Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH GLAUKOMA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Medah 3
Dosen Pengampu : Saiful Nurhidayat, S. kep., Ns., M. Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Eka Hadi Pratama (18631727)
Mufaliha Sabila Iswari (18631725)
Lina Desi Utami (18631699)
Rahma Tri Fany (18631675)
Dila Restiani (18631658)
Laily Ayu Nurrohmah (18631649)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB 2 KONSEP PENYAKIT.......................................................................... 3
2.1 Definisi ............................................................................................. 3
2.2 Etiologi ............................................................................................. 4
2.3 Klasifikasi ......................................................................................... 5
2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................ 6
2.5 Penatalaksanaan ............................................................................... 7
2.6 Prognosis .......................................................................................... 8
2.7 Pathway ............................................................................................ 9
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................. 10
3.1 Pengkajian ........................................................................................ 10
3.2 Diagnosa ........................................................................................... 13
3.3 Intervensi .......................................................................................... 15
3.3 Implementasi..................................................................................... 30
3.4 Evaluasi............................................................................................. 30
BAB 4 PENUTUP............................................................................................ 31
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 31
4.2 Saran ................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 32

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan
Makalah ini dengan cukup baik dan tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini kami susun atas dasar kelengkapan tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 3. Kami sampaikan terima kasih kepada Bapak
Saiful Nurhidayat, S.Kep., Ns., M. Kep. Selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 3 di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan laporan ini, semua yang telah memberi informasi yang kami
tidak sebut satu per satu.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan di dalamnya, maka untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Sekali lagi kami
sampaikan terima kasih.

Ponorogo, 4 April
2021

Kelompok 1

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra
penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.
Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang
sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja
termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka.
Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah
cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini
diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah
penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan
66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan
penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa
disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering
berkembang tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak
menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan
penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma
tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan
yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi,
diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep penyakit dari glaukoma?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan penyakit
glaukoma?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep penyakit dari glaukoma.
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan penyakit
glaukoma.

1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang konsep penyakit dari glaukoma.
2. Menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan untuk pasien
dengan penyakit glaukoma.

2
BAB 2
KONSEP PENYAKIT

2.1 Definisi
Glaukoma adalah suatu penyakit neuropati optik kronik yang
ditandai oleh pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapang pandang
dengan peningkatan tekanan intraokular sebagai faktor risiko utama.
Tekanan intraokular dipengaruhi oleh produksi humor aquos dan
sirkulasinya di mata. Humor aquos diproduksi oleh korpus siliaris,
sirkulasinya melewati bilik mata depan kemudian terdrainase di trabecular
meshwork di sudut iridokorneal.
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
peningkatan TIO, penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta efek lapang
pandang yang khas. Istilah glaukoma diberikan untuk setiap kondisi
gangguan kompleks yang melibatkan banyak perubahan gejala dan tanda
patologik, namun memiliki satu karakteristik yang cukup jelas yaitu adanya
peningkatan tekanan intraokuli, yang menyebabkan kerusakan diskus optik
(opticdisc), menyebabkan atrofi, dan kehilangan pandangan perifer.
Glaukoma umumnya terjadi pada orang kulit hitam dibandingkan kulit
putih. Glaukoma merupakan penyakit yang mengakibatkan kerusakan saraf
optik sehingga terjadinya gangguan pada sebagian atau seluruh lapang
pandang, yang diakibatkan oleh tingginya tekanan bola mata seseorang,
biasanya disebabkan karena adanya hambatan pengeluaran cairan bola mata
(humor aquous). Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena
peningkatan tekanan dalam bola mata. Bola mata normal memiliki kisaran
tekanan antara 10-20 mmHg sedangkan penderita glaukoma memiliki
tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang dapat mencapai 50-
60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan
kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat kerusakan
saraf yang terjadi). Simpulan dari beberapa definisi peneliti tentang

3
glaukoma yaitu kelainan yang disebabkan oleh kenaikan tekanan di dalam
bola mata sehingga lapang pandangan dan visus mengalami gangguan
secara progresif.

