OLEH : KELOMPOK 3
KELAS : B13 B
2
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada angka kejadian
penyakit jantung bawaan (Patent Ductus Arteriosus):
a. Faktor prenatal
1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
2) Ibu alkoholisme
3) Usia ibu lebih dari 40 tahun
4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin
5) Ibu meminum obat – obatan penenang atau jamu
b. Faktor genetik
1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
2) Ayah/Ibu menderita penyakit jantung bawaan
3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down
4) Lahir dengan kelainan bawaan lain
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan pembuluh
darah Nasional Harapan Kita, 2008 : 109)
3
pembalikan shunt sehingga darah kotor ini memasuki sirkulasi sistemik dan
menimbulkan sianosis.
a. Mekanisme Sirkulasi Darah Janin Dalam sistem peredaran darah janin tidak
hanya melibatkan pembuluh darah saja tetapi juga melibatkan organ tubuh
janin di antaranya sebagai berikut :
1) Plasenta Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan yang kotor.
2) Umbilikalis Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke
plasenta.
3) Hati Terdapatnya percabangan antara vena porta dengan duktus venosus
arantii.
4) Jantung Terdapatnya foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari
atrium dekstra ke atrium sinistra.
5) Paru-paru Terdapatnya duktus arteriosus bothalli. Mekanisme sirkulasi darah
janin/ Peredaran darah janin digambarkan langsung sebagai berikut : Mula-
mula darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta
masuk ke janin melalui vena umbilikus yang bercabang dua setelah
memasuki dinding perut yaitu :
a) Cabang yang kecil bersatu dengan vena aorta, darahnya beredar
dalam hati dan kemudian diangkut melalui vena hepatika ke vena
cava inferior.
b) Cabang satunya lagi duktus venosus arantii yang langsung masuk ke
dalam vena cava inferior. Darah dari vena cava inferior masuk ke
atrium kanan dan sebagian besar darah dari atrium kanan akan
dialirkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Sebagian kecil darah
dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan bersama-sama dengan
darah yang berasal dari vena cava superior.
c) Darah dari ventrikel kanan ini dipompakan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis, karena adanya tahanan dari paru-paru yang belum
mengembang maka darah yang terdapat pada arteri pulmonalis
sebagian akan dialirkan ke aorta melalui duktus arteriosus bothalli
dan sebagian kecil akan menuju paru-paru dan selanjutnya ke atrium
sinistra melaui vena pulmonalis. Sementara itu darah yang terdapat
pada atrium kiri kemudian dialirkan ke ventrikel kiri dan diteruskan
4
ke seluruh tubuh melaui aorta guna memberikan oksigen dan nutrisi
bagi tubuh bawah. Cabang aorta bagian bawah ini menjadi 2 (dua)
arteri hipograstika interna yang mempunyai cabang arteri umbilikalis.
Darah yang miskin nutrisi dan banyak karbondioksida serta sisa
metabolisme akan dikembalikan ke plasenta melalui arteri umbilikalis
ke plasenta melalui arteri umbilikalis untuk diteruskan ke ibu.
b. Mekanisme Sirkulasi Darah Pada Bayi Baru Lahir. Setelah janin dilahirkan,
bayi menghisap udara dan menangis kuat, hal ini menyebabkan paru-parunya
berkembang, tekanan dalam paru-paru mengecil dan darah akan terisap ke
dalam paru-paru, dengan demikian duktus arteosus botali tidak berfungsi dan
karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat maka foramen ovale akan
tertutup dan menjadi tidak berfungsi lagi. Ketika tali pusat dipotong dan diikat,
arteri umbilikalis dan duktus venosus arantii akan mengalami obiliterasi,
dengan demikian setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh
udara yang dihisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan
yang dicerna dengan sistem pencernaan sendiri. Perubahan sirkulasi pasca
lahir :
a) Tahanan vascular paru menurun dan tahanan sistemik meningkat
sehingga aliran darah ke paru meningkat. Ketika bayi menangis untuk
pertama kalinya akan mengakibatkan paru-paru berkembang, hal itu
akan mengakibatkan tahanan vaskular paru berkurang dengan cepat
tapi tidak segera diikuti penurunan tekanan arteri pulmonalis.
Penurunan tekanan arteri pulmonalis disebabkan perubahan pada
dinding arteiol paru.
b) Tahanan sistemik meningkat Tekanan darah sistemik tdk segera
meningkat tapi berangsur-angsur bahkan bisa terjadi penurunan
tekanan darah dulu dalam 24 jam pertama. Pengaruh hipoksi di sini
tidak bermakna.
c) Penutupan Duktus arteosus Penutupan anatomis dimulai segera
setelah lahir tapi penutupan sempurna . sebagian besar bayi baru
terjadi setelah beberapa bulan, .pada sebagian kecil sampai umur satu
tahun. Secara fungsional DA kiri dan kanan masih dilewati darah
sampai beberapa jam bahkan beberapa hari. Pada hipoksia, pirau
kanan ke kiri bertambah. DA persisten sering terjadi pada keadaan
5
yang menyebabkan hipoksia seperti sindrom gangguan pernafasan,
prematuritas dan bayi lahir di dataran tinggi.
d) Penutupan Foramen ovale Tidak menutup secara fungsinal pada jam-
jam pertama setelah lahir. Pirau kanan ke kiri masih dapat terjadi pada
50% bayi yang menangis sampai usia 8 hari paska lahir. Meski
foramen ovale masih paten sampai usia sampai usia 5 tahun (50%)
dan masih tetap terbuka pada umur lebih dari 25 tahun (25%) tetapi
FO tidak berfungsi lagi setelah satu minggu. Bila FO menutup
sebelum janin lahir akan menyebabkan kardiomegali in utero yang
bisa menyebabkan gagal jantung kanan.
e) Penutupan Duktus venosus Bila semua perubahan fisiologis
berlangsung normal maka sirkulasi ekstra uterin yang terjadi akan
berlangsung normal yaitu darah dari paru menuju ke atrium kiri lalu
ke ventrikel kiri selanjutnya menuju aorta ke seluruh tubuh kemudian
darah dari perifer melalui vena kava superior dan inferior menuju
atrium kanan, ventrikel kanan dan melalui arteri pulmonalis masuk
lagi ke dalam paru.
f) Pada sirkulasi fetal (paru belum berfungsi) aliran darah dari vena
umbilikalis menuju ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis
kemudian melalui duktus ke aorta. Bila pada sat lahir masih terbuka,
terjadi aliran darah yang terbalik dengan sirkulasi fetal, yaitu dari
ventrikel kiri ke aorta melalui duktus ke arteri pulmonalis (shunt dari
kiri ke kanan melalui duktus). Aliran dalam duktus terjadi pada saat
sistole dan diastol maka terdengar bising kontinyu. Adanya aliran
darah dari aorta ke duktus mempunyai sifat seperti insufisiensi katup
aorta yaitu menyebabkan ventrikel kiri harus bekerja lebih kuat dan
tekanan diastolik rendah dan terjadi nadi dengan amplitudo besar,
pada kapiler tampak denyutan (Waterhammer pulse).
