BLOK EMERGENCY
Oleh:
Kelompok 6
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1. Pengertian
Bencana itu bisa murni sebagai kejadian alam (gempa bumi, topan, volcano,
badai, banjir) bisa juga karena perbuatan dan kelalaian manusia (kebakaran, perang,
kecelakaan transportasi). Agen primer termasuk angin, air, lumpur, asap, dan panas.
Sedangkan agen sekunder termasuk bakteri dan virus yang menkontaminasi/
menginfeksi akibat yang ditimbulkan oleh agen primer tersebut.
Di indonesia bencana gempa bumi terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya pada
Sabtu Wage 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 pada skala Richter, merupakan tipe gempa
merusak dengan skala kerusakan 7 MMI (Modified Mercally Intensity). Kekuatan letupan
energi setara 40 kiloton TNT alias dua kali lipat ledakan bom Hiroshima. (Gempa
Yogyakarta, 8 Juni 2011). Korban jiwa mencapai angka lebih dari 6000, dengan
puluhan ribu orang terluka, dari luka memar hingga patah tulang (Diponegoro, 2006)
dan ratusan ribu bangunan rusak parah hingga hancur total.
Gempa bumi banyak disebabkan oleh gerakan-gerakan lempeng bumi. Bumi kita
ini memiliki lempeng-lempeng yang suatu saat akan bergerak karena adanya tekanan
atau energi dari dalam bumi. Lempeng-lempeng tersebut bisa bergerak menjauh
(divergen), mendekat (konvergen) atau melewati (transform). Gerakan lempeng-
lempeng tersebut bisa dalam waktu yang lambat maupun dalam waktu yang cepat.
Energi yang tersimpan dan sulit keluar menyebabkan energi tersebut tersimpan sampai
akhirnya energi itu tidak dapat tertahan lagi dan terlepas yang menyebabkan
pergerakan lempeng secara cepat dalam waktu yang singkat yang menyebabkan
terjadinya getaran pada kulit bumi.
Gempa bumi bukan hanya disebabkan oleh pergerakan lempeng tetapi juga
disebabkan oleh cairan magma yang ada pada lapisan bawah kulit bumi. Magma dalam
bumi juga melakukan pergerakan. Pergerakan tersebut yang menimbulkan penumpukan
massa cairan. Cairan tersebut akan terus bergerak hingga akhirnya menimbulkan energi
yang kuat yang memaksa cairan tersebut untuk keluar dari dalam kulit bumi. Energi
tersebut menimbulkan kulit bumi mengalami pergerakan divergen sebagai saluran untuk
cairan tersebut keluar. Pergerakan tersebut yang mengakibatkan terjadinya gempa
bumi.
Gempa bumi juga dapat disebabkan oleh manusia sendiri. Seperti yang
disebabkan oleh peledakan bahan peledak yang dibuat oleh manusia. Selain itu juga
pembangkit listrik tenaga nuklir atau senjata nuklir yang dibuat oleh manusia juga dapat
menimbulkan guncangan pada permukaan bumi sehingga terjadi gempa.
5. Manifestasi klinis gempa bumi
Gempa bumi merupakan gejala alam yang sampai sekarang masih sulit untuk
diperkirakan kedatangannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa gejala alam ini sifatnya
seolah-olah mendadak dan tidak teratur. Namun para ilmuwan terus menerus
mengembangkan teknik prediksi terjadinya gempa. Cara yang ditempuh ilmuwan tentu
menggunakan metode ilmiah. Berikut adalah dasar prediksi ilmiah yang digunakan saat
ini.
Pengetahuan tentang zona seismic dan daerah beresiko yang dipelajari lewat
studi dampak historis dan lempeng tektonik.
Memonitor aktifitas seismic dengan menggunakan seismogram dan instrument lain
Menggunakan observasi ilmiah
Memonitor tingkat seismik global.
Selain melalui metode ilmiah, gempa bumi juga seringkali diprediksi dengan
menggunakan cara-cara tradisional. Masyarakat menyebutnya sebagai tanda-tanda
terjadi gempa. Ada tiga tanda yang umumnya dijadikan patokan masyarakat, yaitu
Terdapat goyangan- goyangan halus terhadap bangunan-bangunan
Binatang dan burung-burung menunjukan gejala yang tidak normal misalnya gelisah
Air sumur keruh dan berbau tidak enak.
Gempa bumi memang menjadi perhatian banyak orang. Dalam hal prediksi pun
demikian. Ada di antaranya pendapat mengenai tanda-tanda gempa bumi yang masih
kontroversial. Pendapat tersebut dikemukakan oleh seorang pensiunan ahli kimia di
Kalifornia, Zhonghao Shou. Menurutnya gempa bumi dapat juga diketahui tanda-
tandanya melalui fenomena awan. Ada jenis awan tertentu yang merupakan pertanda
akan terjadinya gempa. Shou berpendapat bahwa tekanan dan gesekan dari tanah
dapat menguapkan air jauh sebelum gempa bumi terjadi, dan awan yang terbentuk
akibat mekanisme ini memiliki bentuk yang amat berbeda dengan awan-awan pada
umumnya. Shou mengungkapkan, dari 36 awan yang diteliti, 29 terbukti menjadi awal
pertanda gempa. Prediksinya yang paling terkenal adalah ketika dia mengamati awan
mengarah ke Barat Laut. Pendapat ini masih bersifat kontroversial. Namun sebagian
ilmuwan sangat menyarankan untuk meneliti lebih lanjut studi yang dilakukan oleh
Zhonghao Shou.
6. Pemeriksaan diagnostic
7. Penatalaksanaan
A. Upaya penanggulangan sebelum terjadi gempa:
1) Mengetahui pintu-pintu keluar masuk untuk keadaan darurat.
2) Barang/benda yang berbobot berat disimpan di tempat yang kokoh dan stabil
terhadap guncangan.
3) Pipa saluran gas dan pipa saluran air dipastikan tidak bocor dan tertutup baik
saat tidak digunakan untuk mencegah bencana pengiring gempa seperti
kebakaran dan gangguan sanitasi.
4) Kabel-kabel listrik ditata rapi untuk menghindari hubungan singkat akibat
guncangan dan dipastikan sekering berfungsi dengan baik.
Diponegoro, A.M. (2006). Hubungan Antara Eratnya Hubungan Keluarga dan Kebahagiaan
Keluarga di Daerah Gempa (Daerah Istimewa Yogyakarta). Proceedings Seminar
Nasional Penangangan Trauma Psikologis Berbasis Keluarga & Komunitas.
Semarang, 11-12 November 2006. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Theodorson A.George Howel cs. 1969. A Moderen Dictionary of sociology. New York:
Thoman Y.Crowell.
Rustamaji. 2007. Pedoman Nasional Manajemen Bencana di Indonesia. Gama Media,
Yogyakarta
Efendi, F & Makfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Turkanto.2006. Splinting & Bandaging. Kuliah Keperawatan Kritis. Surabaya: PSIK
Universitas Airlangga.
Community Health Nursing Theory&Practice.1995