2.2 Etiologi
Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)
a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata
ataudicelah pupil
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009)
a) Umur
Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.
Terdapat 2 % daripopulasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma.
Angkaini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
b) Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma Untuk glaukoma
jenis tertentu, anggota keluarga penderitaglaukoma mempunyai resiko
6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah
kakak adik kemudian hubungan orang tua dananak-anak.
c) Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena glaukoma.
Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih
rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur
tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada
dokter spesialis mata.
d) Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes matayang
mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat
inhaleruntuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan
pemakai obat secara rutin lainnya.

4
2.3 Klasifikasi
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut
yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik
depan yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena
keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian
kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain
dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari
glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian
dan kelainan berkembang disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran
dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga
dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup
karena ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm.
Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras
karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba
dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan
kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera
ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

5
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit
mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan
volume cairan di dalam mata. Kondisi ini secara tidak langsung
mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau
reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada
katarak
 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari
jaringan uvea
 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera
setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan
cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan
bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi,
bagian depan mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya. Glaukoma
Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat
terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%)
manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi,
fotofobia blepharospme.

2.4 Manifestasi Klinis


1) Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2) Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3) Mual, muntah, berkeringat.
4) Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5) Visus menurun.
6) Edema kornea.

6
7) Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut
terbuka).
8) Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9) TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

1.5 Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO,
membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan
tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi
radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta mencegah gangguan
pada mata yang baik (sebelahnya).

Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan


hiperosmotik seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol
20% intravena. Humor aqueus ditekan dengan memberikan karbonik
anhidrase seperti acetazolamide (Acetazolam, Diamox). Dorzolamide
(TruShop), methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor aqueus dapat
juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti
latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil


dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam.
Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan.
Pemberian miotikum dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda
penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan


memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau
kostikosteroid untuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka


saluran schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar
dengan mudah. Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti

7
trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat
dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan


kesehatan terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit
glaukoma merupakan penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak
permanen. Kegagalan dalam pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan
adanya pengabaian untuk mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan
kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran


tentang penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan
akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan
bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi
hanya mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi ada.

1.6 Prognosis
Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera
ditangani dalam 24 – 48 jam. Prognosis sangat bergantung pada penemuan
dan pengobatan dini. Bila tidak mendapat pengobatan yang tepat dan cepat,
maka kebutaan akan terjadi dalam waktu yang pendek. Jika tekanan
intraokular tetap terkontrol setelah terapi akut glaukoma sudut tertutup,
maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif.

8
1.7 Pathway
PRIMER SEKUNDER
Akut : Trauma Katarak
Kronis : Diabetes Militus, Hipertensi, Arterosklerosis, Perubahan Lensa
Genetik, Kortikosteroid Jangka Panjang Uveitis
Akut : Trauma Kelainan Lives
Kronis : DM, HT, Artedcrosklerosis, pemakaian Pembedahan
kosticosteroid jangka panjang, bawaan
(genetik)

PENINGKATAN TEKANAN INTRAOKULER

GLAUKOMA
Glaukoma Kongestif Akut
Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma Sekunder

Pre OP Kurang terpapar informasi Cemas Post OP

Defisit Pengetahuan Tentang Ansietas


Prosedur Tindakan

Tekanan pada saraf Iskemia retina Penipisan lapisan serat saraf


optik dan retina dan inti bagian dalam retina

Pelepasan bradikinin dan histamn


Kerusakan saraf Visus menurun
optik dan retina
Nosiseptor
Penglihatan kabur/ penurunan
Saluran cairan bola fungsi penglihatan
Persepsi nyeri
mata terhambat
Lapang pandang menurun
Mengeluh nyeri Merangsang
Peningkatan tekanan saraf trigeminus
IntraOkuler Gangguan penglihatan
Nyeri Akut
Nyeri menyebar ke
Lapang pandang menurun rahang dan pelipis Risiko Cidera

Gangguan penglihatan Pusing

Risiko Cidera Gangguan Persepsi Sensori Mual Nafsu makan Defisit


muntah menurun Nutrisi
GLAUKOMA Terapi Laser

Trabekulolasty Iridatomy9 Iridoplasty Ciliary Body Ablastion

Efek tindakan/ pengobatan Gangguan Citra


Rambut rontok, kulit kering, adanya massa di kulit Tubuh
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
golongan darah, alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
golongan darah, alamat, hubungan dengan klien.
2. Keluhan Utama.
Terjadi tekanan intra okuler meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri
hebat dikepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merh dan
bengkak.
a. Keluhan Utama Saat MRS
Data fokus yang dirasakan pada saat masuk rumah sakit
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Data fokus yang dirasakan pada saat pengkajian
3. Diagnosa Penyakit
Glaukoma
4. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat penyakit sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai
terjadi nyeri hebat dikepala, mulai muntah, penglihatan menurun,
mata merah dan bengkak
b. Riwayat penyakit terdahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebumnya atau tidak dan
apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita
sebelumnya
c. Riwaya penyakit keluarga
10
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis
vertikal atau horizontal memiliki peyakit yang serupa

5. POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai atau melihat dari pengetahuan klien
tentang penyakit yang diderita serta kemampuan klien dalam
merawat diri dan juga adanya perubahan dalam pemeliharaan
kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami
perubahan. Pada pola nutrisi dan metabolismenya. Walaupun
begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa banyak atau
dalam porsi, jenis minuman dan banyaknya jumlahnya.
b. Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasi tidak mengalami gangguan, akan
tetapi tetapi dikaji konsistensinya, banyaknya warna dan baunya.
c. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat kan menurun, klien akan gelisah atau sulit
tidur karena nyeri dan sakit hebat menjalar sampai kepala
d. Pola aktivitas
Dlam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan
klien mengalami penurunan

e. Pola persepsi konsep diri


Meliputi :
 Body image
 Self sistem
 Kekacauan identitas
 Rasa cemas tehadap penyakitnya
 Dampak psikologis klien dalam perubahan konsep diri

f. Pola sensori dan kognitif


 Pada klien ini akan menjadi atau akan mengalami gangguan
pada fungsi penglihatan dan pada kognitif tidak mengalami
gangguan.
 Penglihatan berawan atau kabur, tampak lingkaran cahaya
atau pelangi sekitar sinar, kehilangan prnglihatan perifer,
dan fotofobia (glaukoma akut)
 Perubahan kacamata atau perngobatan tidak memperbaiki
penglihatan

11
 Tanda : pupil menyempit dan merah atau mata keras dengan
kornea berawan dan peningkatan air mata
g. Pola hubungan dan peran
Bagaimana klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan
karena penyakit yang dideritanya.
h. Pola reprooduksi
Pola reproduksi tidak ada gangguan
i. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan
fungsi penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien
bisa tidak efektif
j. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan
6. Pemeriksaan Fisik (Fokus)
a) Keadaan umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya,
serta pemeriksaan TTV ( Tanda-tanda vital )
 Nadi :
 Tekanan darah :
 Suhu :
 Pernafasan :
 BB ( Berat Badan ) :
 TB ( Tinggi Badan ) :
b) Pemeriksaan kepala dan leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut klien, klien menyeringai nyeri
hebat dikepala, mata merah, edema kornea, mata terasa kabur
c) Pemeriksaan integumen
Meliputi warna kulit dan turgor kulit
d) Pemeriksaan sistem respirasi
Meliputi sistem frekuensi pernafasan bentuk dada, dan pergerakan
dada
e) Pemeriksaan kardiovaskuler
Meliputi irama dan suara jantung
f) Pemeriksaan sistem gastrointestinal
Pada klien dengan penyakit glaukoma ditandai dengan mual
muntah
g) Pemeriksaan sistem muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas
h) Pemeriksaan sistem endokrin

12
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem
endokrin
i) Pemeriksaan genitouria
Tidak ada disturia, retensi urin, inkontinesia urine
j) Pemeriksaan sistem pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena
terbatasnya lapang pandang

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) :
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan :
Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi :
Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi :
Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
e. Tes Provokatif :
Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:
Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED :
Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid:
Memastikan aterosklerosis.
i. Tes Toleransi Glukosa :
Menentukan adanya DM.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) D.0077 Nyeri akut b.d iskemia retina d.d mengeluh nyeri
2) D.0085 Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan
3) D.0136 Risiko cidera b.d gangguan penglihatan, lapang pandang
menurun