6
4. Pathway Patent Ductus Arteriosus
Ibu terinfeksi rubella, alkoholism, usia saat hamil > Penyakit jantung bawaan dr ortu, kelainan
40 th, DM, mengkonsumsi obat2 penenang/ jamu kromosom (sindrom down)
Percampuran darah yg
Kelainan ductus arteriosus Merangsang pelepasan
teroksigenasi dg darah yg
hormon erythropoetin
blm teroksigenasi (Sindrome
Eisenmenger)
Aliran darah ke Darah dr Aorta melalui PDA
sirkulasi sistemik (bertekanan )
Eritrosit (polisitemia)
O2 dlm darah
Stimulasi s.s simpatis Shunting / pirau kanan ke
Shunting / pirau kiri ke ke sirkulasi
HR kiri (dr a.pulmonalis ke Distensi kapiler perifer
kanan (dr aorta ke sistemik
aorta)
a.pulmonalis)
Kompensasi O2
Kerja ventrikel kiri dg napas cepat Clubbing finger
Perfusi O2 ke sel
Murmur sistolik
Aliran darah arteri
pulmonalis (bertekanan)
Thromboplebitis
Tekanan paru > Aorta Sianosis sentral Takipnea
Hipertropi ventrikel
kiri
Aliran darah ke paru
(hipertensi pulmonal) Beban ventrikel kanan Perfusi
Perifer Sesak napas
Tidak Efektif Pola Nafas
(0009) Tidak Efektif
Aliran darah ke atrium kiri
Hipertropi ventrikel kanan (0005)
melalui katup mitral Sulit minum dan makan
Respirasi anaerob
Gang.
Seolah2 stenosis Kelelahan Pmbentukan energi Tumbuh BB dan TB
Kembang
(0106)
Murmur mid diastolik
7
Intoleransi Defisit Nutrisi
Aktivitas ( (0019)
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kowalak, dkk (2011), beberapa pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan pada pasien PDA, antara lain :
a. Foto thorax
Pemeriksaan foto thorax atau rontgen dada dilakukan untuk melihat
kondisi paru-paru dan jantung bayi. Gambaran foto toraks PDA
tergantung besar kecilnya PDA yang terjadi.
1) Bila PDA kecil sekali, gambaran jantung dan pembuluh darah
paru normal
2) Bila PDA cukup besar, maka gambaran radiologinya :
a) Aorta descedens dan arkus tampak normal atau membesar sedikit
dan nampak menonjol pada proyeksi PA
b) A. pulmonalis tampak menonjol lebar di samping aorta
c) Pembuluh darah paru dan hilus nampak melebar, karena volume
darah yang bertambah
d) Pembesaran atrium kiri
e) Pembesaran ventrikel kanan dan kiri.
9
Pada orang dewasa, gambaran radiologi ini tampak jelas, tetapi pada anak-
anak tidak khas dan sulit dinilai, karena biasanya jantung anak-anak
masilh berbentuk bulat. Pelebaran pembuluh darah paru untuk sebagian
radiografi PA tidak nampak karena tertutup oleh jantung, terutama di
bagian sentral
b. Ekhokardiografi
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara, guna menghasilkan
gambaran jantung dengan detil. Melalui ekokardiografi, dokter akan
memeriksa kemampuan jantung dalam memompa darah, dan melihat
apakah terjadi pembesaran pada bilik jantung. Ekokardiografi juga bisa
membantu dokter mendeteksi kelainan lain pada jantung, seperti kelainan
katup jantung.
c. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi kelainan jantung atau gangguan
irama jantung, dari hasil perekaman aktivitas elektrik jantung. Hasil EKG
bervariasi sesuai tingkat keparahan, PDA kecil tidak ada abnormalitas,
hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
d. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna
e. Kateterisasi jantung
Akan mengungkapkan tekanan normal atau meningkatkan dalam ventrikel
kanan dan arteri pulmonalis. Adanya darah yang telah di oksigenisasi
dalam arteri pulmonalis memastikan adanya pintasan kiri ke kanan, seperti
juga dengan kurva hidrogen dan pengenceran indikator. Contoh- contoh
darah yang diambil dari ke dua vena cava, atrium kanan dan ventrikel
kanan memperlihatkan kandungan oksigen yang sebanding. Dengan
insufisiensi katup pulmonal mungkin dijumpai peningkatan kandungan
oksigen dalam darah ventrikel kanan. Kateter tersebut akan melewati
duktus dan masuk ke dalam aorta desendens. Penyuntikan bahan kontras
ke dalam aorta asenden memperlihatkan opasitas arteri pulmonalis berasal
dari aorta dan dapat mengenali duktus.
10
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Mulyadi, M D, Bambang M. (2012), penatalaksanaan medis
dengan PDA antara lain :
a. Pembedahan untuk ligasi duktus jika penatalaksanaan medis tidak
bisa mengendalikan gagal jantung (bayi dengan PDA Asimptomatik
tidak memerlukan penanganan segera. Apabila gejala ringan, ligasi
PDA dengan pembedahan biasanya baru dilakukan setelah usia 1
tahun)
b. Untuk kasus PDA pada bayi prematur, dokter akan
memberi indomethacin (inhibitor prostaglandin). Obat ini dapat
membantu menyempitkan otot dan menutup bukaan ductus
arteriosus.
c. Terapi profilaksis dengan antibiotik untuk melindungi bayi dari
endokaditis infeksiosa
d. Penangganan gagal jantung melalui pembatasan cairan, pemeberian
diuretic dan digoksin.
e. Terapi lain termasuk kateterisasi jantung, untuk menaruh sumbat
atau umbrella (benda seperti payung) dalam ductus arteriosus yang
akan menghentikan pemintasan.
