Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di
rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Jantung merupakan bagian terpenting pada tubuh manusia. Jantung adalah pusat dari
tubuh manusia yang mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh manusia. Jantung
mempunyai empat ruang yaitu, atrium kanan dan atrium kiri serta ventrikel kanan dan
ventrikel kiri.
Jantung yang merupakan pusat dari tubuh manusia, maka dari itu jantung
harus sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tetapi juga terdapat pula berbagai
macam penyakit yang dapat mempengaruhi fungsi jantung. Banyak kelainan atau
penyakit yang dapat mempengaruhi fungsi jantung. Hal ini dapat mempengaruhi
fungsi utama jantung.
Salah satu kelainan pada jantung yaitu kejadian asistol dimana keadaan
jantung berhenti mendadak. Yang biasanya ditandai dengan garis lurus pada layar
monitor. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa penyebab hingga menyebabkan
suatu keadaan asistol. Dalam hal ini perlu dilakukan suatu tindakan cepat agar tidak
fatal akibatnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Asystole adalah garis mendatar yang melintang pada layar monitor EKG.
Asystole adalah suatu keadaan dimana tidak ada aktivitas listrik. Secara klinis, pasien
dalam keadaan tidak sadar, apnea dan tanpa nadi. Asystole dan VF (Ventricular
fibrillation) sulit dibedakan tanpa pembacaan telemetri. Walaupun begitu,
pengobatannya sangat berbeda. Klinisi selalu memverifikasi ritme ini pada lead
kedua. Pada pemeriksaan EKG, menunjukkan tidak ada HR, ritme, gelombang P,
interval PR, lebar GRS maupun gelombang ST-T.
Asistol merupakan keadaan pada saat jantung berhenti berkontraksi. Keadaan
ini merupakan puncak dari perjalanan henti jantung. Pada VT, VF dan PEA jantung
masih dapat bergerak walaupun tidak dapat memompa darah, tetapi pada asistol
jantung benar-benar berhenti total. Penyebab keadaan ini adalah sama dengan
penyebab henti jantung lainya.
Asystole adalah garis mendatar yang melintang pada layar monitor EKG.
Asystole adalah suatu keadaan dimana tidak ada aktivitas listrik. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan asystole, diantaranya kekurangan metabolik yang berat, gagal
nafas akut, dan kerusakan miokardium yang luas atau rupturnya aneurisma
ventrikular. Dan juga ada penyebab lain yang dapat menyebabkan asistol. Adapun
tanda-tanda klinis dari asystole adalah pasien tidak sadar, dengan tidak terdeteksi nadi
dan napas. Atau sering disebut dengan cardiac arrest. Dan ada pula tanda-tanda
lainnya penyebab dari asistole.
Asistol adalah keadaan dimana tidak terdapatnya depolarisasi ventrikel
sehingga jantung tidak memiliki cardiac output. Asistol dapat dibagi menjadi 2 yaitu
asistol primer (ketika sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi ventrikel)
dan asistol sekunder (ketika sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi
seluruh bagian jantung). Asistol primer dapat disebabkan iskemia atau degenerasi
(sklerosis) dari nodus sinoatrial (Nodus SA) atau sistem konduksi atrioventrikular
(AV system) (Caggiano, 2009).
2.2 Etiologi
Banyak faktor yang dapat menyebabkan asystole, diantaranya kekurangan
metabolik  yang berat, gagal nafas akut, dan kerusakan miokardium yang luas atau
rupturnya aneurisma ventrikular. Selain itu juga asystole disebabkan karena adanya:
Trauma, sidosis, hipoksia, keracunan, hipotermia, hipoglisemia, obat dosis tinggi,
cardiac tamponade, hiper/hipokalemia, tension pneumotoraks, myocardial infarction
akibat thrombosis, pulmonary embolisma akibat dari thrombosis.
1. Akhir dari kehidupan (kematian).
2. Iskemia/hipoksia dari banyak penyebab.
3. Gagal nafas akut (tidak ada oksigen, epnea, asfiksia).
4. Kejut listrik tingkat tinggi (kematian karena listrik, tersambar petir).
5. Dapat menunjukkan “pinsan jantung” segera setelah defibrilasi (pemberian kejut
yang mengeliminasi VF), sebelum dimulainya irama spontan.

