Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

CIDERA KEPALA SEDANG

Disusun Oleh:
Irwan Basri SN 171095

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
CIDERA KEPALA SEDANG

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Cidera Kepala Sedang
Cedera kepala adalah keadaan dimana struktur lapisan otak
dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak, duramater, pembuluh darah
serta otaknya mengalami cedera baik yang trauma tertutup maupun
trauma tembus (Satyanegara, 2010).
Cedera Kepala juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan otak
akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap
cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial sehingga
dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional
jaringan otak. (Boswick, 2013).
Sedangkan yang dimaksud dengan cidera kepala sedang
merupakan trauma yang melibatkan seluruh bagian kepala mulai
bagian terluar kepala (kulit kepala) sampai bagian terdalam kepala
(otak) yang menyebabkan individu mengalami penurunan kesadaran
(konfusi, latergi, atau stupor) dengan GCS 9-14, mengalami amnesia
pasca trauma dan menunjukkan tanda terjadinya fraktur kranium
(George dkk, 2009).
Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat
adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung
maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi

2. Etiologi dan Faktor Resiko Cidera Kepala Sedang


Menurut (Muslihah, 2010) etiologi atau penyebab dari trauma kepala
ini antara lain:
a) Kecelakaan lalu lintas/industry
Dari kebanyakan kasus trauma yang terjadi, kecalakaan lalu lintas
adalah penyebab terbanyak. Baik itu kecelakaan lalu lintas darat,
air dan udara.
b) Jatuh dari suatu ketinggian
c) Benturan benda tajam/ tumpul
d) Trauma pada saat kelahiran
e) Benturan dari objek yang bergerak (cedera akselerasi)
Kejadian yang termasuk cedera akselerasi adalah ketika seseorang
berjalan, kemudian tiba – tiba tertabrak mobil dari belakang. Pada
kejadian akselerasi jantung akan bekerja dengan kecepatan yang
telah dipercepat (kerja jantung semakin cepat) sehingga dapat
berakibat fatal pada penderita.
f) Benturan kepala pada benda padat yang tidak bergerak (cedera
deselerasi)
Kejadian yang termasuk cedera deselerasi adalah ketika sebuah
mobil menabrak pohon. Pada kejadian deselerasi, sebuah benda
yang memiliki kecepatan akan dihentikan secara mendadak.
Sehingga jantung yang pada awalnya bekerja sesuai dengan
kecepatan sebelumnya, akan tiba – tiba dihentikan secara
mendadak. Hal ini akan dapat mempengaruhi hemodinamik pasien.

3. Manifestasi Klinis Cidera Kepala Sedang


a. GCS 9-13 (konfusi, letargi atau stupor)
b. Ditemukan kelainan pada CT scan
c. Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam
d. Dapat mengalami fraktur tengkorak (tanda Battle, hemotimpanum,
otorea (keluar cairan dari telinga) atau rinorea (keluar cairan dari
hidung) (George dkk, 2009).
Menurut Morton, (2013) gejala klinis trauma kepala adalah seperti
berikut:
a. Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa
adalah:
1) Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga diatas
os mastoid).
2) Hemotipanum (perdarahan di daerah membrane timpani
telinga).
3) Periorbital eccymosis (mata warna hitam tanpa trauma
langsung).
4) Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung).
5) Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga).
b. Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala
ringan
1) Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa
saat kemudian sembuh.
2) Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.
3) Mual atau muntah.
4) Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.
5) Perubahan kepribadian diri.
6) Letargi.