11
Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak
dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar
15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang
menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
3) Keluhan Utama
Pada pasien dengan PDA akan mengalami keluhan seperti lelah dan
sesak nafas
4) Riwayat Penyakit
Kaji apakah dalam keluarga ada yang memiliki penyakit yang sama
sebelumnya, karena penyakit PDA biasanya berawal dari genetik yang
diturunkan oleh keluarga.
5) Riwayat Anak
a) Perawatan Masa Kandungan
Kaji bagaimana selama perawatan anak dalam kandungan, apakah
ibu pasien mengalami beberapa penyakit yang akan berpengaruh
pada kehamilannya atau tidak, kaji mengenai masalah apa saja
yang dialami ibu saat hamil.
b) Perawatan Waktu Kelahiran
Kaji bagaimana perawatan yang diberikan oleh keluarga pasien
saat pasien dilahirkan
d) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Umumnya pada anak PDA akan rentan mengalami gangguan
nafas karena suplai oksigen tidak seimbang
2) Makan dan minum
Pada anak dengan PDA akan sering mengalami penurunan berat
badan dikarenakan anak cepat lelah dan tidak mau makan dan
terkadang makanan yang masuk tidak dapat diserap nutrisinya
dengan baik
3) Eliminasi BAB/BAK
Biasanya anak akan mengalami beberapa masalah pencernaan
karena asupan nutrisi yang kurang
12
4) Aktifitas
Anak dengan PDA akan rentan mengalami kelelahan sehingga
akan sulit dan enggan melakukan aktivitas
5) Rekreasi
Pada pengkajian rekreasi, anak biasanya sulit bermain karna cepat
lelah
6) Istirahat dan tidur
Umumnya anak dengan PDA jarang mengalami gangguan
istrihatat tidur
7) Kebersihan diri
8) Pengaturan suhu tubuh
9) Rasa nyaman
10) Rasa Aman
11) Belajar
12) Prestasi
13) Hubungan sosial anak
14) Melaksanakan ibadah
e) Pengawasan Kesehatan
f) Penyakit Yang Pernah Diderita
Kaji apakah sebelumnya anak menderita penyakit lain yang berdampak
pada penyakit bawaan yang sekarang
g) Kesehatan Lingkungan
h) Perkembangan Anak
i) Pemeriksaan Fisik
Pada anak dengan PDA akan rentan mengalami perubahan kondisi fisik,
seperti gelisah, menangis,penurunan kesadaran, penggunan otot bantu
nafas, serta adanya kebiruan saat anak menangis
j) Pemeriksaan Penunjang
k) Hasil Observasi
13
2. Diagnosa Keperawatan
a. (0056) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah
baring, imobilitas, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
b. (0009) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
hiperglikemia, penurunan konsentrasi hemoglobin, peningkatan
tekanan darah, kekurangan volume cairan, penurunan aliran arteri
dan/atau vena, kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat,
kurang terpapar informasi tentang proses penyakit, kurang aktivitas
fisik.
c. (0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan, ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan
metabolism, faktor ekonomi, faktor psikologis
d. (0106) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik, keterbatasan lingkungan, inkonsistensi respon,
pengabaian, terpisah dari orang tua dan/atau orang terdekat, defisiensi
stimulus
e. (0005) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernafasan, hambatan upaya nafas, deformitas dinding dada,
deformitas tulang dada, gangguan neuro muskular, gangguan
neurologis, imaturitas neurologis, obesitas, posisi tubuh menghambat
ekspansi paru, sindrom hipoventilasi, kerusakan inervasi diafragma,
cedera pada medula spinalis, efek agen farmakologis, kecemasan.
14
3. Intervensi Keperawatan
16
Kolaborasi :
1. Untuk
mengidentifik
asi asupan
serta gizi yang
seimbang.
17
membaik g udara udara
6. Akral Terapeutik Terapeutik
membaik 1. Pertahank 1. Menjaga
7. Turgor an prinsip kebersihan
kulit aseptik dan tetap steril
membaik 2. Pertahank 2. Memberikan
an posisi keamanan dan
bayi kenyaman
terlentang pasien
bilas Edukasi
kateter 1. Memberikan
dengan informasi
cairan kepada ibu
heparin untuk tetap
Edukasi menjaga dan
1. Ajarkan merawat
ibu cara selang
merawat umbilical
selang 2. Untuk
umbilical mencegah
2. Anjurkan iritasi dan
ibu infeksi pada
memperta tali pusar
hankan
area
umbilical
tetap
kering dan
bersih
3 (0019)Defis Setelah Manajemen Manajemen nutrisi
it Nutrisi dilakukan nutrisi Observasi :
intervensi Observasi : 1. Mengetahui
keperawatan 1. Identifikasi kekurangan nutrisi
18
selama .. x .. jam status nutrisi klien
maka status 2. Identifikasi 2. A g a r dapat
19
sehingga
menimbulkan
selera yang
berkaitan dengan
cita rasa.
3. Untuk mecegah
konstipasi dan
menjaga
kesehatan
pencernaan.
4. Memenuhi
kebutuhan
energy dan
protein yang
meningkat,
mencegah dan
mengurangi
kerusakan
jaringan tubuh
dan menambah
berat badan
hingga mencapai
berat badan
normal
Edukasi :
1. Untuk
mencapai
atau menjaga
berat badan
yang
terkontrol.
2. Menganjurka
20
n posisi yang
nyaman
Kolaborasi :
1. Membantu
dalam
membuat
rencana diet
untuk
memenuhi
kebutuhan
individual.
21
social bersifat 2. Mengurangi
meningkat gentle dan rasa nyeri
4. Kontak tidak ragu- yang
mata ragu dirasakan
maningkat 2. Minimalkan pasien,
5. Regresif nyeri meningkatkan
menurun 3. Minimalkan kualitas hidup
6. Pola tidur kebisingan 3. Membuat
membaik ruangan lingkungan
4. Pertahankan yang nyaman
lingkungan bagi pasien
yang 4. Menciptakan
mendukung lingkungan
perkembang senyaman
an optimal mungkin
5. Motivasi untuk
anak menambah
berinteraksi dan
dengan anak mendukung
lain perkembangan
6. Sediakan optimal
aktivitas 5. Melatih anak
yang berinteraksi
memotivasi dan
anak bersosialisasi
berinteraksi 6. Melatih serta
dengan anak memotivasi
lain anak
7. Dukung berinteraksi
anak dengan anak
mengekspre lain
sikan diri 7. Memberikan
22
melalui pujian atau
penghargaa penghargaan
n untuk lebih
positif/umpa dapat
n balik atas mengekspresi
usahanya kan diri atas
8. Pertahankan usahanya
kenyamanan 8. Agar anak
anak lebih nyaman
9. Fasilitasi 9. Untuk
anak memotifasi
melatih anak lebih
ketrampilan mandiri dalam
pemenuhan melakukan
kebutuhan katifitasnya
secara sendiri
mandiri Edukasi
(mis. 1. Agar orang
Makan, tua atau
sikat gigi, pengasuh
cuci tangan, lebih
memakai memahami
baju) tentang
Edukasi milestone atau
1. Jelaskan serangakaian
orang tua masa tumbuh
dan atau kembang yang
pengasuh sangat penting
tentang bagi anak.
milestone 2. Membangun
perkembang komunikasi
an anak dan dengan anak
23
perilaku agar lebih
anak dekat
2. Anjurkan 3. Sikap asertif
orang tua akan membuat
berinteraksi seseorang
dengan mampu
anaknya mencapai win-
3. Ajarkan win solution
anak teknik saat anak
asertif menghadapi
Kolaborasi masalah
1. Rujuk dengan
untuk temannya
konseling,
jika perlu
24
kat wheezing, ronkhi kering
2. Tekanan ronkhi 3. Menentukan
inspirasi kering) jumlah, warna,
meningk 3. Monitor aroma dari
at spuntum spuntum.
3. Dispnea (jumalah, Terapeutik
menurun warna, 1. Untuk
4. Menggu aroma) menjamin
nakan Terapeutik jalan
otot 1. Pertahank masuknya
bantu an udara ke paru
napas kepatenan secara normal
menurun jalan sehingga
5. Frekuens napas menjamin
i napas dengan kecukupan
membaik head-tilt oksigenase
6. Kedalam dan chin- tubuh.
an dada tilt 2. Memberikan
membaik 2. Posisikan kenyamana
7. Ekskursi semi- dan keamanan
dada Fowler pasien
menurun atau 3. Memperlancar
Fowler sirkulasi pada
3. Berikan pembuluh
minuman darah,
hangat membuat otot-
4. Lakukan otot tubuh
fisioterapi menjadi rileks.
dada, jika 4. Membantu
perlu membersihkan
5. Lakukan secret dan
penghisap bonkus,
25
an lendir mencegah
kurang penumpukan
dari 15 secret, serta
detik dapat bernapas
6. Lakukan dengan bebas
hiperoksig dan tubuh
enasi mendapatkan
sebelum oksigen yang
penghisap cukup
an 5. Memberishkan
endotrake jalan napas
al dan memenuhi
Edukasi kebutuhan
1. Anjurkan oksigenasi
asupan 6. Mempertahan
cairan kan saturasi
2000 oksigen
ml/hari, setaleh
jika tidak dilakukan
kontraindi suction
kasi dengan cara
2. Ajarkan pemberian
Teknik oksigenasi
batuk konsentrasi
efektif tinggi
Kolaborasi bertujuan
1. Kolaboras menghindari
i hipoksemi
pemberian akibat suction
bronkodila Edukasi
tor, 1. Meningkatkan
ekspektora masuk cairan
26
n, Minmal 2000
mukolitik, ml/hari
jika perlu 2. Melatih otot-
otot
pernafasan
agar dapat
melakukan
fungsi dengan
baik
Kolaborasi
1. Meredakan
gejala
penyakit
obstritif paru
kronis
27
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas
perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan
bukann merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.
Evaluasi keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan
setiap diagnosis keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua
tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu
evaluasi respons (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain,
bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau
hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan
evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah
intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah
SOAP. S (Subjective) yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O
(Objective) yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga, A
(Analisys) yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P (Planning) yaitu
rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis (Dinarti,
Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN By. J DENGAN PATENT
DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
DI RUANG DURIAN
RSUD KLUNGKUNG
PADA TANGGAL 2 OKTOBER 2020
A. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Pasien :
a. Nama : By. J
b. Anak yang ke : Kedua
a. Tanggal lahir/usia : Selat, 30-06- 2020/ 3 bulan 2 hari
c. Jenis kelamin : Laki - laki
d. Agama : Hindu
2. Orang Tua:
a. Ayah
1) Nama : Tn. C (ayah kandung)
2) Usia : 40 tahun
3) Pekerjaan : Pegawai swasta
4) Pendidikan : Diploma III
5) Agama : Hindu
6) Alamat : Selat, Klungkung
b. Ibu
1) Nama : Ny. D (Ibu kandung)
2) Usia : 39 tahun
3) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4) Pendidikan : Sarjana
5) Agama : Hindu
6) Alamat : Selat, Klungkung
29
B. Genogram
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Kawin
= Hubungan dengan keluarga
= Tinggal satu rumah
= Pasien yang diidentifikasi
= Perempuan meninggal
Deskripsi genogram :
An. J usia 3 bulan 2 hari merupakan anak ketiga dari
pasangan Tn. C yang usianya 40 tahun anak ketiga dari empat
bersaudara dan Ny. D berusia 39 tahun anak kedua dari tiga
bersaudara. By. Jtinggal bersama kedua orang tuanya dan
saudaranya. Keluarga By. J tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan mereka tinggal bersama di Jl. Raya Besakih, No 9x
Klungkung
30
C. Alasan Dirawat
1. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak nafas batuk – batuk dan rewel
sejak tiga hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit
Ibu pasien mengatakan anaknya kurang lebih tiga hari sebelum
masuk rumah sakit pasien batuk – batuk, sesak nafas, nafsu makan
yaitu minum ASI dan susu formula berkurang dan mempunyai
riwayat penyakit jantung bawaan sejak lahir, pasien sebelumnya
dibawa ke puskesmas oleh keluarganya dan sempat dirawat inap
selama satu hari, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit karena
Puskesmas tidak lengkap untuk pengobatan jantung.
D. Riwayat Anak (0-6 Tahun)
1. Perawatan dalam masa kandungan
a. Dilakukan pemeriksaan kehamilan/tidak : Ya
b. Berapa kali : Satu kali
c. Kapan : Setiap bulan
d. Tempat di : Bidan
e. Kesan pemeriksaan tentang kehamilan : Normal
f. Obat-obat yang telah diminum : Vitamin (As. Folat, Kalsium)
g. Imunisasi : Lengkap
h. Pemeriksaan lain : Tidak ada
i. Penyakit yang diderita ibu : Tidak ada
j. Penyakit dalam keluarga : Tidak ada
2. Perawatan pada waktu kelahiran
Umur kehamilan 37 minggu dilahirkan di klinik bidan
a. Ditolong oleh: Bidan
b. Berlangsungnya kelahiran (biasa/susah/dengan tindakan): caesar
c. Lamanya proses persalinan: 3 jam
d. Keadaan bayi setelah lahir:
BB lahir :2,4 kg
31
PBL : 44 cm
LK/LD : 35,1 cm/32 cm
E. Kebutuhan Bio-Psiko, Sosial, Spiritual dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Bernapas
Pasien mengalami sesak nafas dengan suara napas ronkhi pola
nafas abnormal (bradipnea).
2. Makan dan Minum
Keadaan sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya minum ASI setiap
dua jam sekali dan bila mengatuk serta diselingi minum susu
formal jika ditinggal pergi.
Keadaan saat sakit:
Ibu pasien mengatakan pasien nafsu makan menurun, minum ASI
setiap dua jam sekali hanya sebentar dan tidak mau diberikan susu
formula
3. Eleminasi BAB/BAK
Ibu pasien mengatakan, pasien BAB satu kali sehari.
4. Aktivitas
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya tidak rewel dan
lebih banyak tidur ketika habis minum ASI. Setelah sakit ibu
pasien mengatakan anaknya rewel dan sudah ditidurkan.
5. Rekreasi
Ibu pasien mengatakan, tidak pernah mengajak anaknya keluar
rumah karena masih kecil.
6. Istirahat tidur
Ibu pasien mengatakan pasien akan tertidur sehabis minum ASI
pada siang maupun malam hari, pasien tidur malam pukul 08.00
WITA dan terbangun sebentar untuk minum ASI kemudian tertidur
lagi dan bangun pagi pukul 07.00 WITA. Tetapi semenjak sakit ibu
pasien mengatakan pasien sering terbangun dimalam hari dan
susah untuk tidur kembali.
7. Kebersihan diri
32
Ibu pasien mengatakan pasien mandi dua kali sehari pagi dan sore
hari.
8. Pengaturan Suhu tubuh
Suhu tubuh pasien normal S : 37,4 0C
9. Rasa nyaman
Ibu pasien mengatakan pasien rewel karena sesak nafas
10. Rasa aman
Pasien menangis ketika dilakukan pemeriksaan oleh tenaga
kesehatan.
11. Belajar
Ibu pasien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena
masih bayi.
12. Prestasi
Ibu pasien mengatakan pasien terkadang menoleh ketika diberikan
rangsangan
13. Hubungan Interaksi sosial
Hubungan sosial pasien dengan orang tuanya sangat baik, dan
pasien paling sering dengan ibunya.
14. Melaksanakan Ibadah
Pasien belum mampu melakukan ibadah karena masih bayi.
A. Pengawasan Kesehatan
Bila sehat diawasi di tidak/ya : Ya di puskemas/dokter
Bila sakit minta pertolongan kepada : Puskesmas
Kunjungan ke posyandu : Ibu megatakan anaknya rajin ia ajak ke
posyandu
Pengawasan anak dirumah : Ibu mengatakan anaknya selalu diawasi
Imunisasi (1-5 tahun)
No Jenis Waktu Frekuensi Reaksi setelah Tempat
. imunisasi pemberian (kali) pemberian pemberian
1. BCG Usia 2 bulan 1 - Puskesmas
Usia 2 bulan,
DPT
2. 4 bulan, 1 - Puskesmas
(I,II,III)
6 bulan
33
Lahir, usia 2
Polio
3. bulan, 4 bulan, 1 - Puskesmas
(I,II,III,IV)
dan 6 bulan
4. Campak Usia 9 bulan - - Puskesmas
Lahir,
usia 2 bulan,
5. Hepatitis 1 - Puskesmas
4 bulan, dan 6
bulan
C. Kesehatan Lingkungan
Ibu mengatakan lingkungan disekitar rumahnya sehat dan nampak bersih
serta jauh dari polusi karena rumah pasien jauh dari jalan raya.
D. Perkembangan Anak (0-6 Tahun)
(Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial)
Pada saat ini An. D berusia 3 bulan 2 hari sehingga KPSP yang digunakan
yaitu KPSP pada anak usia 3 bulan.
34
Kesimpulan hasil KPSP By. J yaitu terdapat 5 jawaban ”Ya” sehingga
perkembangan anak sesuai dengan tahap kemungkinan ada
35
penyimpangan (P) maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasa,
gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
E. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan umum
Kebersihan : Anak tampak bersih
Pergerakan : Lemah
Penampilan/postur/bentuk tubuh : Tegak
Status gizi: Baik
2. Warna kulit : Sawo matang
3. Suara waktu menangis : Keras dan pendek
4. Tonus otot : 5/5/4/4
5. Turgor kulit : Menurun
6. Udema : Ada pada tungkai
7. Kepala : Bentuk mesochepal, penyebaran rambut
tidak merata, wajar afek datar
8. Mata : bentuk mata normal, pergerakan mata
normal, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak iketrik.
9. Hidung : Bentuk normal, secret tidak ada, gerakan
cuping hidung ada, kelainan tidak ada.
10. Telinga : Bentuk normal, keadaan bersih,
pendengaran normal, serumen tidak ada, kelainan tidak ada.
