Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN REUMATIC HEART DISEASE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

Asep Saepudin NIM 19.B03.02.003

Lina Lidyawati NIM 19.B03.02.011

Muhammad Sapiudin NIM 19.B03.02.014


Sri Widayanti NIM 19.B03.02.017
Sulistyowati NIM 19.B03.02.018

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TARUMANAGARA

JAKARTA

2019

1
Kata Pengantar

Segala puji dan Rahmat kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan

karunianya kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan pada anak

dengan Reumatic Heart Disease “.

Tulisan ini kami susun untuk menambah wawasan kami. Kami menyadari bahwa dalam

penulisan tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.oleh karena itu kami mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca

Dengan tersusunnya tulisan ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca

pada umumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih kurang dan lebihnya kami minta maaf.

Tangerang,Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………. 1

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………....2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… … 3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………...…………………………... 4

A. LATAR BELAKANG MASALAH …………………………………………………….. 4

B. TUJUAN PENULISAN …………………………………………………………………. 2

C. METODE PENULISAN ………………………………………………………………… 5

D. SISTEMATIKA PENULISAN ………………………………………………………..… 6

BAB II KONSEP DASAR ……………………………………………………………………….7

1. KONSEP PENYAKIT ……………………………………………………………………7

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………...……………….. 15

BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………………………..29

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….. 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Reumatic Heart Disease (RHD) merupakan penyakit peradangan akut yang dapat

menyertai faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus Beta-haemolityc. Penyakit ini

tidak pernah menyertai infeksi kuman lain maupun infeksi streptococcus ditempat lain,

misalnya dikulit (pioderma). Penyakit ini juga cenderung berulang, Namanya Reumatik

memberi kesan sendi, akan tetapi pengaruhnya pada jantunglah yang membuatnya

penting.

Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami

kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh

jantung.Katup jantung yang mengalami kelainan membuat darah yang seharusnya tidak

bisa kembali masuk ke bagian serambi jantung ketika berada di bilik jantung membuat

jantung memiliki tekanan yang cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh

tubuh.Akibatnya orang tersebut tidak bisa melakukan aktifitas dalam tingkat tertentu.dan

juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagi memiliki kemampuan untuk

dapat mengalirkan darah.

Penyakit katup jantung masih cukup tinggi insidennya, terutama di negara-negara

yang sedang berkembang seperti hal nya di Indonesia.Namun demikian, akhir-akhir ini

prevalensi penyakit katup jantung ada kecenderungan semakin menurun.Berdasarkan

penelitian yang ditekankan diberbagai tempat di Indonesia penyakit katup jantung ini

menduduki urutan ke-2 atau ke-3 sesudah penyakit koroner dari seluruh jenis penyebab

penyakit jantung.(Gordis, 1985).Insiden tertinggi penyakit katup adalah katup mitralis,

4
kemudian katup aorta.Kecenderungan menyerang katup-katup jantung kiri dikaitkan

dengan tekanan hemodinamik yang relatif besar pada katup-katup ini.Insiden penyakit

tricuspid relatif rendah.Penyakit katup pulmonalis jarang terjadi.Penyakit katup

trikuspidalis atau pulmonalis biasanya disertai dengan lesi pada katup lainnya, sedangkan

penyakit katup aorta atau mitralis sering terjadi sebagai lesi tersendiri. (Gordis,1985). Di

Negara maju terlihat penurunan insiden setelah 1900. Pada tahun 1980 insiden demam

reumatik di Amerika Serikat berkisar 0,5-2/100.000 penduduk. Di Indonesia sebanyak

80.812 penderita di suatu Rumah Sakit, diantaranya 2.836 adalah penderita penyakit

kardiovaskuler yang terdiri dari 43.2% penyakit jantung, 30.1% hipertensi, 14.5% demam

rematik dan rematik jantung, 8.4% penyakit jantung bawaan, 2.5% jantung pulmonair

dan 1.3% radang katup jantung.

