Anda di halaman 1dari 3

Pada tahun 2020 tahun lalu masyarakat dunia dikagetkan dengan adanya wabah penyakit pneumonia baru yang

berasal dari negara Wuhan


Cina yang akhirnya menyebar dengan cepat ke 190 negara lebih yang ada didunia. Wabah tersebut bernama corona virus disease 2019 atau biasa
disebut COVID 19 yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Penyebaran penyakit tersebut
memunculkan dampak secara luas yang berpengaruh pada sosial dan ekonomi. Pada seputar penyakit ini masih banyak kontroversi termasuk
dalam , tata laksana, aspek penegakkan diagnosis, dan juga pencegahan.

Pada tanggal 11 Maret 2020 Pandemi Covid-19 ini pertama kali diumumkan karena sudah menyebar diberbagai negara yang menandakan
bahwa virus ini sudah memaparkan populasi yang besar di berbagai negara di dunia ini. Update pada tanggal 25 Maret 2020 yang sudah mencapai
175 negara dengan angka penularan sebanyak 425.493 kasus. Menurut jurnal kesehatan masyarakat indonesia ini, china masih menempati posisi
tertinggi kasus corona viruse disease 2019 dan juga kasus kesembuhannya pun tinggi. pada 2 maret 2020 ada 2 kasus corona viruse disease di
Indonesia lalu beberapa minggu kemudian menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia sampai saat ini.

Corona virus Deseas 2019 disebabkan oleh virus Sars-CoV-2 yang bisa menyebabkan penyakit ringan hingga berat. Diantara jenis virus corona
yang dapat timbul penyakit adalah SARS dan MERS. Virus corona termasuk penyakit yang belum pernah terjadi pada manusia. Ada penelitian yang
menyebutkan bahwa virus SARS ditularkan dari hewan ke manusia kemudian virus MERS ditularkan dari hewan unta ke manusia. Pada penyakit
Covid-19 ini hewan yang jadi sumber penularannya masih belum diketahui. Seseorang yang terinfeksi virus Covid-19 akan mengalami gejala umum
seperti gangguan pernafasan akut seperti halnya demam,batuk yang disertai sesak nafas.

Pada kasus virus corona gejala gangguan pernapasan pada penderita COVID-19 juga menunjukkan manifestasi neurologis. Yang diketahui dari
meningkatnya jumlah laporan pasien COVID-19 dengan masalah neurologis, selain itu yang membuktikan adanya neuroinvasion adalah model
eksperimental yang muncul, yang akhirnya membawa kekhawatiran masuk akal bahwa SARS-CoV-2 menjadi neuropatogenik baru yang masih kurang
terdiagnosis. Sehingga dapat menyebabkan masalah neurologis kronis dan akut dan memungkinkan penargetan hasil buruk pada pusat
kardiorespirasi meduler berkontribusi yang diamati masih belum jelas. Menjelajahi dari manifestasi neurologis COVID-19 yaitu sebagai langkah untuk
mencegah penyebaran lebih lanjut, lebih memahami virus, dan merawat pasien yang terkena virus corona ini.
Faktor risiko penyebab diantaranya adalah diabetes mellitus dan penyakit komorbid hipertensi, perokok aktif dan pada laki-laki adalah juga
faktor terjadinya infeksi SARS-CoV. Distribusi yang paling banyak pada laki-laki yang diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi.
Pada orang yang hipertensi, DM, dan perokok juga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2. Pasien kanker dan penyakit hati kronik juga lebih rentan
terhadap infeksi SARS-CoV-2 karena pada pasien yang mengalami penyakit tersebut terjadi penurunan respons imun sehingga mengalami luaran
yang sangat besar.

Untuk alur penularan Virus corona yaitu dengan cara zoonosis, Jadi menurut penelitian virus itu berasal dari hewan yang akhirnya ditularkan
ke manusia. Pada virus corona masih belum diketahui dengan pasti bagaiamana proses penularannya yang terjadi dari hewan ke manusia. Pada
Perkembangan data berikutnya bahwa penularan virus tersebut antar manusia bisa dengan melewati droplet cairan dan setelah kontak langsung
dengan droplet cairan manusia yang terkena virus corona tersebut. Sehingga perlu diwaspadai penularan kepada petugas tenaga kesehatan selama
merawat pasien COVID-19. Bahkan dikatakan penularan bisa terjadi pada saat kasus masih dalam masa inkubasi atau indeks belum mengalami
gejala (asimtomatik). Pada umumnya penularan dapat terjadi melalui droplet sehingga virus akhirnya masuk di dalam mukosa-mukosa yang terbuka.
Dan untuk masa inkubasi dan durasi antara gejala dengan pasien yang diisolasi kurang lebih selama 3 hingga 14 hari.