13
4) D.0080 Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d cemas
5) D.0111 Defisit pengetahuan tentang prosedur tindakan b.d kurang
terpapar informasi
6) D.0019 Defisit nutrisi b.d nafsu makan menurun
7) D.0083 Gangguan citra tubuh b.d efek tindakan/ pengobatan

14
3.3 Intervensi
No. Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. D.0077 L.14125 I.08238
Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
DEFINISI Luaran tambahan : Observasi
Pengalaman sensorik atau a. Fungsi gastrointestinal a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
emosional yang berkaitan dengan b. Kontrol nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
kerusakan jaringan aktual atau c. Mobilitas fisik b. Identifikasi skala nyeri
fungsional, dengan onset mendadak d. Penyembuhan luka c. Identifikasi respons nyeri non verbal
atau lambat dan berintensitas ringan e. Perfusi miokard d. Identifikasi factor yang memperberat dan
hingga berat yang berlangsung f. Perfusi perifer memperingan nyeri
kurang dari 3 bulan. g. Pola tidur e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
h. Status kenyamanan nyeri
PENYEBAB i. Tingkat cedera f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
a. Agen pencedera fisiologis Setelah dilakukan tindakan nyeri
(mis. Inflamasi, iskemia, keperawatan diharapkan tingkat nyeri g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
neoplasma) menurun dengan kriteria hasil : h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
b. Agen pencedera kimiawi (mis. a. Keluhan nyeri menurun sudah diberikan
Terbakar, bahan bakar iritan) b. Neringis menurun i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
c. Agen pencedera fisik (mis. c. Sikap protektif menurun Terapeutik
Abses, amputasi, terbakar, d. Gelisah menurun a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
terpotong, mengangkat berat, e. TTV dalam batas normal mengurangi rasa nyeri
prosedur operasi, trauma, f. Skala nyeri menurun atau b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
latihan fisik berlebihan) berkurang nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
Gejala dan Tanda Mayor d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
15
Subjektif pemilihan strategi meredakan nyeri
(tidak tersedia) Edukasi
Objektif a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
a. Tampak meringis b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
b. Bersikap protektif (mis. c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
waspada, posisi menghindari d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
nyeri) e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
c. Gelisah mengurangi rasa nyeri
d. Frekuensi nadi meningkat f. Kolaborasi
e. Sulit tidur g. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

Gejala dan Minor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. Tekanan darah meningkat
b. pola napas berubah
c. nafsu makan berubah
d. proses berpikir terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaforesis

Kondisi Klinis Terkait


a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi

16
d. Sindrom koroner akut
e. Glaukoma
2. D.0085 L.09083 I.08241
Gangguan persepsi sensori Persepsi sensori Minimalisasi Rangsangan
DEFINISI Luaran tambahan Observasi
Perubahan persepsi terhadap a. Fungsi sensori a. Periksa status mental, status sensori,, dan tingkat
stimulus baik internal maupun b. Orientasi kognitif kenyamanan
eksternal yang disertai dengan c. Proses informasi Terapeutik
respon yang berkurang, berlebihan d. Status neurologis a. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban
atau terdistorsi e. Status orientasi sensori
PENYEBAB Setelah dilakukan tindakan b. Batasi stimulus lingkungan
a. Gangguan penglihatan keperawatan diharapkan persepsi c. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
b. Ganggaun pendengaran sensori membaik dengan kriteria hasil d. Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu
c. Gangguan penghiduan : waktu, sesuai kebutuhan
d. Gangguan perabaan a. Verbalisasi melihat bayangan Edukasi
e. Hipoksia serebral meningkat a. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus
f. Penyalahgunaan zat b. Respon sesuai stimulus Kolaborasi
g. Usia lanjut membaik a. Kolaborasi dalam meminimalkan
h. Pemajanan toksin lingkungan prosedur/tindakan
b. Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
Gejala dan Tanda Mayor persepsi stimulus
Subjektif
a. Mendengar suara bisikan atau
melihat bayangan
b. Merasakan sesuatu melalui
indera perabaan, penciuman,
perabaan, atau pengecapan

17
Objektif
a. Distorsi sensori
b. Respons tidak sesuai
c. Bersikap seolah melihat,
mendengar, mengecap,
meraba, atau mencium sesuatu

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
a. Menyatakan kesal
Objektif
a. Menyendiri
b. Melamun
c. Konsentrasi buruk
d. Disorientasi waktu, tempat,
orang atau situasi
e. Curiga
f. melihat ke satu arah
g. Mondar-mandir
h. Bicara sendir

Kondisi Klinis Terkait


a. Glaukoma
b. Katarak
c. Gangguan refraksi (miopia,
hiperopia, astigmastisma,
presbipio)

18
d. Trauma okuler
e. Trauma pada saraf kranalis II,
III, IV akibat stroke, aneurisma
intrakranial, trauma/tumor
otak)
f. Infeksi okuler
g. Presnikusis
h. Malfungsi alat bantu dengar
i. Delerium
j. Demensia
k. Gangguan amnestik
l. penyakit terminal
m. Gangguan psikotik
3. D.0136 L.14136 I.14537
Risiko cedera Tingkat Cedera Pencegahan Cidera
DEFINISI Luaran tambahan Observasi
Berisiko mengalami bahaya atau a. Fungsi sensori a. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
kerusakan fisik yang menyebabkan b. Keseimbangan menyebabkan cedera
seseorang tidak lagi sepenuhnya c. Koordinasi pergerakan b. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
sehat atau dalam kondisi baik d. Mobilitas cedera
FAKTOR RISIKO e. Tingkat jatuh c. Identifikasi kesuaian alas kaki atau stocking
Eksternal Setelah dilakukan tindakan elastis pada ekstermitas bawah
a. Terpapar patogen keperawatan diharapkan tingkat Terapeutik
b. Terpapar zat kimia toksik cedera menurun dengan kriteria a. Sediakan pencahayaan yang memadai
c. Terpapar agen nosokomial hasil : b. Gunakan lampu tidur selama tidur
d. Ketidaknyamanan Transportasi a. Toleransi aktivitas meingkat c. Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
Internal b. Kejadian cedera menurun lingkungan ruang rawat

19
a. Ketidaknormalan profil darah c. Ekspresi wajah kesakitan d. Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami
b. Perubahan orientasi afektif menurun cedera serius
c. Perubahan sensasi d. Gangguan mobilitas meurun e. Sediakan alas kaki antislip
d. Disfungsi autoimun e. TTV membaik f. Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di
e. Disfungsi biokimia tempat tidur
f. Hipoksia jaringan g. Pastikan bel panggilan atau telepon mudah
g. Kegagalan mekanisme dijangkau
pertahanan tubuh h. Pertahankan posisi tempat tidur diposisi
h. Malnutrisi terendah saat digunakan
i. Perubahan fungsi psikomotor i. Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam
j. Perubahan fungsi kognitif kondisi terkunci
j. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
Kondisi Klinis Terkait kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan
a. Kejang k. Pertimbangkan penggunaan alam elektronik
b. Sinkop pribadi atau alam sensor pada tempat tidur atau
c. Vertigo kursi
d. Gangguan penglihatan l. Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik
e. Gangguan pendengaran yang diperlukan
f. Penyakit parkinson m. Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang
g. Hipotensi sesuai
h. Kelainan nervus vestibularis n. Diskusikan bersama anggota keluarga yang
i. Retardasi mental dapat mendampingi pasien
o. Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
a. Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga

20
b. Anjurkan berganti posisi seacara perlahan dan
duduk selama beberapa menit sebelum berdiri

4. D.0080 L.09093 I.09314


Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
DEFINISI Luaran tambahan Observasi
Kondisi emosi dam pengalaman a. Dukungan sosial a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
subyektif individu terhadap objek b. Harga diri b. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
yang tidak jelas dan spesifik akibat c. Kesadaran diri c. Monitor tanda-tanda ansietas
antisipasi bahaya yang d. Kontrol diri Terapeutik
memungkinkan individu melakukan e. Proses informasi a. Ciptakan suasana terapeutik untuk
tindakan untuk menghadapi f. Tingkat pengetahuan menumbuhkan kepercayaan
ancaman Setelah dilakukan tindakan b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
PENYEBAB keperawatan diharapkan tingkat c. Pahami situasi yang membuat ansietas
a. Krisis situasional. ansietas menurun dengan kriteria d. Dengarkan dengan penuh perhatian
b. Kebutuhan tidak terpenuhi. hasil : e. Gunakan pendekatan yang tenang dan
c. Krisis maturasional. a. Verbalisasi khawatir akibat menyakinkan
d. Ancaman terhadap konsep diri. kondisi yang dihadapi menurun f. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
e. Ancaman terhadap kematian. b. Perilaku gelisah meurun kenyamanan
f. Kekhawatiran mengalami c. Perilaku tegang meurun g. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kegagalan. d. Keluhan pusing meurun kecemasan
g. Disfungsi sistem keluarga. e. TTV dalam batas normal h. Diskusikan perencanaan realistis tentang
h. Hubungan orang tua-anak f. Kontak mata membaik peristiwa yang akan datang
tidak memuaskan. Edukasi
i. Faktor keturunan (temperamen a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mudah teragitasi sejak lahir) mungkin dialami
j. Penyalahgunaan zat. b. Informasikan secara factual mengeni diagnosis,

21
k. Terpapar bahaya lingkungan pengobatan, dan prognosis
(mis. toksin, polutan, dan lain- c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,
lain). jika perlu
l. Kurang terpapar informasi. d. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
Gejala dan Tanda Mayor. e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
Subjektif. persepsi
a. Merasa bingung. f. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
b. Merasa khawatir dengan ketegangan
akibat. g. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
c. Sulit berkonsenstrasi. yang tepat
Objektif. h. Latih teknik relaksasi
a. Tampak gelisah. Kolaborasi
b. Tampak tegang. a. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
c. Sulit tidur perlu

Gejala dan Tanda Minor.


Subjektif.
a. Mengeluh pusing.
b. Anoreksia.
c. Palpitasi.
d. Merasa tidak berdaya.
Objektif.
a. Frekuensi napas meningkat.
b. Frekuensi nadi meningkat.
c. Tekanan darah meningkat.
d. Diaforesis.

22
e. Tremos.
f. Muka tampak pucat.
g. Suara bergetar.
h. Kontak mata buruk.
i. Sering berkemih.
j. Berorientasi pada masa lalu.

Kondisi Klinis Terkait.


a. Penyakit Kronis.
b. Penyakit akut
c. Hospitalisasi
d. Rencana opersai
e. Kondisi diagnosis penyakit
belum jelas
f. Penyakit neurologis
g. Tahap tumbuh kembang
5. D.0111 L.12111 I.12383
Defisit pengetahuan tentang Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
prosedur tindakan Luaran tambahan Observasi
DEFINISI a. Memori a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Ketiadaan atau kurangnya informasi b. Motivasi informasi
kognitif yang berkaitan dengan c. Proses informasi b. Identifikasi factor-faktor yang dapat
topik tertentu d. Tingkat agitasi meningkatkan dan menurunkan motivasi
PENYEBAB e. Tingkat kepatuhan perilaku hidup bersih dan sehat
a. Keteratasan kognitif Setelah dilakukan tindakan Terapeutik
b. Gangguan fungsi kognitif keperawatan diharapkan tingkat a. Sediakan materi dan media pendidikan
c. Kekeliruan megikuti anjuran pengetahuan membaik dengan kesehatan

23
d. Kurang terpapar informasi kriteria hasil : b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
e. Kurang minat dalam belajar a. Perilaku sesuai anjuran kesepakatan
f. Kurang mampu mengingat meningkat c. Berikan kesempatan untuk bertanya
g. Ketidaktahuan menemukan b. Verbalisasi minat dalam Edukasi
sumber informasi belajar meingkat a. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi
c. Perilaku sesuai dengan kesehatan
Gejala dan Tanda Mayor pengetahuan b. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Subjektif d. Pertanyaan tentang masalah c. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
(tidak tersedia) yang dihadapi menurun meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
Objektif
a. Menunjukan perilaku tidak
sesuai anjuran
b. Menunjikan presepsi yang
keliru terhadap masalah

Gejala dan Tanda Minor


a. Menjalani pemeriksaan yang
tepat
b. Menunjikan perilaku
berlebihan (mis. apatis,
bermusuhan, agitasi,histeria)

Kondisi Klinis terkait


a. Kondisi klinis yang baru
dihadapi oleh klien
b. Penyakit akut
c. Penyakit kronis

24
Keterangan
Diagnosis ini dispesifikasi
bedasarkan topik tertentu,yaitu:
Prosedur tindakan

6. D.0019 L.05045 I.03119


Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
DEFINISI Luaran tambahan Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk a. Berat badan a. Identifikasi status nutrisi
memenuhi kebutuhan metabolisme b. Eliminasi fekal b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
PENYEBAB c. Fungsi Gastrointestinal c. Identifikasi makanan yang disukai
a. Ketidakmampuan menelan d. Nafsu Makan d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
makanan e. Perilaku meningkatkan Berat e. Identifikasi perlunya penggunaan selang
b. Ketidakmampuan mencerna Badan nasogastric
makanan f. Status Menelan f. Monitor asupan makanan
c. Ketidakmampuan g. Tingkat Depresi g. Monitor berat badan
mengabsorbsi nutrien h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
d. Peningkatan kebutuhan Tingkat Nyeri Terapeutik
metabolisme Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
e. Faktor ekonomi (mis, finansial keperawatan diharapkan status nutrisi b. Fasilitasi menentukan pedoman diet
tidak mencukupi) membaik dengan kriteria hasil : c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
f. Faktor psikologis (mis, stres, a. Porsi makan yang dihabiskan sesuai
keengganan untuk makan) meningkat d. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
b. Verbalisasi keinginan untuk konstipasi
Gejala dan Tanda Mayor meningkatkan nutrisi e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
Subjektif meningkat protein

25
(tidak tersedia) c. Berat badan membaik f. Berikan suplemen makanan jika perlu
Objektif d. Frekuensi makan membaik g. Hentikan pemberian makan melalui selang
a. Berat badan menurun minimal e. Nafsu makan membaik nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
10% di bawah rentang ideal Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk jika mampu
Gejala dan Tanda Minor b. Ajarkan diet yang diprogramkan
Subjektif Kolaborasi
a. Cepat kenyang setelah makan a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
b. Kram/nyeri abdomen b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
c. Nafsu makan menurun jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
Objektif jika perlu
a. Bising usus hiperaktif
b. Otot pengunyah lemah
c. Otot menelan lemah
d. Membran mukosa pucat
e. Sariawan
f. Serum albumin turun
g. Rambut rontok berlebihan
h. Diare

Kondisi Klinis terkait


a. Stroke
b. Parkinson
c. Mobius syndrome
d. Celebral palsy
e. Cleft lip
f. Cleft palate

26
g. Amyotropic lateral sclerosis
h. Kerusakan neuromuskular
i. Luka bakar
j. Kanker
k. Infeksi
l. AIDS
m. Penyakit Crohn’s
n. Enterokolitis
o. Fibrosis kistik
7. D.0083 L.09067 I.09305
Gangguan citra tubuh Citra Tubuh Promosi Citra Tubuh
DEFINISI Luaran Tambahan Observasi
Perubahan persepsi tentang a. Berat badan a. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan
penampilan, struktur dan fungsi b. Harga diri tahap perkembangan
fisik individu c. Identitas diri b. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan
PENYEBAB d. Identitas seksual umur terkait citra tubuh
a. Perubahan struktur/bentuk e. Kesadaran diri c. Identifikasi perubahan citra tubuh yang
tubuh f. Status koping mengakibatkan isolasi social
b. Perubahan fungsi tubuh g. Tingkat agitasi d. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap
c. Perubahan fungsi kognitif Setelah dilakukan tindakan diri sendiri
d. Ketidaksesuaian budaya, keperawatan diharapkan gangguan e. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian
keyakinan atau sistem nilai citra tubuh meningkat dengan kriteria tubuh yang berubah
e. Transisi perkembangan hasil : Terapeutik
f. Gangguan psikososial a. Melihat bagian tubuh a. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
g. Efek tindakan/pengobatan membaik b. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap
b. Menyembunyikan bagian harga diri
Gejala dan Tanda Mayor tubuh membaik c. Diskusikan perubahan akibat pubertas,

27
Subjektif c. Verbalisasi perasaan negatif kehamilan dan penuaan
a. Mengungkapkan tentang perubahan tubuh d. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi
kekacauan/kehilangan bagian menurun citra tubuh
tubuh d. Hubungan social membaik e. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra
Objektif tubuh seacara realistis
a. Kehilangan bagian tubuh f. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang
b. Fungsi/struktur tubuh perubahan citra tubuh
berubah/hilang Edukasi
a. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan
Gejala dan Tanda Minor perubahan citra tubuh
Subjektif b. Anjurkan menggunakan alat bantu
a. Tidak mau mengungkapkan c. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
kecacatan/kehilangan bagian d. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
tubuh e. Latih peningkatan penampilan diri
b. Mengungkapkan perasaan f. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada
negatif tentang perubahan orang lain maupun kelompok
tubuh
c. Mengungkapkan kekhawatiran
pada penolakan/reaksi orang
lain
d. Mengungkapkan perubahan
gaya hidup
Objektif
a. Menyembunyikan/menunjukan
bagian tubuh secara berlebihan
b. Menghindari melihat dan/atau
menyentuh bagian tubuh

28
c. Fokus berlebihan perubahan
tubuh
d. Respon nonverbal pada
perubahan dan presepsi tubuh
e. Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu
f. Hubungan sosial berubah

Kondisi Klinis Terkait


a. Mastektomi
b. Amputasi
c. Jerawat
d. Parut atau luka bakar yang
terlihat
e. Obesitas
f. Hiperpigmentasi pada
kehamilan
g. Gangguan psikiatrik
h. Program terapi neoplasma
i. Alopecia chemically induced

29
3.4 Implementasi
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah
disusun dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan
dua intervensi yaitu mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner.
Tujuan dari implementasi antara lain adalah : melakukan, membantu
dan mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan
asuhan keperawatan untuk mecapai tujuan yang berpusat pada klien,
mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan
perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien (Asmadi, 2008).

3.5 Evaluasi
Evaluasi menggunakan format S.O.A.P, yaitu :
S : Data subjektif : yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya
terhadap data tersebut.
O : Data objektif : yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat,
termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan denganpenyakit
pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga
kesehatan).
A: Analisis : yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan data
objektif.
P: Perencanaan : yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang
untuk mencapai status kesehatan klien yang optimal. (Hutahaen, 2010).
Adapun ukuran pencapaian tujuan tahap evaluasi dalamkeperawatan
meliputi:
1. Masalah teratasi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
2. Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukkan perubahan sebagian
dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi, jika klien tidak menunjukkan perubahan
dankemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa
keperawatan baru.

30
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan Glaukoma adalah suatu rangkaian kelainan yang ditandai
penggaungan saraf optic, ada efek lapangan pandang, tekanan intraokuler
yang tinggi yang bisa merusak mata. Glaukoma merupakan salah satu
penyebab yang paling sering dari kebutaan. 23 Penyakit mata dimana
tekanan intraokuler menjadi sangat patologik, kadang -kadang
meningkatkan cara cepat sampai 60 dan 70 mmHg. Tekanan ini meningkat
di atas 20 sampai 30 mmHg dapat menyebabkan hilangnya penglihatan bila
dibiarkan selama jangka waktu lama.
4.2 Saran
Salam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya
juga, untuk itu  penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran
kepada para pembaca. Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan
agar para pembaca bisa memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga
dapat bermanfaat bagi semuanya dan agar lebih dapat mengaplikasikan
dalam merawat pasien dan mampu dalam pembuatan asuhan keperawatan
yang tepat yang  banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari
keluarga, kerabat sampai teman pasien. Saya harapkan dari para pembaca
kritik dan sarannya yang bersifat membangun, sehingga Asuhan
Keperawatan dengan glaukoma ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca.

31
DAFTAR PUSTAKA
Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-
bedah. Jakarta: EGC, 2010.

Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat


0,5% pada glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2012-2014. Manado: Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi; 2016.

Sjamsu Budiono..(et al.). 2013. Buku ajar Ilmu Kesehatan Mata/editor: Surabaya :
Airlangga University Press (AUP).

Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi


timolol maleat dan dorsalamid pasien glaukoma. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2014

Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta: EGC.


1999.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik. Tim Pokja SDKI DPP P PNI.

SLKI 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.

SIKI 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Tim Pkja SIKI DPP PPNI

32
33

Anda mungkin juga menyukai