2.3 Patofisiologi
Asistol dapat menyebabkan anemia sel sabit atau sickle cell anemia (SCA).
Asistol adalah keadaan dimana tidak terdapatnya depolarisasi ventrikel sehingga
jantung tidak  memiliki cardiac output. Asistol dapat dibagi menjadi 2 yaitu asistol
primer (ketika sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi ventrikel) dan
asistol sekunder (ketika sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi seluruh
bagian jantung). Asistol primer dapat disebabkan iskemia atau degenerasi (sklerosis)
dari nodus sinoatrial (Nodus SA) atau sistem konduksi atrioventrikular (AV system)
(Baggiano, 2009).
2.4 Tanda dan gejala
Tanda-tanda klinis dari asystole adalah pasien tidak sadar, dengan tidak
terdeteksi nadi dan napas. Atau sering disebut dengan cardiac arrest. Secara awam
akan dikatakan orang tersebut adalah mengalami kematian. Tapi secara medis orang
tersebut bila dipasang monitor jantung akan terlihat iramanya. Keadaan ini ditandai
dengan tidak terdapatnya aktivitas listrik pada jantung, dan pada monitor irama yang
terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini tindakan yang harus segera
diambil adalah CPR.
Asistol atau leih tepat asistol ventrikel secara klinis ditampilkan sebagai suatu
“garis datar”; secara virtual tidak ada kriteria penentu.
1. Kecepatan: tidak terlihat adanya aktivitas ventrikel atau ≤ 6 komplek per menit; apa
yang dinamakan “ asistol gemlombang P” terjadi dengan hanya terdapat impuls
atrium (gelombang P).
2. Irama: tidak terlihat adanya aktivitas ventrikel atau ≤ 6 komplek QRS per menit.
3. PR: tidak dapat ditetapkan; terkadang terlihat adanya gelombang P, tetapi
berdasarkan definisinya gelombang R harus tidak tampak.
4. Komplek QRS: tidak terlihat defleksi yang konsisten dengan suatu komplek QRS.
Gambar 2.4. EKG pada Asistol

I. Fokus Keperawatan menurut Gordon

1. Fokus pengkajian
a. Aktivitas
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal
olahraga tidak teratur.
Tanda : Takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas.

b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat IMA sebelumnya penyakit arteri koroner GJK, masalah TD, DM.
Tanda :
1) TD : dapat normal atau naik atau turun, perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk atau berdiri.
2) Nadi : dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengiriman kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
3) Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra : S3/S4 mungkin menunjukkan gagal jantung
atau penurunan kontraktibilitas atau komplain ventrikel
4) Murmur : bila ada menunjukkan gagal katub atau disfungsi otot papilar
5) Friksi : dicurigai perikarditis
6) Irama jantung : dapat teratur atau tidak teratur
7) Edema : distensi vena juguler, edema dependen atau perifer, edema umum krekels
mungkin dapat gagal jantung atau ventrikel.
8) Warna : pucat atau sianosis atau kulit abu-abu, kuku datar pada membran mukosa.

c. Integritas ego
Gejala :
1) Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi
2) Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
3) Marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu
4) Kuatir tentang keluarga, kerja, keuangan
Tanda :
1) Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
2) Gelisah, marah, perilaku menyerang
3) Fokus pada diri sendiri atau nyeri
d. Eliminasi
Tanda : Normal atau bunyi usus menurun.

e. Makanan atau cairan


Gejala : Mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda :
1) Penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat
2) Muntah
3) Penurunan berat badan

f. Neurosensori
Gejala : Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat)
Tanda : Perubahan mental, kelemahan
2.5 Prosedur diagnostik
a. Elektrokardiogram
b. Echokardiogram
2.6 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan asistol meliputi RJP, intubasi, adrenalin dan atropin. Juga
dilakukan pemberian atropin yang diberikan secara rutin pada asistol jika pemberian
adrenalin tidak berhasil.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : .....................
Umur : .....................
Suku / Bangsa : .....................
Agama : .....................
Pendidikan : .....................
Alamat : .....................
b. Penanggung Jawab Biaya
Nama : ...................
Alamat : .....................

2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien dengan gangguan asistol yaitu Gagal nafas
akut (tidak ada oksigen, epnea, asfiksia) dan tidak sadar karena tidak terdapatnya
depolarisasi ventrikel sehingga jantung tidak memiliki cardiac output.
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien tidak sadar karena tidak terdapatnya depolarisasi ventrikel sehingga jantung
tidak memiliki cardiac output.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien asistol dengan riwayat penyakit iskemia atau degenerasi (sklerosis) dari nodus
sinoatrial (Nodus SA) atau sistem konduksi atrioventrikular (AV system).
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dengan riwayat penyakit jantung bawaan
4. Pengkajian : Pola Gordon , NANDA
Pengkajian pola Gordon
1. Fokus pengkajian
a. Aktivitas
Gejala : Tidak sadar
Tanda : Hipoksia, nadi tidak teraba
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit iskemia atau degenerasi (sklerosis) dari nodus sinoatrial
(Nodus SA)
Tanda : tidak ditemukan gambar irama EKG, pucat atau sianosis atau kulit abu-abu,
kuku datar pada membran mukosa, nadi tidak teraba
c. Integritas ego
Tidak terjadi reaksi apapapun karena pasien tidak sadar
d. Eliminasi
Tanda : tidak terjadi eliminasi
e. Makanan atau cairan
Gejala : Cairan hanya melalui infus
Tanda : Penurunan turgor kulit, kulit kering
f. Neurosensori
Gejala : Tingkat kesadaran koma
Tanda : tidak ada respon terhadap rangsangan

5. Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi: Denyutan dan bendungan arteri leher (karotid) tidak terlihat ; pucat atau
sianosis atau kulit abu-abu, kuku datar pada membran mukosa,
b) Palpasi: Denyutan arteri karotid tidak terba,denyutan nadi tidak teraba
c) Perkusi : Penurunan reflek tendon dalam

d) Auskultasi : Tidak terdapat bunyi jantung karena tidak terdapatnya depolarisasi


ventrikel sehingga jantung tidak memiliki cardiac output.

6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien asistol adalah:
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan CO₂.
- Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
- Penurunan curah jantung berhubungan perubahan frekuensi atau irama jantung
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia ditandai dengan perubahan
tingkat kesadaran.
7. Perencanaan keperawatan NOC

- Diagnosa pola nafas tidak efektif


a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspnea
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. TTV dalam rentang normal

- Diagnosa resiko bersihan jalan nafas tidak efektif


a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
b. Menunukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas

- Diagnosa penurunan curah jantung


TTV dalam rentang normal
Dapat mentoleransi aktivitas
Tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran.

- Diagnosa gangguan perfusi jaringan


a. Daerah perifer hangat
b. Tidak sianosis
c. Gambaran EKG normal
d. TTV normal
e. Tidak terdapat clubbing finger 
8. Intervensi Keperawatan NIC

- Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penurunan kesadaran

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan jalan nafas normal


Kriteria hasil: Mempertahankan jalan nafas pasien
Intervensi:
a. Kaji jalan nafas
 b. Posisikan klien, kepala ekstensi (bebaskan jalan nafas)
c. Pasangkan pipa orofaringeal

- Pola nafas tidak efektif b.d penumpukan CO₂.


Tujuan; setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali normal
Kriteria hasil: Mempertahankan pola pernafasan efektif, bebas sianosis, nafas normal
(16-24/menit), irama regular, bunyi nafas normal, PH darah normal (7,35-7,45). PaO₂ 
(80-100 mmHg), PaCO₂ (35-40 mmHg), HCO₂ (22-26). Saturasi oksigen (95-98%).

Intervensi:
a. Pantau frekuensi pernafasan, irama dan kedalaman pernafasan.

 b. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturan (ekstensi), posisi miring sesuai indikasi.
c. Lakukan RJP jika pasien tidak ada nafas

d. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara tambahan
yang tidak normal.
e. Kolaborasi pemberian oksigen

- Penurunan curah jantung b.d. perubahan frekuensi atau irama jantung

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan fungsi jantung kembali normal

Kriteria hasil: TTV dalam rentang normal, dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada
kelelahan, tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites, tidak ada penurunan
kesadaran.
Intervensi:
a. Evaluasi adanya nyeri dada
b. Catat adanya disritmia jantung
c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
d. Monitor status kardiovaskuler 
e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
g. Monitor balance cairan
h. Monitor adanya perubahantekanan darah
i. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
j. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari tekanan
k. Monitor toleransi aktivitas pasien
l. Monitor adanya dyspneu, fantigue, takipneu, dan ortopneu
m. Anjurkan menurunkan stress

- Gangguan perfusi jaringan b.d. hipoksia ditandai dengan perubahan tingkat


kesadaran
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteria hasil: Daerah perifer hangat, tidak ada sianosis, gambaran EKG normal, TTV
normal, tidak terdapat clubbing finger
Intervensi:
a. Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (cemas, bingung,
letargi, pinsan).
 b. Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi
perifer.
c. Kaji tanda homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
d. Dorong latihan kaki aktif/pasif.
e. Pantau pernafasan.
f. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi
abdomen, konstipasi.

g. Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.


9. Evaluasi Keperawatan SOAP

- Diagnosa pola nafas tidak efektif


S: pasien mengatakan "saya tidak merasa sesak"
O: RR normal

A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

- Diagnosa resiko bersihan jalan nafas tidak efektif


S: pasien mengatakan "saya tidak merasa sesak"
O: RR normal, PaO₂ 90 mmHg, PaCO₂ 37 mmHg, HCO₂ 25, SO₂ 96%.
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

- Diagnosa penurunan curah jantung


S: pasien mengatakan "saya merasa lebih baik"
O: TTV normal, toleransi aktivitas, tidak ada penurunan kesadaran
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

- Diagnosa gangguan perfusi jaringan


S: pasien mengatakan "saya merasa lebih baik"
O: daerah perifer hangat, tidak sianosis, gambaran EKG normal, TTV normal, tidak
terdapat clubbing finger 
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai