Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

PENGARUH TERAPI BERMAIN CONGKLAK TERHADAP


TINGKAT STRESS ANAK PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
SELAMA HOSPITALISASI RUMAH SAKIT MELATI

OLEH:

SRI FITRIYANI

NIM: 211030121549

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kuasa dan

karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal yang

berjudul “Pengaruh Terapi Bermain Congklak terhadap Tingkat Stress Anak

Prasekolah (3-6 Tahun) sealama Hospitalisasi diRumah Sakit Melati”. Proposal

ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu keperawatan STIKes Widya Dharma

Husada Tangerang.

Dalam menyelesaikan Proposal ini penulis menyadari bahwa banyak mendapat

bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dr (HC) Drs. H. Darsono selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.

2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang sekaligus sebagai pembimbing

3. Dr. Heri Priatna, MARS selaku Direktur RS Melati

4. Muhammad Zukfikar Adha, SKM.,M.KL, selaku Wakil Ketua 1 Bidang

Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Dharma Husada

Tangerang.
5. Siti Novy Romlah, SST., M.Epid. selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi

dan Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Dharma Husada

Tangerang.

6. Ida Listiana S.ST., M.Kes. selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang sekaligus sebagai

pembimbingII

7. Ns. Dewi Fitriani S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Dharama Husada

Tangerang.

8. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini.

Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan Proposal ini, penulis menerima

kritik dan saran yang membangun guna perbaikan laporan penelitian ini.

Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan pada umumnya dan profesi

keperawatan khususnya.

Pamulang,

Sri Fitriyani
NIM. 211030121549
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hospitalisasi atau perawatan rawat inap adalah proses yang

direncanakan atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah

sakit untuk menjalani terapi dan perawatan sampai anak dipulangkan ke

rumah (Kuswanto 2019). Anak-anak yang menjalankan hospitalisasi atau

perawatan rawat inap akan mengalami masalah sosial, psikologis dan

pekembangan disebabkan oleh diagnosa dan intervensi perawatan dan

perubahan lingkungan social (Mucuk and Cimke 2017). Selama anak

menjalani hospitalisasi banyak kejadian yang sering dialami anak dan

keluarga seperti perasaan trauma dan stress sehingga menimbulkan perasaan

cemas, marah, sedih, takut dan merasa bersalah (Safriani and Kurniawan

2018).

Faktor yang dapat menimbulkan stress ketika anak saat menjalani

hospitalisasi yaitu faktor lingkungan rumah sakit, faktor berpisah dengan

orang yang sangat berarti, faktor kurangnya informasi, faktor kehilangan

kebebasan dan kemandirian, faktor pengalaman yang berkaitan dengan

pelayanan kesehatan, faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah

sakit (Hulinggi, 2018). Faktor lain yang mempengaruhi stress akibat

hospitalisasi adalah cemas akibat perpisahan, respon cemas akibat perpisahan


oleh anak ada 3 bagian yaitu : Pertama, Tahap Protes, tahap ini biasanya anak

melakukan protes dengan cara menangis, menjerit, menendang atau

memanggil ibunya. Kedua, Tahap Putus Asa, tahap ini anak mengalami

ketegangan, lebih pendiem, tidak berkomunikasi, putus asa, sedih dan apatis.

Ketiga, Tahap Keintiman Kembali, tahap ini merupakan tahap penerimaan

kembali oleh anak dengan orang yang baru dikenal (Kudus et al., 2017).

Anak yang mengalami stress akan mengalami gangguan

perkembangan (Noviati et al, 2018). Stress yang dialami anak mempengaruhi

tingkat kesembuhan anak saat dirumah sakit. Stress yang dirasakan seorang

anak dapat memberikan efek negatif dalam perkembangan hidup anak.

Perubahan yang terjadi dapat berupa psikis atau fisik.

Data Susenas Maret 2021 menunjukkan sebanyak 11,75 persen anak

umur 0-17 tahun mempunyai keluhan kesehatan dan mengakibatkan

terganggunya kegiatan sehari-hari atau yang bisa disebut mengalami sakit.

Angka kejadian anak yang mengalami hospitalisasi tahun 2021 2,03%

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tahun 2019 yaitu 3,94%.

Angka rawat inap 0-17 tahun pada tahun 2019 3,84%, 2020 3,94% dan 2021

2,03%. Dan angka tertinggi rawat inap yaitu anak umur 0-4 tahun yaitu

4,47%, persentase anak umur 0-4 tahun di daerah perkotaan 5,20% yang

pernah rawat inap dalam setahun terakhir lebih besar daripada didaerah

perdesaan 3,52% (Profil Statistik Kesehatan, 2021).

Dari anak 0-4 tahun yang pernah rawat inap, sebanyak 43,69 persen

anak umur 0-4 tahun pernah rawat inap di RS swasta, dan 30,81 persen
pernah rawat inap di RS pemerintah. Tempat rawat inap yang paling sedikit

digunakan oleh anak balita adalah praktik pengobatan tradisional/alternatif

yaitu hanya sebesar 0,02 persen (Profil Statistik Kesehatan, 2021).

Bermain atau yang lebih dikenal dengan terapi bermain diharapkan

dapat mengurangi dampak akibat hospitalisasi, karena rumah sakit

merupakan lingkungan baru bagi anak yang dimana terjadi tindakan-tindakan

medis yang dianggap menakutkan bahkan terkadang menimbulkan trauma

yang dapat menganggu perkembangan anak. Terapi bermain adalah terapi

yang diberikan pada anak yang mengalami kecemasan, ketakutan, dan

mengenal lingkungannya. Tujuan dari terapi bermain ini adalah menciptakan

suasana aman bagian akan untuk mengekspresikan diri mereka, memahami

bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan social dan mengatasi

masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi anak anak untuk

berekspresi dan mencoba sesuatu hal yang baru, selain itu dengan terapi

bermain diharapkan anak dapat melajutkan fase tumbuh kembangnya secara

optimal, mengembangkan kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi

lebih efektif terhadap stress (Saputro, 2017).