11. Mulut : Mulut bersih, mukosa bibir pucat
12. Leher : Bentuk normal, pembesaran kelenjar
tyroid tidak ada.
13. Paru - Paru :
Inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri simetris, terdapat
retraksi, betuk pigeon chest, otot bantu napas saat inspirasi
Perkusi : Sonor
Palpasi : Fremitus vocal raba kanan dan kiri sulit dievaluasi
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi
14. Jantung :
36
Inspeksi : Icterus Cordis tidak Nampak, hipertropi ventrikel kiri,
sianosis
Palpasi : Icterus Cordis tidak teraba, thrill di apex
Perkusi : Batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I – II intensitas normal, regular, terdapat
bising sistolik di grade III/VI para mediana II linea para steralis
sinistra
15. Persyarafan : Otot muka tegang dan menagis
16. Abdomen : Bentuk simetris
17. Ekstremitas :
Atas : terpasang infus pada ekstremitas kanan, ADL terbatas, tidak
edema, tidak ada laserasi.
Bawah : ada edema, tidak ada varises
18. Genetalia : Kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan
tidak ada.
19. Anus : Bentuk normal, kebersihan cukup,
haemoroid tidak ada.
20. Antropometri (ukuran pertumbuhan)
1. BB = 5,5 kg
2. TB = 57 cm
3. Lingkar kepala = 43cm
4. Lingkar dada = 50cm
5. Lingkar lengan = 13 cm
21. Gejala cardinal:
a. Suhu : 37,4oC
b. Nadi : 115 x / menit
c. Respirasi : 42 x / menit
d. Tekanan darah : 110/76 mmHg
F. Pemeriksaan Penunjang dan Therapi
1. Pemeriksaan Laboratorium, tanggal 2 Oktober 2020
No Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1 Hemoglobin 11,2 g/dl L: 14-17, P: 12-16 g/dl
2 Leukosit 11,7 103/µL 5,5-17,0 /µL
37
3 Hematokrit 33 % 35-43 %
4 Albumin 3,2 g/dl 3,8 – 5,4 g/dl
3. Therapy :
1. Nasal Kanul + O2 2 L/menit
2. Pemasangan NGT
3. Injeksi Ampicilin (IV)
4. Injeksi chloramfenikol (IV)
5. Furosemide
6. Asam folat
7. Vitamin A kapsul merah
8. Digoxin
9. Aldactone
10. Nebulizer NaCl 0.9% 5 cc + atrovent 1 tetes/8 jam
G. Hasil Observasi
1. Interaksi anak dengan orang tua : Sangat baik
2. Bentuk/arah komunikasi : Terjadi 1 arah
3. Ambivalensi/kontradiksi perilaku : Tidak terdapat kontraindikasi pada
perilaku anak
4. Rasa aman anak : Anak terlihat aman digendong ibunya
I. ANALISA DATA
38
TGL/JAM DATA FOKUS INTERPRETASI/PENYEBA MASALAH
B
Penyakit jantung bawaan dari
orang tua, kelainan kromosom
2 Oktober 2020 Ds :- Ibu pasien mengatakan Pola Napas
(sindrom down)
anaknya sesak nafas batuk – batuk Tidak Efektif
Jam 15:00
dan rewel sejak tiga hari yang lalu.
Faktor genetik
i. Dispnea
Percampuran darah yg
teroksigenasi dg darah yg blm
teroksigenasi (Sindrome
Eisenmenger)
39
cepat Tumbuh
Kembang
Takipnea
Pola Napas
Tidak Efktif
2 Oktober 2020 Ds : ibu pasien mengatakan anaknya Penyakit jantung bawaan dari
menjadi rewel dan susah ditidurkan orang tua, kelainan kromosom
Jam : 15:00
setelah sakit. (sindrom down)
Do : pasien tampak lesu, nafsu
makan menurun, tidak mampu
Faktor genetik
melakukan keterampilan atau prilaku
khas sesuai usia, pola tdur tergangu.
S : 37,40C Pencampuran darah yang
teroksigenas dengan darah
N : 115 x/menit
yang belum teroksigenasi
Respirasi : 42 x/menit (Sindrome Eisenmenger)
Takipnea
40
Sesak napas
BB dan TB menurun
Gangguan
Tumbuh
Kembang
41
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
44
8. Anjurkan n secret,
asupan serta dapat
cairan bernapas
2000 dengan
ml/hari, bebas dan
jika tidak tubuh
kontraind mendapatk
ikasi an oksigen
9. Ajarkan yang cukup
Teknik 5. Memberish
batuk kan jalan
efektif napas dan
Kolaborasi memenuhi
kebutuhan
1.Kolaborasi
oksigenasi
pemberian
6. Mempertah
bronkodilator,
ankan
ekspektoran,
saturasi
mukolitik,jika
oksigen
perlu
setaleh
dilakukan
suction
dengan
cara
pemberian
oksigenasi
konsentrasi
tinggi
bertujuan
menghinda
ri
hipoksemi
45
akibat
suction
Edukasi
1. Meningka
tkan
masuk
cairan
Minmal
2000
ml/hari
2. Melatih
otot-otot
pernafasa
n agar
dapat
melakuka
n fungsi
dengan
baik
Kolaborasi
1 Meredakan
gejala penyakit
obstritif paru
kronis
46
2 2/10/ Gangguan selama 3x24jam Perawatan Perkem
tumbuh diharapkan status Perkem bangan
2020
kembang
perkembangan membaik. bangan Observasi
berhubungan
dengan efek Observasi
Kriteria hasil: 1. Mengetahu
ketidakmamp
uan fisik 1. Indetifikasi i sejauh
1. Keterampila/prila
dibuktikan pencapaian mana
ku sesuai usia
dengan tidak tugas pencapaian
mampu meningkat
melakukan perkemban tugas
2. Kemampuan
keterampilan gan anak perkemban
melakukan
atau perilaku 2. Indentifika gan pada
khas sesuai perawatan diri
si isyarat anak
usia, nafsu meningkat
makan perilaku 2. Mengetahu
3. Respon social
menurun, dan fisilogi i isyarat
lesu, pola meningkat
yang prilaku dan
tidur 4. Kontak mata
terganggu ditunjukka fisiologi
maningkat
n bayi. yang
5. Regresif menurun
Terapeutik ditunjukka
6. Pola tidur
n bayi
membaik 1. Berikan
Terapeutik
sentuhan
yang 1. Memberika
bersifat n rasa
gentle dan tenang dan
tidak ragu- membangu
ragu n
2. Minimalka komunikasi
n nyeri 2. Mengurang
3. Minimalka i rasa nyeri
n yang
kebisingan dirasakan
ruangan pasien,
4. Pertahan meningkat
47
kan kan
lingkung kualitas
an yang hidup
menduku 3. Membuat
ng lingkungan
perkemb yang
angan nyaman bagi
optimal pasien
5. Motivasi 4. Menciptakan
anak lingkungan
berintera senyaman
ksi mungkin
dengan untuk
anak lain menambah
6. Sediakan dan
aktivitas mendukung
yang perkembang
memotiv an optimal
asi anak 5. Melatih anak
berintera berinteraksi
ksi dan
dengan bersosialisas
anak lain i
7. Dukung 6. Melatih serta
anak memotivasi
mengeks anak
presikan berinteraksi
diri dengan anak
melalui lain
pengharg 7. Memberikan
aan pujian atau
positif/u penghargaan
48
mpan untuk lebih
balik dapat
atas mengekspres
usahanya ikan diri atas
8. Pertahan usahanya
kan 8. Agar anak
kenyama lebih
nan anak nyaman
9. Fasilitasi 9. Untuk
anak memotifasi
melatih anak lebih
ketrampi mandiri
lan dalam
pemenuh melakukan
an katifitasnya
kebutuha sendiri
n secara Edukasi
mandiri
1. Agar orang
(mis.
tua atau
Makan,
pengasuh
sikat
lebih
gigi, cuci
memahami
tangan,
tentang
memakai
milestone
baju)
atau
Edukasi
serangakai
1. Jelaskan
an masa
orang tua
tumbuh
dan atau
kembang
pengasuh
yang
tentang
sangat
milestone
penting
49
perkemba bagi anak.
ngan 2. Membangu
anak dan n
perilaku komunikasi
anak dengan
2. Anjurkan anak agar
orang tua lebih dekat
berintera 1.
ksi
dengan
anaknya
3. Ajarkan
anak
teknik
asertif
Kolaborasi
1. Rujuk untuk
konseling, jika
perlu
50
IV. IMPLEMENTASI
Mengidentifikasi pencapaian
2 15.05 DS : Ibu pasien
tugas perkembangan anak
mengatakan anaknya
masih belum mampu
menggerakkan kepalanya
kekanan dan kekiri,
belum mampu merespon
senyum ibunya, belum
mampu mengangkat
kepalanya dengan tegak
saat tengkurap, dan belum
mampu tertawa saat
digelitik atau diraba
DO : Pasien tampak
lemah, setelah diobservasi
dengan kpsp terdapat 5
jawaban tidak sesuai
penjelasan ibu pasien
51
tambahan ronchi (+)
DS : Ibu pasien
1 15.20 Memberikan posisi semi-
mengatakan anaknya
fowler pada pasien
merasa lebih baik saat
bernapas ketika posisi
setengah duduk
DO : pernafasan pasien
tampak lebih baik dari
sebelumnya saat posisi
tidur
1 15.25
Memberi anjuran kepada DS : Ibu pasien
orangtua pasien untuk mengatakan paham
memberikan minuman hangat dengan anjuran perawat
kepada pasien dan akan menyiapkan
ASI yang hangat untuk
anaknya
DO : pasien tampak
meminum ASIyg hangat
dalam dot ±30 ml
52
menangis saat digendong
ibunya
DS : Ibu klien
2 16.00 Meminimalkan kebisingan
mengatakan anaknya
ruangan
tenang saat tertidur dan
ruangan terasa nyaman
DO : Pasien tampak
tertidur tenang, ruangan
tampak sepi karena
pengunjung dibatasi
53
1 18.00 Melakukan kolaborasi DS : ibu pasien
pemberian bronkodilator , mengatakan setuju
melakukan nebulizer NaCL dengan tindakan yang
0.9% 4 cc + ventolin 0,8ml akan diberikan kepada
pasien yaitu memberi uap
yang sudah ada obat di
dalamnya untuk
mengurangi sesak nafas
pada pasien
DO : pasien tampak
gelisah dan menangis saat
dilakukan tindakan
nebulizer, SaO2=99%,
RR= 38x/menit,
N=112x/mnt
DS : Ibu pasien
2 18.30 Menganjurkan orang tua agar
mengatakan sulit
berinteraksi dengan anaknya
berinteraksi karena
anaknya lebih banyak
tidur
DO : Pasien tampak lebih
sering tidur saat dirumah
sakit
DS : Ibu pasien
2 3 1 02.00 Melakukan kolaborasi
mengatakan anaknya
pemberian bronkodilator ,
/10/ masih sesak
melakukan nebulizer NaCL
2020
0.9% 4 cc + ventolin 0,8ml DO : pasien tampak
gelisah dan menangis saat
dilakukan tindakan
nebulizer, SaO2=98%,
RR= 41 x/menit,
N=110x/mnt
54
DS : Ibu pasien
1 06.00 Memonitor pola nafas pasien mengatakan anaknya
masih sesak
DO : RR=40x/mnt, SaO2
= 99%, retraksi dada (+)
Pasien tampak gelisah
DS : Ibu Klien
Mengidentifikasi pencapaian mengatakan anaknya
2 09.00
tugas perkembangan anak sudah mulai mampu
menggerakkan kepalanya
secara pelan-pelan dan
sudah mulai tersenyum
saat ibunya tersenyum
DO : Klien tampak
menggerakkan kepalanya
kekiri dan kekanan,
pasien nampak tersenyum
saat melihat ibunya
DS : ibu pasien
1 10.00 Melakukan kolaborasi
mengatakan anaknya
pemberian bronkodilator ,
masih sesak
melakukan nebulizer NaCL
0.9% 4 cc + ventolin 0,8ml DO : pasien tampak
tertidur tetapi sedikit
merengek saat dilakukan
tindakan nebulizer,
SaO2=99%, RR=
38x/menit, N=109x/mnt
DS : Ibu Klien
Meminimalkan kebisingan
2 12.00 mengatakan anaknya baru
ruangan
saja tertidur
DO : Klien tampak
tertidur tenang, ruangan
tampak sepi
55
2 14.00 Mengidentifikasi isyarat DS : Ibu pasien
perilaku dan fisiologis yang mengatakan anaknya
ditunjukkan bayi lebih banyak tertidur, ibu
pasien mengatakan
anaknya akan menangis
saat lapar atau tidak
nyaman
DO : Pasien tampak
sedang digendong ibunya
sambil diberi ASI
56
tidak berbau
57
1 20.00 Memonitor pola napas DS : Ibu pasien
mengatakan sesak
anaknya sudah berkurang
DO : SaO2=98%, RR=40
x/mnt, N= 108x/mnt,
retraksi dada (+),
pernafasan cuping hidung
(-), KU tenang, Batuk (+)
dyspnea (+)
58
2 14.00 Menganjurkan orang tua agar DS : Ibu pasien
berinteraksi dengan anaknya mengatakan anaknya
sudah mulai bisa diajak
berinteraksi
DO : Pasien tampak
mulai melihat ibunya saat
dipanggil
DS : Ibu Klien
Mempertahankan lingkungan