Kelainan katup jantung biasanya terjadi karena faktor genetika atau keturunan dan

terjadi sejak masih dalam kandungan.Kelainan pada katup jantung juga bisa terjadi

karena kecelakaan ataupun cedera yang mengenai jantung.Operasi jantung juga dapat

menyebabkan kelainan pada katup jantung jika operasi tersebut gagal atau terjadi

kesalahan teknis maupun prosedur dalam melakukan operasi pada jantung.Perilaku

makan makanan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stress serta

minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor resiko penyakit degeneratif, disamping

faktor-faktor resiko lain seperti usia, jenis kelamin dan keturunan (genetik)

(Notoatmodjo, 2011). Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran

darah yang melintasi katup jantung.

5
B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengertian,Penyebab, Patofisiologi, tanda dan gejala,

pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pada pasien dengan RHD, serta mengetahui

tentang asuhan keperawatan pada klien dengan rheumatic heart disease

C. Metode Penulisan

Metode penulisan dilakukan dengan study pustaka.

D. Sistematika Penulisan

BAB I terdiri dari latar belakang masalah,tujuan penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II terdiri dari konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan pada anak

dengan RHD.

BAB III terdiri dari kesimpualan

6
BAB II

KONSEP DASAR

1. KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian

Demam Reumatik adalah sindrom klinis sebagai akibat infeksi beta-streftococcus

hemolyticus grup A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans

akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritema marginatum (IKA 1985)

Penyakit Jantung Reumatik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada

katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali ( Kapita

selekta, edisi 3, 2000)

Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai

jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh

darah oleh organisme streptococcus hemolytic-b grup A (diknakes 1993).

Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik

yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi beta-streftococcus hemolyticus

grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui dengan satu atau lebih gejala

mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan

eritema marginatum.

B. Etiologi

Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat

berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh

streptococcus hemolytic-b grup A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak

7
terobati. Pada penelitian menunjukkan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi

imunologis antigen-antibodi dari tubuh. Antibody yang melawan streptococcus

hemolytic-b grup A bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.

Terdapat factor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD

yaitu :

1. Faktor-faktor pada individu

 Faktor Genetik

Meskipun pengetahuan tentang faktor genetic pada RHD ini tidak lengkap

namun pada umumnya ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya

RHD, walaupun cara penurunannya belum dapat dipastikan

 Jenis kelamin

Dulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada abak wanita

daripada anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada

perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering

ditemukan pada salah satu jenis kelamin. Misalnya gejala korea jauh lebih

sering ditemukan pada wanita daripada laki-laki.

 Golongan etnik dan ras

Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan awal maupun serangan

ulangan lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam dibandingkan orang

berkulit putih.

 Umur

8
RHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6-15 tahun (usia

sekolah) dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan

pada anak sebelum berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun.

 Keadaan gizi dan lain-lain

Keadaan gizi anak serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat

ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam

reumatik. Hanya sudah diketahui bahwa penderita anemiamsel sabit (sickle

cell anemia) jarang yang menderita demam reumatik/penyakit jantung

reumatik.

2. Faktor-faktor Lingkungan

 Keadaan social ekonomi yang buruk

Keadaan social ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk,

rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga

pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi

tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya

perawatan kesehatan kurang

 Iklim dan Geografis

RHD adalah penyakit kosmopolit. Penyakit ini terbanyak didapatkan pada

daerah beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunkukkan bahwa

daerah tropis pun mempunyai insiden yang tinggi. Didaerah yang letaknya

tinggi, insiden RHD lebih tinggi daripada dataran rendah.

 Cuaca

9
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan kejadian RHD juga

dapat meningkat

C. Patofisiologi

Hubungan yang pasti antara infeksi streptococcus dan demam reumatik akut tidak

diketahui. Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang

ditunjukkan oleh hasil kultur streptococcus yang negative pada bagian jantung yang

terkena. Fakta berikut ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut terjadi akibat

hipersensitifitas imunologi yang belum terbukti terhadap antigen-antigen

streptococcus :

10
11
D. Tanda dan Gejala

Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala maka

digunakan kriteria Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor :

1. Kriteria Mayor

 Carditis

12
Yaitu terjadi peradangan pada jantung (miokarditis dan atau endocarditis)

yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan

manifestasi terjadi penurunan curah jantung (seperti hipotensi, pucat, sianosis,

berdebar-debar dan heart rate meningkat) bunyi jantung melemah, dan

terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup

terutama mitral ( bising sitolik), friction rub.

