubuh meningkat dan berat badan menurun.
3. Sistem pernafasan :
Data mayor: irama pernafasan dan pola nafas cepat.
Data minor: gelisah dan sianosis/ pucat.
4. Sistem kardiovaskular :
Data mayor: nadi teraba lemah dan frekuensi vena menurun.
Data minor: konjungtiva pucat
5. Sistem pencernaan:
Data mayor: membran mukosa kering, dan bising usus meningkat,
distensi abdomen, bentuk abdomen, frekuensi BAB lebih dari 3 kali
sehari dan konsistensi cair.
Data minor: mual dan muntah.
6. Sistem Integumen :
Data mayor: turgor kulit menurun,tekstur kulit kasar dan kering, akral
dingin,
Data minor: kulit pucat, mata cekung, dan edema pada kulit.
7. Sistem Perkemihan :
Data mayor: frekuensi BAK
Data minor: volume urine menurun dan konsentrasi urin meningkat.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang menjadi fokus utama untuk di bahas dalam
penulisan karya tulis ilmiah adalah Hipovolemia berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif dalam tubuh (SDKI, 2017)
1) Hipovolemia b/d Kehilangan cairan aktif.
2) Diare b/dparasit, psikologis, proses infeksi, iritasi, malaborbsi
3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1. Hipovolemia b.d kehilangan Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen Cairan
cairan aktif. keperawatan selama 3 x 24
DS: jam, diharapkan Observasi
1. Merasa lemah Hipovolemia dapat diatasi
2. Mengeluh haus dengan : 1. Monitor status hidrasi
DO: SLKI : Keseimbangan (mis. frekuensi nadi,
1. Frekuensi nadi meningkat Cairan kekuatan nadi, akral,
2. Nadi teraba lemah Dipertahankan ke 1/2/3/4/5 pengisian kapiler,
3. Tekanan darah menurun 2. kelembapan mukosa,
4. Tekanan nadi menyempit Ditingkatkan ke 1/2/3/4/5 turgor kulit, tekanan
5.Turgot kulit menurun darah)
6.Membran mukosa kering Deskripsi level : 3. Monitor berat badan
7.Volume urine menurun 1) Menurun harian
8.Hematocrit meningkat 2) Cukup Menurun 4. Monitor hasil
9. Pengisian vena menurun 3) Sedang 5. Monitor tanda-tanda vital
10. Status mental berubah 4) Cukup Meningkat
11. Suhu tubuh meningkat 5) Meningkat Terapeutik
12. Konsentrasi meningkat
13. Berat badan turun tiba-tiba Dengan kriteria hasil : 1. Catat intake-output dan
1. Asupan cairan meningkat hitung balance cairan 24
2. Keluaran urine jam serta kebutuhan
meningkat cairan klien.
3. Kelembaban meningkat 2. Berikan asupan cairan,
4. membran mukosa sesuai kebutuhan.
meningkat 3. Berikan minum oralit
5. Asupan makanan sesuai kebutuhan
meningkat (Mardayani, 2018).
4. Berikan air putih (Welc,
2010).
5. Berikan cairan parenteral
6. Pemberia madu Putra,
(A. M & Andriani, Y,
2017).
2 Diare b/d parasit, psikologis, Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen Diare
keperawatan selama 3 x 24
proses infeksi, iritasi, jam, diharapkan dapat 1. Identifikasi penyebab
diatasi dengan : diare (mi, inflamasi
malaborbsi SLKI : Kontinensia Fekal gastrointestinal, iritasi,
Dipertahankan ke 1/2/3/4/5 malabsorpsi, ansietas)
2. Identifikasi riwayat
Ditingkatkan ke 1/2/3/4/5 pemberian makanan
3. Monitor warna, volume,
Deskripsi level : frekuensi, dan konsistensi
1) Menurun tinja)
2) Cukup Menurun 4. Monitor tanda dan gejala
3) Sedang hypovolemia (mis,
4) Cukup Meningkat takikardi, nadi teraba
5) Meningkat lemah, turgor kulit turun)
5. Monitor jumlah
Dengan kriteria hasil : pengeluaran diare
1) Pengontrolan 1.
pengeluaran feses
2) Defekasi
3) Frekuensi buang air
besar
4) Kondisi kulit perianal
3 Ketidakseimbangan nutrisi : Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3 x 24 1) Identifikasi status nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh jam, diharapkan dapat 2) Identifikasi makanan
diatasi dengan : yang disukai
SLKI : Status nutrisi 3) Monitor asupan
Dipertahankan ke 1/2/3/4/5 makanan
4) Monitor berat badan
Ditingkatkan ke 1/2/3/4/5 5) Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Deskripsi level :
1. Menurun 2.
2.Cukup Menurun
3.Sedang
4.Cukup Meningkat
5.Meningkat

Dengan kriteria hasil :


1.pengetahuan tentang pilihan
makanan yang sehat
2.penyiapan dan penyimpanan
makanan yang aman
3.nyeri abdomen
4.Diare
DAFTAR PUSTAKA

Eka.2013. Buku Ajar Manajemen Cairan & Elektrolit. Yogyakarta : Nuha Medika.
FKUI. 2008. Gangguan Keseimbangan Air – Elektrolit dan Asam – Basa. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Ilham, 2014. Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan elektrolit pada pasien dengan diare di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Semarang.Jurnal penelitian
Research Abstrak.RSU Kabupaten Semarang.2013.diunduh tanggal 17 Mei
2014.
Lestari. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Edisi 1. Yogyakarta : Nuha Medika.
Mardiana. 2019. Asuhan Keperawatan Anak. Jawa Timur.
Muttaqin & Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi asuhan keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah.(2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Oktiawati, dkk. (2017). Teori Dan Konsep Keperawatan Pediatrik. TIM

Anda mungkin juga menyukai