Berikut klasifikasi dari definisi infeksi COVID-19 diantaranya ada Suspect case yaitu Pasien yang mengalami gangguan pernafasan dan setelah
kontak dengan pasien yang terkonfirm COVID-19 pada waktu 14 hari terakhir sebelum onset, kemudian yang ke dua ada Probable Case yaitu Kasus
yang diketahui hasil dari tes COVID-19 yaitu inkonklusif atau Kasus yang diketahui dari hasil tesnya tidak bisa dilakukan karena alasan apapun. Yang
terakhir Kasus terkonfirm adalah pasien dengan diketahui hasil dari pemeriksaan lab infeksi COVID19 adalah positif, yang memungkinkan ada atau
tidak nya gejala yang muncul dan tanda-tanda klinisnya.

Dampak yang terjadi dari virus corona tersebut tidak hanya mempengaruhi kesehatan masyarakat tetapi juga sangat mempengaruhi
perekonomian negara menjadi negatif. Saat ini perekonomian dunia mengalami tekanan yang sangat berat karena adanya virus tersebut.
Penyebaran COVID-19 yang semakin meluas akan mengakibatkan jatuhnya perekonomian Asia juga menjadi lama. Dari dampak adanya virus corona
tersebut juga mengancaman krisis ekonomi global. Untuk perekonomian global pada tahun 2020 tidak dapat diukur hanya dengan sebatas lingkup
ekonomi itu saja karena dalam mengurangi penyebaran dari virus dan dampak negatif dari ekonomi lainnya perlu untuk dipertimbangkan dalam
dalam memberikan bantuan cadangan atau dana talangan untuk mempersiapkan ketidakstabilan ekonomi yang sumbernya tidak bisa di prediksi lagi.
Dan juga perlunya untuk menstimulus dalam menangani kejadian virus corona dengan mempertimbangkan asek social masyarakat yang terdampak
dari virus tersebut.

Adapun untuk pencegahan utama yaitu dengan membatasi pertemuan atau kerumunan dengan orang yang berisiko sampai masa inkubasi
habis. Selain itu juga dengan meningkatkan imun atau daya tahan tubuh melalui asupan makanan sehat dan bergizi, Selalu memakai masker
dimanapun kita berada, tidak lupa untuk meperbanyak cuci tangan, , melaksanakan olah raga dengan teratur, istirahat dengan cukup, dan makan
makanan yang higienis dan yang terakhir jika sakit sebaiknya berobat ke RS rujukan untuk dievakuasi lebih lanjut.

Sampai saat ini untuk pencegahan primer masih belum ada Vaksinasi yang menyeluruh. Untuk pencegahan sekunder yaitu dengan
menghentikan proses perkembangbiakan virus, agar pasien tidak dapat menjadi sumber infeksi. Selain itu pencegahan yang sangat dianjurkan yaitu
berhenti merokok untuk mencegah kelainan pada paru-paru. Pada petugas kesehatan untuk melakukan pencegahan terpaparnya virus corona juga
harus memperhatikan penempatan pasien yang di rawat di ruang khusus isolasi. Untuk menghindari terpaparnya terhadap petugas tenaga kesehatan
sebaiknya dimulai dari pintu pertama pasien termasuk triase dan harus mengatur alur pasien yang masuk dan keluar. Tenaga kesehatan yang
bertugas juga perlu memakai APD yang safety guna menghindari terjadinya penularan penyakit dari pasien yang mengalami infeksi COVID-19.
Kewaspadaan standar ini harus dilakukan secara rutin dengan memakai APD yang lengkap diantaranya yaitu masker (N95) masker untuk tenaga
kesehatan, face shield atau kaca mata, hands coon atau srung tangan dan gaun panjang (gown).

Anda mungkin juga menyukai