Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CEPHALGIA

Disusun oleh :

Tingkat III Reguler 3

DENI KURNIATI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


A.    PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala
pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik       
( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit
kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

B.     KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI


Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of
the International Headache Society sebagai berikut:
1.      Migren (dengan atau tanpa aura)
2.      Sakit kepal tegang
3.      Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4.      Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5.      Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6.      Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7.      Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8.      Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9.      Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10.  Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11.  Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau     struktur
sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12.  Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)

C.    PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala
dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah
otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang
tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari
meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri
besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
1.      Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
2.      Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan
pneumo atau zat kontras ensefalografi.
3.      Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan
liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba
atau cepat sekali.
4.      Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi
alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia
dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi
serebrovasculer akut).
5.      Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache)
dan radang (arteritis temporalis)
6.      Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada
spondiloartrosis deformans servikalis.
7.      Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol
kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher
(spondiloartritis deforman servikalis.
8.      Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan
stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan
sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini
dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan
mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal
yang bervariasi.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
   Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk
menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam.
   Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan
fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau
beberapa hari.
   Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan
lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
2.      Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepala vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria.
Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa
didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan
sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun
kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang
ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin.
3.      Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala,
yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada
tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat
yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan
ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan
simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan
dan obat relaksan otot.

E.     DIAGNOSTIK
1.      CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan
abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2.      MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur
tubuh.
3.      Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak
dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena
penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.

F.      KOMPLIKASI
1.      Ruptur pembuluh darah otak
2.      Kebutaan

G.    PENGOBATAN
1.      Migren
a.       Terapi Profilaksis
1)      Menghindari pemicu
2)      Menggunakan obat profilaksis secara teratur
Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses fisiologis yang mengontrol aliran
darah dan aktivitas system syaraf
b.      Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau vasokonstriktor
Obat-obat untuk terapi abortif
Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
1)      NSAIDS :
Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan pelepasan 5-HT. Naproksen terbukti
lebih baik dari ergotamine. Pilihan lain : ibuprofen, ketorolak
2)      Golongan triptan
a)      Agonis reseptor 5-HT1D  menyebabkan vasokonstriksi Menghambat pelepasan takikinin,
memblok inflamasi neurogenik Efikasinya setara dengan dihidroergotamin, tetapi onsetnya lebih
cepat
b)      Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per oral
3)      Ergotamin
Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi reseptor 5-HT1 presinapti.  Pemberian
IV dpt dilakukan untuk serangan yang berat
4)      Metoklopramid
Digunakan untuk mencegah mual muntah. Diberikan 15-30 min sebelum terapi antimigrain,
dapat diulang setelah 4-6 jam
5)      Kortikosteroid
Dapat mengurangi inflamasi. Analgesik opiate. Contoh : butorphanol
c.       Obat untuk terapi profilaksis
1)      Beta bloker
Merupakan drug of choice untuk prevensi migraine. Contoh: atenolol, metoprolol, propanolol,
nadolol. Antidepresan trisiklik  Pilihan: amitriptilin, bisa juga: imipramin, doksepin, nortriptilin
Punya efek antikolinergik, tidak boleh digunakan untuk pasien glaukoma atau hiperplasia prostat
6)      Metisergid
Merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-HT2.  Asam/Na Valproat dapat menurunkan
keparahan, frekuensi dan durasi pada 80% penderita migraine
7)      NSAID
Aspirin dan naproksen terbukti cukup efektif. Tidak disarankan penggunaan jangka panjang
karena dapat menyebabkan gangguan GI
8)      Verapamil
Merupakan terapi lini kedua atau ketiga
9)      Topiramat
 Sudah diuji klinis, terbukti mengurangi kejadian migrain
2.      SakIt kepala tegang otot

a.       Terapi Non-farmakologi
1.)    Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30 menit,
2)      perubahan posisi tidur,
3)      pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain,
4)      Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :
(a)    Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau saat menonton
televise
(b)   Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
(c)    Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari

b.         Terapi farmakologi
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri Contoh : Obat-obat OTC
seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan
kafein dapat meningkatkan efek analgesic. Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih
teliti mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau depresi. Pilihan obatnya adalah
antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara
kronis memicu rebound headache
3.      Cluster headache
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan (profilaksis)
Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral
a.    Obat-obat terapi abortif:
1)      Oksigen
2)       Ergotamin
Dosis sama dengan dosis untuk migrain
3)      Sumatriptan
b.    Obat-obat untuk terapi profilaksis:
1)      Verapamil
2)      Litium
3)      Ergotamin
4)      Metisergid
5)      Kortikosteroid
6)      Topiramat

H.    Prognosis
Prognosis baik jika ditangani dengan cepat dan prognosis buruk jika penanganaanya lambat
karena dapat menimbulkan komplikasi yang akan semakin memperburuk kondisi pasien.
II.       KONSEP KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi :
1.      Aktivitas / Istirahat
Lelah, letih , malaiseKetegangan mataKesulitan membacaInsomnia
2.      Sirkulasi
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporalPucat, wajah tampak kemerahan
3.      Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
4.      Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
5.      Neuro sensori
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
6.      Kenyamanan
Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
7.      Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab peran

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan cemas

INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN RENCANA RASIONAL

Gangguan pola Setelah di lakukan - Lakukan - Memberi informasi


tidur berhubungan askep selama 1x24 pengkajian dasar
dengan nyeri dan jam, di masalh - Meningkatkan
cemas harapkankebutuhan gangguan kenyamanan
klien terpenuhidg kh : tidur pasien - Mengatur pola
- Memahami karakteristik tidur
factor dan penyebab - Memudahkan tidur
penyebab - Keadaan klien
- Menangani tempat tidut - Mempermudah
penyebab - Lakukan untuk klien tidur
- Tidak ada persiapan tidur - Menghilangkan
tanda kurang malam nyeri
tidur dn - Anjurkan - Membantu klien
istirahat relaksasi istirahat tidur
sebelum tidur
- Ciptakan
lingkungan
nyaman
- Kolaborasi
pemberian
obat
- Sedatif

Anda mungkin juga menyukai