4. Komplikasi
Menurut (Sutrisno 2013) Komplikasi Cidera kepala Sedang ini antara
lain:
a. Hemorrhagie (Pecahnya / keluarnya darah dari pembuluhnya).
b. Infeksi. (invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan
tubuh, terutama yang menyebabkan cedera seluler lokal).
c. Edema (pengumpulan cairan secara abnormal dalam ruang jaringan
intraseluler tubuh).
d. Herniasi (penonjolan abnormal organ / struktur tubuh lainya
melalui cacat / lubang alamiah dalam selaput pembungkus,
membran otot, atau tulang).
5. Patofisiologi
Cidera Kulit Kepala
Karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit kepala
berdarah bila mengalami cedera dalam. Kulit kepala juga merupakan
tempat masuknya infeksi intrakranial. Trauma dapat menimbulkan
abrasi, kontisio, laserasi atau avulsi.
Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak
disebabkan oleh trauma. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan
otak. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak
tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka/
tertutup. Bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup
dura tidak rusak. Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada
sekitar fraktur dan karena alasan yang kurang akurat tidak dapat
ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar X, fraktur dasar tengkorak
cenderung melintas sinus paranasal pada tulang frontal atau lokasi
tengah telinga di tulang temporal, juga sering menimbulkan hemorragi
dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di bawah
konjungtiva. Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika CSS keluar dari
telinga dan hidung.
Cidera otak
Kejadian cedera “Minor” dapat menyebabkan kerusakan otak
bermakna. Otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai
derajat tertentu yang bermakna sel-sel cerebral membutuhkan supalai
darah terus menerus untuk memperoleh makanan. Kerusakan otak
tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah yang
mengalir tanpa henti hanya beberapa menit saja dan kerusakan neuron
tidak dapat mengalami regenerasi.
Komosio
Komosio cerebral setelah cedera kepala adalah kehilangan fase
neuologik sementara tanpa kerusakan struktur. Jika jaringan otak dan
lobus frontal terkena, pasien dapat menunjukkan perilaku yang aneh
dimana keterlibatan lobus temporal dapat menimbulkan amnesia
disoreantasi (Corwin, Elizaberth, 2009).
Pathway
Trauma kepala

Ekstra kranial Tulang kranial Intra kranial

Terputusnya kontinuitas Terputusnya kontinuitas Jaringan otak rusak


jaringan kulit, otot dan jaringan tulang (kontusio, laserasi)
vaskuler

- Perubahan
Gangguan suplai darah autoregulasi
Resiko Nyeri - Oedema serebral
- Perdara infeksi
han
- hemato Iskemia
Perubahan kejang
Hipoksia perfusi jaringan

Perubahan sirkulasi Gangguan Fungsi Gangg. Neurologis - Bersihan jln


CSS otak fokal nafas
- Obstruksi jln.
Peningkatan TIK - Mual-muntah Nafas
Papilodema - Dispnea
Pandangan kabur - Henti nafas
Penurunan fungsi Defisit neurologis - Perubahan.
pendengaran
Girus medialis lobus Nyeri kepala
temporalis tergeser Tidak efektif
Kurangnya volume Gangguan jalan. Nafas
cairan Persepsi sensori

Herniasi unkus
Tonsil cerebrum tergeser Kompresi medula oblongata

Resiko injuri
Messenfalon tertekan
immobilitasi Gangguan
Integritas kulilt
Gangg. cemas
kesadaran
Kurangnya
perawatan diri

6. Penatalaksanaan Medis Cidera Kepala Sedang Wilkinson, 2012


Pedoman Resusitasi Dan Penilaian Awal
a. Menilai jalan nafas: bersihkan jalan nafas dari debris dan
muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris
dengan badan dengan memasang kolar servikal, pasang guedel bila
dapat ditolerir, jika cedera orofasial mengganggu jalan nafas, bila
pasien harus diintubasi.
b. Menilai penafasan: tentukan apakah pasien bernafas sepontan atau
tidak. Jika tidak beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien
bernafas spontan, selidiki dan atasi cedera dada berat seperti
pneumotoraks, pneumotoraks tensif, hemopneumotoraks. Pasang
oksimeter nadi, jika tersedia, dengan tujuan menjaga satutasi
oksigen minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindungi
bahkan terancam atau memperoleh oksigen yang adekuat (PaO2 >
95 mmHg dan PaCO2 < 40 mmHg serta saturasi O2 > 95 %) atau
muntah maka pasien harus diintubasi oleh ahli anestesi.
c. Menilai sirkulasi: Otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi.
Hentikan semua perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan
secara khusus adanya cedera intraabdomen atau dada. Ukur dan
catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pasang alat
pemantau dan EKG bila tersedia. Pasang alur intravena yang besar,
ambil darah vena untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum,
elektrolit, glukosa, dan analisis gas darah arteri. Berikan larutan
koloid. Sedangkan larutan kristaloid (dekstrosa atau dekstrosa
dalam salin) menimbulkan eksaserbasi edema otak pascacedera
kepala. Keadaan hipotensi, hipoksia, dan hiperkapnia
memperburuk cedera kepala.
d. Obati kejang: kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera kepala
dan harus diobati. Mula-mula berikan diazepam 10 mg intravena
perlahan-lahan dan dapat diulangi sampai 3 kali bila masih kejang.
Bila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin 15 mg/kgBB diberikan
intravena perlahan-lahan dengan kecepatan tidak melebihi 50
mg/menit.
(Purwodianto, 2013)
e. Menilai tingkat keparahan dengan menggunakan GCS
Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Scale GCS)

Harison, 2013

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji adanya obstruksi jalan antara lain suara stridor, gelisah
karena hipoksia, penggunaan otot bantu pernafasan, sianosis.
2) Breathing
Inspeksi frekuensi nafas, apakah terjadi sianosis karena luka
tembus dada, fail chest, gerakan otot pernafasan tambahan. Kaji
adanya suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing.
3) Sirkulasi
Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi,
takipnea, hipotermi,pucat, akral dingin, kapilari refill>2 detik,
penurunan produksi urin.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum.
5) Eksposure
Buka semua pakaian klien untuk melihat adanya luka.

b. Pengkajian Sekunder
1) Kepala
Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian
luar dan membrana timpani, cedera jaringan lunak periorbital.
2) Leher
Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang.
3) Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan GCS.
4) Dada
Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan
jantung, pemantauan EKG.
5) Abdomen
Kaji adanya luka tembus abdomen, pasang NGT dengan trauma
tumpul abdomen.
6) Pelvis dan ekstremitas
Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma,
memar dan cedera yang lain.
(Oktavianus, 2014)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jaringan serebral berhubungan dengan edema
serebral (respon local atau umum pada cedera, perubahan
metabolik) penurunan tekanan darah/hipoksia hipolemia disritmia
jantung.
b. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan pertukaran udara
eksipirasi dan inspirasi
c. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan
kerusakan jaringan otak dan perdarahan otak atau peningkatan
tekanan intrakranial.
d. Ketidak seimbangan Nutrisi; lebih sedikit dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake, nutrisi tidak cukup untuk metabolisme
tubuh.
e. Risiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan pada jaringan dan
peningkatan risiko masuknya organisme pathogen
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
penurunan ADH.
g. Gangguan integriatas kulit berhubungan dengan terjadinya
kerusakan jaringan kulit.
h. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot.
i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan persepsi atau
kognitif dan penurunan kekuatan/tahanan.
(Judith, 2012)
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Resiko NOC NIC
ketidakefektifa 1. Circulation status Peripheral Sensation
n perfusi 2. Tissue Prefusion: Management
jaringan otak celebral (manajemen sensasi
b.d penurunan Kriteria Hasil perifer)
ruangan untuk Mendemonstrasikan status a. Monitor adanya daerah
perfusi sirkulasi yang ditandai tertentu yang hanya
serebral, dengan peka terhadap panas/
sumbatan 1. Tekanan systole dan dingin/ tajam/ tumpul
aliran darah diastole dalam rentang b. Monitor adanya
serebral yang diharapkan paratese
2. Tidak ada ortostatik c. Instruksikan keluarga
hipertensi untuk mengobservasi
3. Tidak ada tanda-tanda kulit jika ada isi atau
peningkatan tekanan laserasi
intracranial (tidak lebih d. Gunakan sarung tangan
dari 15 mmHg) untuk proteksi
e. Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
f. Monitor kemampuan
BAB
g. Kolaborasi pemberian
analgetik
h. Monitor adanya
tromboplebitis
i. Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi
2. Ketidakefektifa NOC NIC
n bersihan 1. Respiratory status: Airway suction
jalan nafas Ventilation a. Berikan O2 dengan
2. Respiratory status: menggunakan nasal
Airway patency untuk memfasilitasi
Kriteria Hasil: suksion nasotrakeal
1. Mendemonstrasikan b. Anjurkan pasien untuk
batuk efektif dan suara istirahat dan napas
nafas yang bersih, tidak dalam setelah kateter
ada sianosis dan dikelurkan dari
dyspnea (mampu nasotrakeal
bernafas dengan c. Monitor status oksigen
mudah, tidak ada pasien
pursed lips) d. Ajarkan keluarga
2. Menunjukkan jalan bagaimana cara
nafas yang paten (klien melakukan suction
tidak merasa tercekik, Airway Management
irama nafas, frekuensi a. Keluarkan secret