2 15.00 mengatakan akan selalu
yang mendukung
menjaga lingkungannya
perkembangan optimal
supaya anaknya merasa
nyaman
DO : Pasien tampak tidur
di bed rumah sakit
DS : Ibu klien
2 16.00 Menjelaskan kepada orang
mengatakan akan
tua tentang milestone
berusaha terus untuk
perkembangan anak dan
membantu perkembangan
perilaku anak
anaknya
DO : Pasien tampak
menangis
59
suara nafas tambahan
ronhii kering (+)
DS : Ibu pasien
2 17.00 Mempertahankan
mengatakan akan
kenyamanan anak
berusaha selalu menjaga
kenyamanan anaknya
DO : Pasien tampak
nyaman digendong
ibunya
DS : Ibu pasien
1 18.00 Memonitor pola nafas pasien mengatakan sesak anak
sudah berkurang, batuk
berkurang
DO : KU stabil, retraksi
dada (-), penapasa cuping
hidung (-), dyspnea (-),
RR=34x/menit,
SaO2=98%, Batuk (+)
60
2 18.30 Mengidentifikasi isyarat DS : Ibu pasien
perilaku dan fisiologis yang mengatakan anaknya
ditunjukkan bayi lebih banyak tidur
DO : Pasien tampak
sedang tidur
DS : ibu pasien
1 22.00 Melakukan kolaborasi
mengatakan sesak
pemberian bronkodilator ,
anaknya sudah berkurang
melakukan nebulizer NaCL
0.9% 4 cc + ventolin 0,8ml DO : pasien tampak
menangis saat dilakukan
tindakan nebulizer,
SaO2=99%, RR=
31x/menit, N=103x/mnt
61
2 09.00 Mengidentifikasi pencapaian DS : Ibu pasien
tugas perkembangan anak mengatakan saat ini
anaknya sudah mampu
menggerakkan kepalanya
kekanan dan kekiri secara
pelan-pelan, sudah
mampu tersenyum dan
tertawa kecil saat digelitik
ibunya, pasien juga
dikatakan sudah mampu
mengangkat kepalanya
sedikit saat tengkurap
DO : Pasien tampak
mulai menggerakkan
kepalanya kekanan dan
kekiri mengikuti gerakan
tangan ibunya, pasien
tampak tersenyum dan
tertawa kecil saat digelitik
ibunya, pasien sudah
dapat mengangkat kepala
saat tengkurap secara
perlahan
DS : Ibu pasien
Memonitor sputum pasien
1 10.30 mengatakan anaknya
(jumlah, warna, aroma)
batuknya sudah
berkurang, tidak sesak
lagi
DO : tampak secret yang
keluar sudah sedikit dari
mulut pasien , warna
putih, tidak berbau
62
2 11.00 Meminimalkan kebisingan DS : Ibu pasien
ruangan mengatakan akan
menjaga ruangan tetap
tenang
DO : Pasien tampak
tertidur
DS : Ibu pasien
2 13.00 Menjelaskan kepada orang
mengatakan akan
tua tentang milestone
memantau terus mengenai
perkembangan anak dan
pertumbuhan dan
perilaku anak
perkembangan anaknya
63
DO : Ibu pasien tampak
paham dan kooperatif
1 14.30
Memonitor pola napas pasien DS : Ibu pasien
mengatakan anaknya
sudah tidak sesak dan
batuk
DO : pasien tampak
sudah tidak memakai
selang O2, dyspnea (-),
retraksi dada (-),
RR=30x/mnt, SpO2=99%
64
V. EVALUASI
Tgl/Jam No Evaluasi Hasil TTD
Dx
5 Oktober 2020 1 S : Ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak sesak dan batuk
15.00 WITA O : KU pasien stabil, pasien tampak tenang, retraksi dada tidak
ada, dyspnea (-), ronchii tidak ada, batuk (-), secret (-)
SaO2=99% tanpa memakai selang O2, RR = 30 x/ mnt
A : Tujuan tercapai , Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
Berikan KIE kepada ibu pasien untuk selalu memantau
pernapasan anaknya, apabila di rumah pasien tiba-tiba sesak
cepat-cepat periksakan ke pelayanan kesehatan terdekat untuk
mendapat pertolongan pertama.
65
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Agus. (2020). Jurnal Kesehatan dan Kedokteran 1 (2), 37-4. Diakses pad
hari Jumat, 2 Oktober 2020 Pukul 15.27 WITA dari :
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/kesdok
Irwan, Adi & Wiwin, Ni Wayan. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien Persistent Ductus Arteriosus di Ruang Pediatric Intensive Care Unit
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015. Diakses pada hari
Jumat, 2 Oktober 2020 Pukul : 15.15 WITA dari : http://dspace.umkt.ac.id
Kowalak, Welsh, & Mayer. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mulyadi, M D, Bambang M. 2012. Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Sari
Pediatri
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta Selatan:
Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, S. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
Suriadi, Rita Yuliani. (2004). Asuhan Keperawatan pada Anak. CV. Sagung Seto,
Jakarta.
66