 Polyarthritis

Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi

yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki,

pergelangan tangan, siku (Polyarthritis migrans), gangguan fungsi sendi.

 Khorea Syndenham

Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, bilateral, tanpa

tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot,

sebagai manifestasi peradangan pada system saraf pusat

 Eritema marginatum

Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercak-

bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya

berbatas tegas, berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak

gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuhdan telapak tangan.

 Nodul subcutan

Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit

tanpa adanya perubahan warna atau terasa nyeri. Biasanya timbul pada

minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang

13
ditemukan pada orang dewasa. Nodul ini terutama muncul pada permukaan

ekstensor sendi, terutama siku, ruas jari, lutut, persendian kaki, Nodul ini

lunak dan bergerak bebas.

2. Kriteria Minor

 Memang mempunyai riwayat RHD

 Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada sendi, klien

kadang-kadang sulit untuk menggerakkan tungkainya

 Demam namun tidak lebih dari 39 0 C dan pola tidak tentu

 Leukositosis

 Peningkatan laju endap darah

 C-reaktif protein (CRP) positif

 P-R interval memanjang

 Peningkatan pulse / denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)

 Peningkatan Anti Streptolisin (ASTO)

Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum

seperti akral dingin, lesu, terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.

Gejala lain yang dapat muncul juga gangguan pada GI tract dengan manifestasi

peningkatan HCL dengan gejala mual dan anorexia

E. Gambaran klinis

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/ penyakit jantung rematik dapat

dibagi menjadi 4 stadium :

 Stadium 1

14
Stadium berupa infeksi saluran nafas bagian atas oleh kuman beta-

streptococcus hemolitycus grup A, keluhan biasanya berupa ,demam

batuk,rasa sakit waktu menelan,tonsillitis,infeksi ini berlangsung 2-4

hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobtan.

 Stadium II

Disebut juga periode laten, biasanya periode ini berlangsung1-3

minggu kecuali korea yang timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-

bulan kemudian.

 Stadium III

Ini disebut juga fase akut demam rematik,ditandai dengan demam

tinggi,lesu,anorexia, mudah tersinggung, penurunan BB, pucat,

epitaksis, athalgia dan nyeri sendi.

 Stadium IV

Disebut fase inaktif, tanpa kelainan jantung dan gejala sisa.

F. Pemerikasaan penunjang

Pemeriksaan ASTO, CRP, LED, tenggorok dan darah tepi lengkap. Ekokardiografi

untuk melihat kondisi katup.

G. Penatalaksanaan

Tata laksana klien dengan RHD adalah sebagai berikut :

 Pengobatan manifestasi akut, pencegahan kekambuhan dan pencegahan

endokarditis pada pasien dengan kelainan katup.

15
 Antibiotik: penisilin, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama 10 hari bagi

pasien dengan alergi penisilin.

 Tirah baring bervariasi tergantung berat ringannya penyakit.

 Anti inflamasi: dimulai setelah diagnosis ditegakkan:

 Bila hanya ditemukan artritis diberikan asetosal 100 mg/kgBB/hari sampai

2 minggu, kemudian diturunkan selama 2-3 minggu berikutnya.

 Pada karditis ringan-sedang diberikan asetosal 90-100 mg/kgBB/hari

terbagi dalam 4-6 dosis selama 4-8 minggu bergantung pada respons

klinis. Bila ada perbaikan, dosis diturunkan bertahap selama 4-6 minggu

berikutnya.

 Pada karditis berat dengan gagal jantung ditambahkan prednison 2

mg/kgBB/hari diberikan selama 2-6 minggu

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Identitas klien

Timbul pada umur 6-15 tahun, wanita dan pria = 1:1

2) Keluhan utama : sakit persendian dan demam

3) Riwayat penyakit sekarang

Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu pertama,

timbul gerakan yang tiba-tiba

4) Riwayat penyakit dahulu : fonsilitis, faringitis, autitis media

16
5) Riwayat penyakit keluarga : ada keluarga yang menderita penyakit jantung

6) ADL

a) Aktifitas / istirahat

 Gejala : kelelahan, kelemahan.

 Tanda : takikardia, penurunan TD , dispnea dengan aktivitas.

b) Sirkulasi

 Gejala : riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung, palpitasi,

jatuh pingsan.