Seiring dengan kemajuan teknologi, anak semakin menyukai bermain

dengan media gadget. Anak tidak mengenal lagi permainan tradisional.

Penggunaan teknologi modern seperti handphone, motor, televisi, dan

sebagainya yang dijadikan sebagai media bermain menjadi salah satu

penyebab bergesernya gaya hidup anak dari yang awalnya bergaya hidup

mandiri dan menjunjung tinggi nilai tradisional menjadi hedonis dan lebih
menyukai hal yang serba modern (Astuti, 2018). Permainan tradisional

memiliki nilai besar dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak.

Permainan tradisional merupakan warisan leluhur, mengandung nilai

moral, dan ikut serta melestarikan budaya bangsa (Syamsurrijal, 2020).

Namun demikian terapi bermain dengan jenis permainan tradisional belum

diterapkan di rumah sakit. Jenis permainan yang sering dilakukan dirumah

sakit antara lain bola, puzzle, musik, play dough, menggambar dan mewarnai.

Permainan tradisional yang dapat dilakukan di Rumah Sakit salah satunya

adalah congklak. Permainan tradisional yang bisa dimainkan oleh anak usia

dini ini memiliki fungsi dalam mengembangkan kemampuan dasar anak dan

menstimulasi kecerdasan majemuk. Kemampuan dasar yang dapat

berkembang melalui permainan congklak yaitu kecerdasan logika-matematika

(KLM), kecerdasan interpersonal (Kinter), kecerdasan intrapersonal (Kintra)

(Saputra & Ekawati, 2017).

Peran ibu sangat penting dalam menurunkan kecemasan anak selama

hospitalisasi. Perilaku ibu dalam menurunkan kecemasan dipengaruhi oleh

sikap positif. Ibu yang bersikap positif mempunyai resiko 3,501 kali dalam

perilaku mengatasi dampak hospitalisasi pada anak prasekolah dibandingkan

dengan responden yang bersikap negatif (Rivanica & Riyanti, 2017). Perilaku

ibu untuk menurunkan kecemasan salah satunya adanya menemani anak

bermain selama di rumah sakit. Hospitalisasi juga menimbulkan beberapa

dampak pada anak di antaranya seperti dapak perpisahan, kehilangan kontrol,

sakit/nyeri, dan beberapa akibat dari dampak hospitalisasi tersebut ialah anak
merasa putus asa, menimbulkan reaksi protes, tidak kooperatif, depresi

(Nurlaila et al, 2018).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurlaila, Noviyanti

dan Ning Iswani (2021) menenai “Pengaruh Terapi Bermain Congklak

terhadap Kecemasan Anak selama Hospitalisasi di RS PKU Muhammadiyah

Gombong, Hasil penelitian menunjukan kecemasan anak menurun setelah

terapi bermain congklak, sehingga ada pengaruh terapi bermain congklak

terhadap kecemasan anak selama hospitalisasi

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Terapi Bermain Congklak terhadap Tingkat

Cemas Anak Prasekolah (3-6 Tahun) selama Hospitalisasi di Rumah

Sakit Melati”.

B. Perumusan Masalah

Salah satu penanganan dalam memberikan pencegahan dampak hospitalisasi

yaitu dengan memberikan permainan. Melalui bermain dapat mengetahui

persepsi seorang anak dan suatu kesempatan untuk menghilangkan stress,

ketika berada ditempat dimana dia merasa tidak berdaya dan cemas.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “pengaruh

terapi bermain bermain congklak terhadap kecemasan anak usia

prasekolah selama hospitalisasi dirumah sakit melati”


C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin,

diagnose medis, lama perawatan, pengalaman perawatan ?

2. Bagaimana pengaruh perubahan tingkat stres anak selama hospitalisasi

sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain congklak ?

3. Bagaimana perbedaan antara tingkat stres sebelum dilakukan terapi

bermain congklak dan sesudah dilakukam terapi bermain congklak ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh terapi

bermain terhadap tingkat stres anak prasekolah (3-6 tahun) selama

hospitalisasi dirumah sakit melati

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis

kelamin, diagnose medis, lama perawatan, pengalaman perawatan

dirumah sakit melati

2. Mengidentifikasi perubahan tingkat stres anak selama hospitalisasi

sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain congklak


3. Menganalisis perbedaan antara tingkat stres anak selama

hospitalisasi sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain

congklak.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Diharapkan peneliti mampu membuktikan secara ilmiah tentang

pengaruh terapi bermain congklak terhadap tingkat stres anak prasekolah

(3-6 tahun) selama hospitalisasi dirumah sakit melati.

2. Bagi responden

Memberikan informasi, pengetahuan dan keterampilan tentang

penanganan tingkat stres anak selama hospitalisasi bisa menggunakan

terapi bermain tradisional.

3. Bagi pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan

dirumah sakit dan bisa menambahkan intervensi keperawatan untuk

mengurangi tingkat stress selama hospitalisasi

4. Bagi institusi Pendidikan

Mengembangkan teori dan meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa

STIKes Widya Dharma Husada Tangerang dan sebagai bahan

pertimbangan bagi mahasiswa yang akan dan sedang penelitian

keperawatan anak.

5. Bagi peneliti selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau referensi

penelitian selanjutnya tentang tingkat stress anak selama hospitalisasi.

Anda mungkin juga menyukai