pernapasan dalam dengan batuk atau
rentang normal, tidak suction
ada suara nafas b. Auskultasi suara nafas,
abnormal) catat adanya suara
3. Mampu tambahan
mengidentifikasi dan c. Berikan bronkodilator
mencegah factor yang bila perlu
dapat menghambat d. Berikan pelembab
jalan nafas. udara kassa basah NaCl
lembab
e. Monitor respirasi dan
status O2
3. Nyeri Akut NOC NIC
1. Pain level Pain management
2. Pain control a. Lakukan pengkajian
3. Comfort level nyeri secara
Kriteria hasil: komprehensif termasuk
1. Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi
nyeri, mampu kualitas dan factor
menggunakan teknik presipitasi.
nonfarmakologi untuk b. Pilih dan lakukan
mengurangi nyeri, penanganan nyeri
mencari bantuan). (farmakologi, non
2. Melaporkan bahwa farmakologi dan
nyeri berkurang dengan interpersonal).
mengunakan c. Ajarkan ternik non
menajemen nyeri. farmakologi.
3. Mampu mengenali d. Berikan analgetik
nyeri (skala, untuk mengurangi
instensitas, frekuensi, nyeri.
dan tanda nyeri). e. Kolaborasikan dengan
4. Menyatakan rasa dokter jika ada keluhan
nyaman setelah nyeri dan tindakan nyeri
berkurang. tidak berhasil.
Analgesic administration
a. Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
satu.
b. Tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya nyeri.
4. Kerusakan NOC NIC
memori 1. Tissue Perfusio Neurologi monitoring
Cerebral a. Memantau tren Gaslow
2. Acute Confusion Level Coma Scale
3. Environment b. Memonitor tanda-tanda
interpretation syndrome vital: suhu, tekanan
impaired darah, denyut nadi, dan
Kriteria Hasil pernapasan
1. Mampu untuk c. Memonitor status
melakukan proses pernapasan ABG
mental yang kompleks. tingkat, oksimetri
2. Orientasi kognitif: pulsa, kedalaman, pola,
mampu untuk tingkat, dan usaha
mengidentifikasi orang, d. Konsultasikan dengan
tempat, dan waktu rekan kerja untuk
secara akurat. mengomfirmasi data
3. Ingatan (memori): e. Mengidentifikasi pola-
mampu untuk pola yang muncul
mendapatkan kembali dalam data, sesuai
secara kognitif dan f. Meningkatkan
menyampaikan kembali frekuensi pemantauan
informasi yang neurologis, sesuai
disimpan sebelumnya. g. Hindari kegiatan yang
4. Kondisi neurologis: meningkatakan tekanan
kemampuan system intracranial
saraf perifer dan system h. Beritahu dokter dari
saraf untuk menerima, perubahan dalam
memproses dan kondisi pasien
memberi respon
terhadap stimuli
internal dan eksternal.
5. Kondisi neurologis:
kesadaran.
5. Resiko NOC NIC
kekurangan 1. Fluid balance Fluid Management
volume cairan 2. Hydration a. Pertahankan catatan
3. Nutritional Status: intake dan output yang
Food and Fluid akurat.
4. Intake b. Monitor vital sign.
Kriteri Hasil: c. Kolaborasikan
1. Mempertahankan urine pemberian cairan IV.
output sesuai dengan d. Monitor status nutrisi.
usia dan BB, BJ urine e. Berikan penggantian
normal, HT normal. nesogatrik sesuai
2. Tekanan darah, nadi, output.
suhu tubuh dalam batas f. Dorong keluarga untuk
normal membantu pasien
3. Tidak ada tanda-tanda makan.
dehidrasi g. Kolaborasi dengan
4. Elastisitas turgor kulit dokter.
baik, membrane Hypovolemia
mukosa lembab, tidak Management
ada rasa haus yang a. Monitor status cairan
berlebihan. termasuk intake dan
output cairan
b. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
c. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
d. Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan.
6. Kerusakan NOC: NIC:
integritas kulit 1. Tissue Integrity: Skin Pressure Management
berhubungan and a. Monitor kulit akan
dengan: 2. Mucous Membranes adanya kemerahan
Eksternal: 3. Wound Healing: primer b. Oleskan lotion atau
Perubahan dan sekunder minyak/baby oil pada
status cairan Setelah dilakukan tindakan derah yang tertekan
keperawatan selama….. c. Monitor aktivitas dan
kerusakan integritas kulit mobilisasi pasien
pasien teratasi dengan d. Monitor status nutrisi
kriteria hasil: pasien
1. Tidak ada luka/lesi e. Observasi luka: lokasi,
pada kulit. dimensi, kedalaman
2. Menunjukkan luka, karakteristik,
pemahaman dalam warna cairan, granulasi,