 Tanda : takikardia, disritmia, perpindahanTIM kiri dan inferior, friction

rub, murmur, edema, petekie, hemoragi, spinter.

c) Eliminasi

 Gejala : riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/ jumlah urine.

 Tanda : urine pekat gelap.

d) Nyeri/ketidaknyamanan

 Gejala : nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,

gerakan menelat, berbaring, nyeri dada/punggung/sendi.

 Tanda : perilaku distraksi mis: gelisah

e) Pernafasan

 Gejala : dispneu, batuk menetap, atau nokturnal ( sputum mungkin/tidak

produktif)

 Tanda: takipneu, bunyi nafas adventisius ( krekels dan mengi), sputum

banyak dan bercak darah ( edema pulmonal)

f) Keamanan

17
 Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.

 Tanda : demam.

7) Pemeriksaan

a) Pemeriksaan Umum

 Keadaan umum lemah Suhu 38-39 C

 Nadi cepat dan lemah

 BB turun

 TD sistole diastole

b) Pemeriksaan fisik.

 Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.

 Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos

serta takhikardi

c) Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.

8) Pemeriksaan penunjang,

Pemeriksaan darah

 Astopiter

 LED

 HB

 Leukosit

Pemeriksaan EKG

18
Pemeriksaan hapus tenggorokan

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnose keperawatan yang muncul pada pasien RDH adalah :

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada

penutupankatup mitral ( stenosis katup ).

2. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasicairan/ proses

inflamasi destruksi sendi.

3. Resiko defisite nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis,

4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan

kebutuhan

5. Thermoregulasi tidak efektif berhubungn dengan proses inflamasi

C. Iintervensi Keperawatan

1. Penurunan curah jantung

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

 Perubahan irama jantung  Perubahan irama jantung

Palapasi Bradikardia/takikardia,gambaran

 Perubahan preload EKG aritmia

19
Lelah  Perubahan preload

 Perubahan afterload Edema / distensi vena juguralis

Dispnea  Perubahan afterload

 Perubahan kontraktilitas TD naik / turun, nadi perifer

 batuk teraba lemah, CRT > 3 detik,

sianosis

 Perubahan kontraktilitas

Terdengar suara jantung S3/S4,

EF menurun

Gejala dan tanda minor

Subjectif Objektif

 Cemas dan gelisah  Perubahan preload

Berat badan bertambah,murmur

 Perubahan afterload

 hepatomegali

 Perubahan kontraktilitas

Cardiac index menurun

Intervensi keperawatan

Observasi

 Identifikasi tanda/gejala penurunan curah jantung (meliputi kelelahan,dipsneu)

 Monitor TD

20
 Monitor intake output cairan

 Monitor saturasi oksigen

 Monitor EKG

 Monitor nilai Laboratorium jantung ( elektrolit, enzim jantung)

 Perikas TD dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktifitas

Teurapetik

 Posisikan pasien semi fowler atau posisi nyaman

 Berikan therapy reklaksasi untuk mengurangi stress

 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%

Edukasi

 Anjurkan aktifitas fisik secara bertahap

 Anjurkan aktifitas fisik sesuai toleransi

 Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intake output cairan harian

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antiaritmia jika perlu

 Rujuk ke program rehabilitasi jantung jika perlu

2. Nyeri akut/kronis

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

21
 Mengeluh nyeri  Tampak meringis

 Merasa depresi atau  Bersikap protektif

tertekan  Gelisah

 Frekuensi nadi meningkat

 Sulit tidur

 Tidak bias menuntaskan aktifitas

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objectif

 Merasa takut mengalami cedera  Tekanan darah meningkat

berulang  Pola nafas berubah

 Nafsu makan berubah

 Berfokus pada diri sendiri

 Pola tidur berubah

Intervensi keperawatan

Observasi

 Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri

 Identikasi skala nyeri

 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

 Identifikasi respon nyeri non verbal

Theurapetik

 Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:therapy bermain)

22
 Control lingungan yang memperberat rasa nyeri (kebisingan)

 Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode,dan pemicu nyeri

 Jelaskan strategi meredakan nyeri

 Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

3. Resiko deficit nutrisi

Faktor resiko :

 Peningkatan kebutuhan metabolism

 Faktor psikologis (mis:keengganan untuk makan, stress)

Intervensi keperawatan

Observasi

 Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori

teurapetik

 Timbang BB secara rutin

 Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku

 Rencanakan program pengobaytan untuk perawatan dirumah ( mis.konseling)

23
Edukasi

 Ajarkan pengaturan diet yang tepat

 Ajarkan ketrampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan

Kkolaborasi

 Kolaborasi dnegan ahli gizi tentang target BB , kebutuhan kalori dan pilihan makanan

4. Intoleran aktifitas

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif Objektif

 Mengeluh lelah  Frekuensi jantung

meningkat >20% dari

kondisi istirahat

Gejala dan tanda minor :

Subjektif Objektif

 Dipsnea saat atau setelah  Tekanan darah berubah > 20%

aktifitas dari kondisi istirahat

 Merasa tidak nyaman  Sianosis

setelah beraktifitas

 Merasa lemah

Intervensi keperawatan

Observasi :

 Monitor pola dan jam tidur

 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas

24
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

Terapeutik

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulasi

 Berikan aktifitas distraksi yang menyenangkan

 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

 Anjurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatakan asupan makanan

5. Thermoregulasi tidak efektif

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

 Kulit dingin / hangat

 Menggigil

 Suhu tubuh fluktuatif

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

25
 Pengisian kapiler > 3 detik

 Pucat

 TD meningkat

 Frekuensi nafas meningkat

 Takikardia

 Kulit kemerahan

 Kejang

 Dasar kuku sianotik

Intervensi keperawatan

Obervasi

 Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam jika diperlukan

 Monitor TD,frekuensi nadi dan pernafasan

 Monitor warna dan suhu kulit

 Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermi atau hipertermi

Teraupetik

 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat

 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

Edukasi

 Jelaskan cara mencegah hipotermi karena terpapar udara dingin

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu

26
D. Evaluasi

1. Jantung dapat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

2. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

3. Nutrisi adekuat

4. Dapat melakukan aktifitas sehari-hari

5. Suhu tubuh dalam rentang yang normal

27
BAB III

KESIMPULAN

Demam Reumatik adalah sindrom klinis sebagai akibat infeksi beta-streftococcus

hemolyticus grup A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis,

korea minor, nodul subkutan dan eritema marginatum (IKA 1985)

Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan

erat dengan infeksi saluran nafas bagian atasyang disebabkan oleh streptococcus hemolytic-b

grup A yang pengonbatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati.

Terdapat factor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD yaitu :

3. Faktor-faktor pada individu

• Faktor Genetik

• Jenis kelamin

• Golongan etnik dan ras

• Umur

• Keadaan gizi dan lain-lain

4. Faktor-faktor Lingkungan

• Keadaan social ekonomi yang buruk

• Iklim dan Geografis

• Cuaca

Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala maka digunakan

kriteria Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor.

Pemeriksaan ASTO, CRP, LED, tenggorok dan darah tepi lengkap. Ekokardiografi untuk

evaluasi jantung.

28
Tata laksana klien dengan RHD adalah sebagai berikut :

 Pengobatan manifestasi akut, pencegahan kekambuhan dan pencegahan endokarditis pada

pasien dengan kelainan katup.

 Antibiotik: penisilin, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama 10 hari bagi pasien dengan

alergi penisilin.

 Tirah baring bervariasi tergantung berat ringannya penyakit.

 Anti inflamasi: dimulai setelah diagnosis ditegakkan

Diagnose keperawatan yang muncul pada pasien RDH adalah :

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan katup

mitral ( stenosiskatup ).

2. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasicairan/ proses

inflamasi destruksi sendi.

3. Resiko defisite nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis,

4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan

kebutuhan

5. Thermoregulasi tidak efektif

29
DAFTAR PUSTAKA

Tim pokja SDKI DPP PPNI,2017,Standar diagnosis keperawatan Indonesia

Tim pokja SIKI DPP PPNI,2018,Standar intervensi keperawatan Indonesia

https://www.academia.edu (asuhan keperawatan pasien dengan RHD)

Sudigdo Sastroasmoro,Bambang Madiyono,1994,Buku ajar kardiologi anak

Dr.Rusepno Hasan,Dr.Husein Alatas,2007,Ilmu Kesehatan Anak.

30

Anda mungkin juga menyukai