Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK HYDROCEPHALUS

Abimanyu I

DIII KEPERAWATAN MAGELANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga proses punyusunan makalah
keperawatan anak “ asuhan keperawatan anak pada penyakit hydrocephalus”
dapat diselesaikan. Sebab sebesar apapun semangat dan keinginan seorang hamba
untuk melakukan suatu pekerjaan itu tidak akan tercapai,namun tanpa pertolongan
dan hidayah-NYA, mustahil keinginan dan cita-citanya dapat terwujud. Karena
pada hakekatnya segala daya dan upaya hanya milik-NYA.

Makalah ini kami buat sebagai materi dalam penguasaan mata kuliah
keperawatan anak. Kami ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing, dan teman-teman yang telah memberikan support dan motivasi
kepada kami, sehinga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Kami sangat sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah kami selanjutnya.

Magelang, 28 Juni 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan2
BAB II PEMBAHASAN3

A. Pengertian Hydrocephalus3
B. Jenis Hydrocephalus3
C. Etiologi4
D. Patofisiologi................................................................................................6
E. Tanda dan Gejala........................................................................................6
F. Manisfestasi Klinik.....................................................................................6
G. Komplikasi..................................................................................................7
H. Pathway.......................................................................................................8
I. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................8
J. Penatalaksanaan..........................................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................11

A. Pengkajian..................................................................................................11
B. Diagnosa.....................................................................................................14
C. Perencanaan................................................................................................14
D. Implementasi..............................................................................................14
E. Evaluasi......................................................................................................17

BAB IV PENUTUP...........……………………………………………................16

A. Kesimpulan..................................................................................................18
B. Saran.............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hydrocephalus adalah suatu penyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada
sefal atau kepala yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal
(CSS) dengan atau karena tekanan intrakranial yang meningkat sehingga
terjadi pelebaran ruang tempat mengalirnya cairan serebrospinal (CSS)
(Ngastiah). Bila masalah ini tidak segera diatasi dapat mengakibatkan
kematian dan dapat menurunkan angka kelahiran di suatu wilayah atau
negara tertentu sehingga pertumbuhan populasi di suatu daerah menjadi
kecil. Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah penderita
hydrocephalus dibeberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura
pada anak 0-9 thn : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 thn: 15 %, di Indonesia
berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Indonesia terdapat 3 %.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hydrcephalus?
2. Apa saja jenis hydrocephalus?
3. Bagaimana etiologi dari hydrocephalus?
4. Bagaimana patofisiologi hydrocephalus?
5. Bagaimana tanda dan gejala hydrocephalus?
6. Bagaimana manisfestasi klinik hydrocephalus?
7. Bagaimana komplikasi hydrocephalus?
8. Bagaimana pathway hidrocephalus?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik hydrocephalus?
10. Bagaimana penatalaksanaan hydrocephalus?
11. Bagaimana asuhan keperawatan hydrocephalus?

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan sehingga mahasiswa mampu melaksanakan asuhan
keeperawatan neonatus dengan kasus hydrocephalus.
2. Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa memahami definisi dari hydrcephalus?
2. Agar mahasiswa memahami jenis hydrocephalus?
3. Agar mahasiswa memahami etiologi dari hydrocephalus?
4. Agar mahasiswa memahami patofisiologi hydrocephalus?
5. Agar mahasiswa memahami tanda dan gejala hydrocephalus?
6. Agar mahasiswa memahami manisfestasi klinik hydrocephalus?
7. Agar mahasiswa memahami komplikasi hydrocephalus?
8. Agar mahasiswa memahami pathway hydrocephalus?
9. Agar mahasiswa memahami pemeriksaan diagnostik
hydrocephalus?
10. Agar mahasiswa memahami penatalaksanaan hydrocephalus?
11. Agar mahasiswa memahami asuhan keperawatan hydrocephalus?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam
ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan
Yuliani, 2001).
Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah
dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah, 2005).
Hydrocephalus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan intrakranial yang disebabkan karena adanya penumpukan
cerebrospinal fluid didalam ventrikel otak (Sharon & Terry: 1993; 292).
B. Jenis Hydrocephalus
1. Waktu pembentukan
a. Hydrocephalus Congenital, yaitu hydrocephalus yang dialami sejak
dalam kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan.
b. Hydrocephalus Akuisita, yaitu hidrocephalus yang terjadi setelah
bayi dilahirkan atau terjadi karena faktor lain seperti bayi
dilahirkan (Harsono, 2006).
2. Proses Terbentuknya Hydrocephalus
a. Hydrocephalus Akut, yaitu hydrocephalus yang terjadi secara
mendadak yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan
Serebrospinal).
b. Hydrocephalus Kronik, yaitu hydrocephalus yang terjadi setelah
cairan CSS mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,
2007).
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi dimana hydrocephalus dimana CSS
masih bisa keluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat.

3
b. Non Communiting, yaitu kondisi hydrocephalus dimana sumbatan
aliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang
menghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).
4. Proses penyakit
a. Acqiured, yaitu hydrocephalus yang disebabkan oleh infeksi yang
mengenai otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput
pembungkus otak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabakan oleh stroke atau
cedera traumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan
jaringan otak atau athrophy (Anonim, 2003).
C. Etiologi
1. Sebab-sebab Prenatal
Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas
terjadinya hydrosephalus kongenital yang timbul in-utero ataupun
setelah lahir. Sebab-sebab ini mencakup malformasi (anomali
perkembangan sporadis), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian
besar pasien banyak yang etiologi tidak dapat diketahiu dan untuk ini
distilahkan sebagai hydrocephalus idiopatik.
2. Sebab-sebab Postnatal
a. Lesi masa menyebakan peningkatan resistensi aliran liquor
serebrospinal dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.
Tumor lain yang menyebabkan hydrocephalus adalah tumor di
daerah mesencephalon. Kista arachnoid dan kista neuroepitalial
merupakan lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan liquor
berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti
prematur, cedera kepala, ruptura malformasi vaskuler.
c. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hydrocephalus
akibat fibrosis leptomeningeal. Hydrocephalus yang terjadi
biasanya multi okulasi, hal ini disebabkan karena keikutsertaan
adannya kerusakan jaringan otak.

4
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan anatomis
dan fungsional.
Penyebab penyumbatan aliran CSS (cairan serebrospinal) yang
sering terdapat pada bayi adalah
1. Kelainan bawaan
a. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari
akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata
dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi
foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.
b. Kista Arachnoid
c. Anamoli pembuluh darah
2. Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak)
sehingga obliterasi ruang subarakhnoid, misalnya meningitis.
3. Pendarahan
4. Neoplasma
Terjadinya hydrocephalus disini dikarenakan oleh obstruksi
yang dapat terjadi setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara
lain:
a. Tumor ventikel kiri
b. Tumorfosa posterior
c. Pailoma pleksus khoroideus
d. Leukimia, limfoma.
5. Degeneratif
Histositosis incontentia dan penyakit krabbe.
6. Gangguan Vaskuler
a. Dilatasi sinus dural
b. Thrombosis sinus venosus

5
D. Patofisiologi
Hydrocephalus terjadi karena ada gangguan absorbsi CSF dalam
subarachnid (comunicating hydrocephalus) dan atau adanya obstruksi
dalam ventrikel yang mencegah CSF masuk ke rongga subarachnoid
karena infeksi, neoplasma, pendarahan, atau kelainanan bentuk
perkembangan otak janin (noncomunicating hydrocephalus).
Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi
ventrikel dan penekanan organ-organ yang terdapat dalam otak
E. Tanda dan Gejala
Kepala bayi berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol,
lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang
karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior-
posterior diatas proporsi ukuran wajah dan badan bayi. Puncak orbital
tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang yang tidak biasanya. Tampak adanya distensi
vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Uji radiologis terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan
sutura yang terpisah-pisah dan pelebaran vontanela. Ventilkulogram
menunjukkan pembesaran pada sistem ventrikel. CT scan dapat
menggambarkan sistem ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adanya
massa pada ruangan Occuptional.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses
ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus
menyebabakan atrofi optik, spasme ekstremitas, malnutrisi dan kematian,
jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
F. Manisfestasi Klinik
a. Pada bayi
 Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun
 Keterlambatan penutupan fontela anterior, sehingga fontela
menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tenggorokan
 Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial

6
1) Muntah
2) Gelisah
3) Menangis dengan suara tinggi
4) Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi,
peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil.
5) Peningkatan tonus otot ekstremitas.
 Tanda-tanda fisik lainnya
1) Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-
pembuluh darah terlihat jelas.
2) Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat
seolah-olah di atas iris.
3) Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”.
4) Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
b. Anak yang telah menutup suturanya
Tanda-tanda peningkatan tekanan itrakanial
1) Nyeri kepala
2) Muntah
3) Lathargi, lelah, apatis, perubuhan personalitas
4) Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak
berumur 10 tahun
5) Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan parifer
6) Perubahan pupil.
G. Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi : septikemia, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis,
ventrikulis, abses otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
5. Hematomi subdural, peritonitis, perforasi organ dalam rongga
abdomen, fistula, hernia dan ileus.
6. Kematian.

7
H. Pathway

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hydrocephalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala,
adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus
klionidalis posterior.
b. Hydrocephalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah
menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya
gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

8
2. Transimulasi
Syarat transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi
selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi
dengan rubber adaptor. Pada hydrocephalus, lebar halo dari tepi sinar
akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran Kepala
Diagnosis hydrocephalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart
(jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada
anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh
karena hydrocephalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional.
Tetapi jika hidrocephalus telah ada sebelum penutupan suturan
kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontela telah menutup untuk memasukkan kontras lubang dengan bor
pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat
sulit dan mempunyai resiko tinggi.
5. Ultrasanografi
Dilakukan melalui fontela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar.
6. CT Scan Kepala
Pada hydrocephalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi diatas
ventikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.
Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas
oleh karena terjadi reabsorbsi transependimal dari CSS.

9
Pada hydrocephalus komunikan gambaran CT Scan menunjukkan
dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang
subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI ( Magnetik Resonance Image)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan
menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk bayangan
struktur tubuh.
J. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi hydrocephalus, menangani
komplikasi, mengatasi efek hydrocephalus atau gangguan perkembangan.
Penatalaksanaan terdiri dari:
 Non pembedahan : pemberian acetazolamide dan isosorbide atau
furosemid mengurangi produksi cairan serebrospinal
 Pembedahan : pengangkatan penyebab obstruksi misalnya
neoplasma, kista atau hematom; pemasangan shunt yang bertujuan
untuk mengalirkan cairan serebrospinal yang berlebihan dari
ventrikel ke ruang ekstra kranial, misalnya ke rongga peritoneum,
atrim kanan, dan rongga pleural.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat penyakit/keluhan utama : muntah, gelisah, nyeri kepala,
lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontraksi
penglihatan perifer.
c. Riwayat penyakit dahulu
a) Antrenatal : perdarahan ketika hamil
b) Natal : perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
c) Postnatal : infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari.
f. Pola kesehatan fungsional
Menurut Gordon ada 11 pola pengkajian :
1. Pola penatalaksanaan kesehatan-persepsi kesehatan
Awam penanganan atau pelaksanaan, kurang pengetahuan
2. Pola nutrisi metabolik
Kemampuan makan kurang, bayi mengalami kesulitan makan,
mual, muntah, dan malas makan.
3. Pola eliminasi
Biasanya pada anak hidrosefalus mengalami oliguria
(pengeluaran output urine < 1ml/kg/jam pada bayi)
4. Pola aktivitas latihan fisik
Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstremitas, butuh
bantuan.

11
5. Pola tidur istirahat
Dapat terganggu karena mengalami sakit kepala dan nyeri
kepala.
6. Pola kognitif-perceptual
Mengeluh nyeri pada kepala yaitu ditandai dengan bayi sering
menangis.
7. Pola konsep diri-persepsi diri
8. Pola hubungan-peran
Peran keluarga dan sosial khusunya hubungan orang tua dan
anak tidak terganggu.
9. Pola reproduksi seksualitas
Tidak ada masalah potensial dengan reproduksi.
10. Pola toleransi stress koping
Bingung, cemas, khawatir dan takut.
11. Pola keyakinan nilai
Tidak ada gangguan nilai tujuan atau keyakinan yang
mempengaruhi keputusan dan tindakan yang terkait kesehatan.
2. Observasi tanda-tanda vital
a. Peningkatan sistole tekanan darah
b. Penurunan nadi
c. Peningkatan frekuensi pernapasan
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut nursalam(2005) meliputi inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to
toe) .
a) Kepala
Kepala membesar, fonatel anterior menonjol, vena pada kulit
kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, pada
pemeriksaan perkusi (pengetukan kepala dengan jari) terdapat
bunyi Cracked-Pot (tanda macewe) yaitu seperti suara kaca retak.

12
b) Mata
Adanya Setting Sun Appearance / Sign, yaitu adanya retraksi dari
kelopak mata dan sklera mata menonjol keluar karena adnya
penekanan ke depan bawah dari isi ruang orbita, serta gangguan
gerak bola mata ke atas, sehingga bola mata nampak seperti
matahari terbenam. Penglihatan ganda, strabismus (juling), tidak
dapat keatas “sunset eyes”.
c) Sistem pernafasan
Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi pernafasan.
d) Muskuluskeletal
Opistotonus dan spatik pada ekstremitas bawah pada bayi dengan
malformasi Arnold-Chairi.

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Lingkar kepala pada masa bayi
b. Transluminasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan
serebrospinal yang abnormal
c. Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan “suara khas”
d. Opthalmascopi menunjukkan papil edema
e. CT Scan
f. Foto kepala menunjukkan pelebaran pada fontalen dan sutura serta
erosi tulang intracranial
g. Ventriculografi (jarang dipakai) : hal-hal yang abnormal dapat
terlihat di dalam sistem ventrikuler atau subaraknoid.
5. Perkembangan mental/psikis
a. Tingkat perkembangan
b. Mekanisme koping
c. Pengalaman di rawat di Rumah sakit
6. Pengetahuan klien dan keluarga
a. Hydrocephalus dan rencana pengobatan
b. Tingkat pengetahuan

13
B. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan
intrakranial
2. Risiko injury berhubungan dengan pemasangan shunt
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan adanya tindakan
untuk mengurangi tekanan intrakranial, meningkatnya tekanan
intrakranial
4. Risiko infeksi berhubungan dengan efek pemasangan shunt
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi yang
mengancam kehidupan anak
6. Antisipasi berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan
anak
C. Perencanaan
1. Anak akan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda komplikasi dan
perfusi jaringan serebral adekuat
2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda terpasangnya shunt dengan tepat
3. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda injury
4. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
5. Orang tua akan menerima anak dan akan mencari bantuan untuk
mengatasi rasa berduka
6. Orang tua akan menerima anak dan akan mencari bantuan untuk
mengatasi rasa berduka
D. Implementasi
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan
intrakranial.

14
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan adanya tindakan
untuk mengurangi tekanan intrakranial, meningkatnya tekanan
intrakranial.
Tujuan : mencegah komplikasi
Intervensi :
1) Mengukur lingkar kepala
2) Memonitor kondisi fontanel
3) Mengatur posisi anak miring ke arah yang tidak dilakukan
tindakan operasi
4) Menjaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk
menghindari pengurangan tekanan intrakanial yang tiba-tiba
5) Mengobservasi dan menilai fungsi neurologis setiap 15 menit
hingga tanda-tanda vital stabil
6) Melaporkan segera setiap perubahan tingkah laku (misalnya :
mudah terstimulasi, menurunnya tingkat kesadaran) atau
perubahan tanda-tanda vital ( meningkatnya tekanan darah,
denyut nadi perlahan)
7) Menilai keadaan balutan terhadap adannya pendarahan dan
dearah sekitar operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan
pembengkakan setiap 15 menit hingga tanda vital stabil,
selanjutnya setiap 2 jam
8) Mengganti posisi setiap 2 jam dan jika perlu gunakan matras
yang berisi udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama
pada daerah tertentu.
2. Risiko injury berhubungan dengan pemasangan shunt.
Risiko infeksi berhubungan dengan efek pemasangan shunt.
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi dan injury
Intervensi :
1) Melaporkan segera jika terjadi tanda vital (meningkatnya
temperatur tubuh) atau tingkah laku (mudah terstimulasi,
menurunnya tingkat kesadaran) segera.

15
2) Memonitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda-
tanda kemerahan atau pembengkakan
3) Pertahankan terpasangnya kondisi shunt tetap baik. Jika
kandisi shunt yang tidak baik, maka segera untuk
berkolaborasi untuk pengangkatan atau penggantian shunt
4) Lakukan pemijitan pada selang shunt untuk menghindari
sumbatan pada awalnya.
3. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi yang
mengancam kehidupan anak
Antisipasi berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan
anak.
Tujuan : membantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak dan
dapat berpartisipasi.
Intervensi :
1) Memberikan kesempatan pada orang tua / atau anggota
keluarga untuk mengekspresikan perasaan
2) Menghindari dalam memberikan pernyataan yang negatif
3) Menunjukkan tingkah laku yang menerima keadaan anak
(menggendong, berbicara, dan memberikan kenyamanan
pada anak)
4) Memberikan dorongan pada orang tua untuk membantu
perawatan anak, ijinkan orang tua melakukan perawatan
pada anak dengan optimal
5) Menjelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang
dilakukan
6) Memberikan dukungan pada tingkah laku orang tua yang
positif
7) Mendiskusikan tingkah laku orang tua yang menunjukkan
adanya frustasi.

16
E. Evaluasi
1. Tidak adanya komplikasi
2. Tidak adanya infeksi atau injury

3. Orang tua dapat menerima keadaan anaknya dan dapat berpartisipasi


dalam kesembuhan anaknya

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam
ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi
dan Yuliani, 2001).
Hydrocephalus terjadi karena ada gangguan absorbsi CSF dalam
subarachnid (comunicating hydrocephalus) dan atau adanya obstruksi
dalam ventrikel yang mencegah CSF masuk ke rongga subarachnoid
karena infeksi, neoplasma, pendarahan, atau kelainanan bentuk
perkembangan otak janin (noncomunicating hydrocephalus).
Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi
ventrikel dan penekanan organ-organ yang terdapat dalam otak.
Berdasarkan letak obstruksinya CSF hydrocephalus pada bayi dan
anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
a. Hydrocephalus komunikan
b. Hydrocephalus non-komunikan

Insiden hypocephalus pada anak-anak belum dapat ditentukan


secara pasti dan kemungkinan hal ini terpengaruh situasi penanganan
kesehatan pada masing-masing rumah sakit.

B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi
pembaca maupun penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
butuhkan, karena penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh
dari kata sempurna dan kami mengharapkan kritik dan saran itu dari
pembaca untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak II. Jakarta :

Salemba Medika.

Lynda Juall Carpenito. 2000. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).

Jakarta : Salemba Medika.

Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Fajar interpratama.

19

Anda mungkin juga menyukai