proses perbaikan kulit jaringan nekrotik, tanda
dan mencegah tanda infeksi lokal,
terjadinya sedera formasi traktus
berulang. f. Ajarkan pada keluarga
3. Mampu melindungi tentang luka dan
kulit dan perawatan luka
mempertahankan g. Kolaburasi ahli gizi
kelembaban kulit dan pemberian diae TKTP,
perawatan alami. vitamin
4. Menunjukkan h. Lakukan tehnik
terjadinya proses perawatan luka dengan
penyembuhan luka. steril
7. Risiko infeksi NOC NIC
1. Imuno status Infection control (kontrol
knowledge: infection infeksi)
control risk control. a. Pertahankan teknik
Kriteria hasil: isolasi
1. Klien bebas dari tanda b. Cuci tangan setiap
dan gejala infeksi. sebelum, sesudah
2. Mendeskripsikan tindakan keperawatan
proses penularan c. Ganti letak IV perifer
penyakit faktor yang dan line central dan
mempengaruhi serta dressing sesuai dengan
penatalaksanaannya. petunjuk umum
3. Menunjukan d. Berikan terapi
kemampuan untuk antibiotik bila perlu
mencegah timbulnya infection protection
infeksi. (proteksi terhadap
4. Jumlah leukosit dalam infeksi)
batas normal. e. Infeksi kondisi luka
/insisi bedah
f. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
9. Risiko cedera NOC NIC
1. Risk control Environment
Kriteria hasil: management
1. Klien terbebas dari (menajemen lingkungan)
cedera a. Identifikasi kebutuhan
2. Klien mampu keamanana pasien
menjelaskan sesuai dengan kondisi
cara/metode untuk fisik dan fungsi
mencegah kognitif pasien dan
injury/cedera riwayat penyakit
3. Klien mampu terdahulu pasien
menjelaskan factor b. Menghindarkan
risiko dari lingkungan yang
lingkungan /prilaku berbahaya (misalnya
personal memindahkan
4. Mampu memodifikasi perabotan)
gaya hidup untuk c. membatasi pengunjung
mencegah injury. d. menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
e. mengontrol lingkungan
dari kebisingan
f. memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
g. berikan penjelasan
kepada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
status kesehatan dan
penyebab penyakit
12. Ansietas NOC NIC
1. anxiety self-control Anxiety reduction
2. anxiety level (penurunan kecemasan)
3. coping a. gunakan pendekatan
kriteria hasil: yang menenangkan
1. klien mampu b. nyatakan dengan jelas
mengidentifikasi dan harapan terhadap
mengungkapkan gejala pelaku pasien
cemas c. jelaskan semua
2. mengidentifikasi prosedur dan apa yang
/mengungkapkan dan dirasakan selama
menunjukkan teknik prosedur
untuk mengontrol d. pahami perspektif
cemas pasien terhadap situasi
3. vital sign dalam batas stress
normal e. temani pasien untuk
4. postur tubuh, ekspresi memberikan keamanan
wajah, bahasa tubuh dan mengurangi takut
dan tingkat aktivitas f. dorong keluarga untuk
menunjukkan menemani anak
berkurangnya g. lakukan back / neck rub
kecemasan h. dengarkan dengan
penuh perhatian
i. identifikasi tingkt
kecemasan
j. bantu pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
perspsi
k. instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
l. berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Daftar Pustaka

Boswick, John A. 2013. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizaberth 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.

George Dkk. 2009. Panduan Diagnosis Dan Tata Laksana Penyakit Syaraf. EGC:
Jakarta.

Harrison. 2013. Neurogi. Tangerang: Binapura Aksara.

Morton, Patricia Gonce Dkk. 2013. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan


Holistic. Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.

Muslihah 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperwatan Klien Dengan Gangguan Sistem Saraf
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Oktavianus. 2014. Asuhan Keperawatann Pada Sistem Neurobehavior. Jakarta:


Graha Ilmu.

Purwadianto, Agus Dan Budi Sampurna. 2013. Kedaruratan Medik. Tangerang:


Binapura Aksara.

Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Sutrisno. 2013. Keperawatan Kegawat Daruratan. Jakarta: Media Aesculapins.

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku: Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai