Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NAPZA

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Jiwa 2

Dosen Pengampu Ririn Nasriati,S.Kep., Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3/6B

Nama NIM
Imaniar Dwi Alda 18631716
Viseis Nandi Sutomo 18631708
Irvrilia Rahma 18631705
Fitriana Lailatul Maruroh 18631691
Fay Hurin’In Zakiya 18631641

PRODI SI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2021

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................. 4
2.1 Konsep Penyakit .......................................................................... 4
2.1.1 Definisi ..................................................................................... 4
2.1.2 Jenis – Jenis NAPZA ................................................................ 5
2.1.3 Rentan Respon .......................................................................... 7
2.1.4 Tanda Dan Gejala ..................................................................... 9
2.1.5 Proses Terjdinya Masalah ........................................................ 10

2.1.6 Pohon Masalah ........................................................................ 12

2.1.7 Penatalaksanaan ........................................................................ 12


2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................... 15
2.2.1 Pengkajian ................................................................................ 15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI) ................................................ 18

2.2.3 Intervensi .................................................................................. 19

2.2.4 Evaluasi..................................................................................... 22

BAB 3 PENUTUP ............................................................................ 25

3.1 Kesimpulan .................................................................................. 25

3.2 Saran ............................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 26

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, serta taufik
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ririn Nasriati,S.Kep.,
Ns.,M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan jiwa 2 yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Karena kami menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Dan dari harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi dan sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata.

Ponorogo, 24 Mei 2021

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif.Jenis narkotika diantaranya heroin, opium, ganja (marijuana),
morfin, kokain. Jenis psikotropika diantaranya ekstasi, sabu, amfetamin, pil
koplo. Sedangkan jenis zat adiktif lainnya alkohol, inhalans ( lem, tinner,
bensin, penghapus cat kuku), tembakau dan kafein. (BNN, 2008)
Penyalahgunaan napza adalah pemakaian obat secara terus-menerus
atau sekali- kali secara berlebihan, serta tidak menurut petunjuk dokter.
Dampak dari penyalahgunaan NAPZA sangat luas, tidak saja terhadap
kesehatan fisik dan mental penyalahguna NAPZA, akan tetapi juga
berdampak pada ketenangan kehidupan dalam keluarga, meresahkan
masyarakat, dan terjadinya pelanggaraan hukum (BNN, 2008)
Ketergantungan NAPZA merupakan penyakit endemik dalam
masyarakat modern, penyakit kronik yang berulangkali kambuh dan
merupakan proses gangguan mental adiktif. Apabila NAPZA dikonsumsi
dengan cara ditelan, diminum, dihisap, dihirup, di hidu dan melalui suntikan
maka NAPZA melalui peredaran darah sampai pada susunan saraf pusat
(otak) yang mengganggu sistem neuro-transmitter sel-sel saraf otak. Akibat
gangguan pada system neuro-transmitter itu terjadilah Gangguan Mental
dan Perilaku akibat NAPZA. ( Hawari , 2006)
Menurut Husin (2010) yang di kutip dari Media Komunikasi BNN
(2010) menyatakan bahwa narkoba berasal dari berbagai zat kimiawi alami,
semisintesis, dan sintesis yang memiliki reseptor pada jaringan saraf otak.
Dimana akibat pemakaian NAPZA dalam jangka panjang dan terus menerus
akan berdampak pada fisik diantaranya kerusakan sistem syaraf pusat,
melemahkan jantung, gagal ginjal, kerusakan di hati, terjangkitnya hepatitis,
terinfeksi HIV-AIDS, hingga menyebabkan kematian (over dosis).
(BNN,2006)
Menurut Wahyuningsih (2011), penggunaan ganja secara terus
menerus tidak hanya membuat orang kecanduan tetapi juga merusak

1
otak dan tubuh. Studi terbaru

menemukan bahwa kerusakan otak akibat ganja sama dengan


kerusakan pada rang dengan skizofrenia (gangguan jiwa). Studi terbaru
yang dilakukan peneliti Inggris menemukan bahwa marijuana alias ganja
dapat menyebabkan gangguan konsentrasi dan memori yang serupa dengan
yang terjadi pada orang dengan skizofrenia. Hal ini juga di buktikan dalam
penelitian yang menyebut bahwa pada umumnya pasien gangguan jiwa
skizofrenia sebelumnya memakai ganja terlebut dahulu. Begitu juga bila
seseorang dalam mengkonsumsi NAPZA jenis kokain itu berlebihan
(overdosis/intoksikasi) ia akan mengalami gejala-gejala gangguan jiwa
seperti halusinasi dan delusi.
Seseorang yang sudah menjadi pecandu narkoba, biasanya sulit
melepaskannya, karena zat terlarang ini memberikan efek menyakitkan bagi
para pecandu yang mencoba melepaskannya. Gejala putus NAPZA ini akan
memaksa seseorang untuk mengulangi pemakaian NAPZA tersebut, hingga
mereka menjadi seorang yang ketergantungan zat. Mereka akan melakukan
apapun untuk mendapatkan narkoba ketika sakaw, diantaranya mencuri,
melukai orang lain, bahkan rela menyerahkan kehormatannya. (DepKes,
2006)
Adapun faktor yang menjadi penyebab terjadinya penyalahgunaan
napza menurut Hawari (2006) mengemukakan ada beberapa faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba diantaranya faktor
kepribadian, kecemasan dan depresi, faktor keluarga, faktor kelompok
teman sebaya (peer group), faktor keberadaan NAPZA, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat. Seseorang dapat menjadi pecandu karena
disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus atau secara bersamaan. Karena
ada juga faktor yang muncul secara beruntun akibat dari satu faktor tertentu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut "Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pecandu
napza"

2
1.3 TUJUAN
 Tujuan umum

Dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan pada


pecandu napza
 Tujuan khusus
a) Mendeskripsikan diagnosa keperawatan
b) Mendeskripsikan hasil rencana keperawatan
c) Mendeskripsikan hasil pemberian tindakan keperawatan
d) Mendeskripsikan evaluasi keperawatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penykait


2.1.1 Definisi
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/ zat/ obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak/ susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA adalah
penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala
atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan
kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial (Azmiyati, 2014).
Penyalahgunaan NAPZA sangat memberikan efek yang tidak baik
dimana bias mengakibatkan adiksi (ketagihan) yang berakibat pada
ketergantungan. Menurut Hawari, hal tersebut terjadi karena sifat-sifat
narkoba yang menyebabkan (Azmiyati, SR, 2014):
a. Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire)
terhadap zat yang dimaksud dan kalau perlu dengan jalan apapun
untuk memperolehnya
b. Kecendrungan untuk menambahkan takaran atau dosis dengan
toleransi tubuh.
c. Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat
dihentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan, seperti
kegelisahan, kecemasan, depresi, dan sejenisnya.
d. Ketergantungan fisik yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan
menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus obat
(withdrawal symptoms).
Penyalahgunaan NAPZA biasa didasari atas beberapa hal yang
menyebabkan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA. Pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar. Pertama,

4
sebab-sebab yang berasal dari faktor individu seperti pengetahuan,
sikap, kepribadian, jeins kelamin, usia, dorongan kenikmatan,
perasaan ingin tahu, dan untuk memecahkan persoalan yang sedang
dihadapi. Kelompok kedua berasal dari lingkungannya seperti
pekerjaan, ketidakharmonisan keluarga, kelas sosial ekonomi, dan
tekanan kelompok (Badri M, 2013).
2.1.2 Jenis
Jenis-jenis NAPZA menurut Eko (2014), jenis-jenis NAPZA meliputi:
a. Heroin : serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau
menekan nyeri dan juga depressan SSP.
b. Kokain : diolah dari pohon Coca yang punya sifat halusinogenik.
c. Putau : golongan heroin
d. Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berasal dari
daun Cannabis yang dikeringkan, konsumsi dengan cara dihisap
seperti rokok tetapi menggunakan hidung.
e. Shabu-shabu : kristal yang berisi methamphetamine, dikonsumsi
dengan menggunakan alat khusus yang disebut Bong kemudian
dibakar.
f. Ekstasi : methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet
atau kapsul, mampu meningkatkan ketahanan seseorang
(disalahgunakan untuk aktivitas hiburan di malam hari).
g. Diazepam, Nipam, Megadon : obat yang jika dikonsumsi secara
berlebih menimbulkan efek halusinogenik.
h. Alkohol : minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan
atanol, dengan kadar diatas 40% mampu menyebabkan depresi
susunan saraf pusat, dalam kadar tinggi bisa memicu Sirosis
hepatic, hepatitis alkoholik maupun gangguan system
persyarafan.

NAPZA terbagi menjadi tiga jenis dan terbagi menjadi beberapa


kelopok :

1. Narkotika

5
Narkotika zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya
rasa. Zat ini dapat mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri
yang dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki
daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga
memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak akan dapat lepas dari
“cengkraman”-nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika
dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I,
golongan II, dan golongan III.
a) Narkotika golongan I adalah : narkotika yang paling
berbahaya Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak
dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk
penelitian atau ilmu pengetahuan. Contohnya ganja, heroin,
kokain, morfin, opium, dan lain-lain.
b) Narkotika golongan II adalah : narkotika memiliki daya
adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan, penelitian.
c) Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki
daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah kodein dan turunannya.
2. Psikotropika

Psikotropika merupakan zat atau obat bukan narkotika, baik


alamiah ataupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif yang
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang akan
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal serta
perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter
untuk mengobati seseorang yang mengalami gangguan jiwa
(psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika

6
dapat dikelompokkan ke dalam empat golongan, yaitu :
a) Golongan I adalah : psikotropika dengan daya adiktif sangat
kuatsehingga belum diketahui manfaatnya bagi pengobatan,
dan sedang diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA,
ekstasi, LSD, dan STP.
b) Golongan II adalah : psikotropika daya adiktif kuat serta
berguna untuk pengobatan serta penelitian. Contohnya adalah
amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
c) Golongan III adalah : psikotropika dengan daya adiksi sedang
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam, dsb.
d) Golongan IV adalah : psikotropika yang telah memiliki daya
adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah nitrazepam (BK, mogadon, dumolid),
diazepam, dan lain-lain.
3. Bahan adiktif

Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan


psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan.
1) Rokok
2) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan
3) Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair,
aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium
dapat memabukkanSehingga alkohol, rokok, serta zat-zat lain
yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga
tergolong NAPZA (Partodiharjo, 2008)

2.1.3 Rentan Respon


Rentan Respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai
dengan yang berat. Indikator dari rentan respon berdasarkan perilaku
yang ditampakkan oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat
adiktif.

7
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan Ketergantungan

Gambar Rentang Respon Penyalahgunaan NAPZA (Prabowo, E. 2014)

1. Eksperimental adalah kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan


rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman yang baru, atau sering
dikatakan taraf coba-coba
2. Rekreasional ialah mengunakan zat adiktif saat berkumpul bersama-sama
dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk rekreasi bersama teman
sebaya
3. Situasional, ialah orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu
secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri,
seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan diri atau
mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat
sedang konflik, stress, frustasi
4. Penyalahgunaan ialah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah
mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1
bulan, dan terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam
peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan
5. Ketergantungan zat adiktif ialah penggunaan zat yang cukup berat, telah
terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai
oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat. Yang dimaksud sidroma
putus zat adalah suau kondisi dimana orang yang biasa menggunakan
secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan
jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala
pemutusan zat.

8
2.1.4 Proses Terjadinya Masalah
Menurut Farida dan Yudi (2010) proses terjadinya masalah adalah :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor biologis
a) Keluarga : terutama orang tua yang menyalahgunakan
napza
b) Metabolik : perubahan metabolisme alkohol yang
megakibatkan respons fisiologis
c) Infeksi pada otak: gejala sisa dari ensefalitis, meningitis
d) Penyakit Kronis : Kanker, asma, dan lain-lain
2) Faktor Psikologis
a) Tipe kepribadian : dependen, ansietas, depresi, psikopat
b) Harga diri rendah akibat penganiayaan masa anak-anak
c) Disfungsi keluarga : keluarga tidak stabil, role model
negatif, orang tua pengguna
d) Individu yang mempunyai prasaan tidak aman
e) Cara pemecahan masalah yang menyimpang
f) Individu dengan krisis identitas
g) Permusuhan dengan orang tua
3) Faktor Sosial Kultural
a) Sikap masyarakat yang ambivalen tentang penggunaan
zat
b) Norma kebudayaan : menggunakan halusinogen atau
alkohol untuk upacara adat
c) Lingkungan : diskotik, mall, lokalisasi, lingkungan
rumah kumuh dan padat
d) Kontrol masyarakat kurang terhadap pengguna napza
e) Kehidupan agama yang kurang
f) Perilaku tidak kriminal pada usia dini
b. Faktor Prespitasi
1) Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya
sebagai pengakuan

9
2) Reaksi sebagai prinsip kesenangan : menghindari rasa sakit,
relaks agar menikmati hubungan interpersonal
3) Kehilangan sesuatu yang bearti: rumah, sekolah, kelompo
teman sebaya
4) Dampak kompleksitas era globalisasi : film/iklan, transportasi
lancar

2.1.5 Tanda dan Gejala


Menurut Eko (2014) tanda dan gejala dapat dilihat sebagai berikut:
a. Tingkah laku pasien pengguna zat sedati hipnotik
1) Menurunnya sifat menahan diri
2) Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
3) Bicara cadel, bertele-tele
4) Sering datang ke dokter untuk minta resep
5) Kurang perhatian
6) Sangat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap
bermusuhan
7) Gangguan dalam daya pertimbangan
8) Dlam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma
dan dapat menimbulkan kematian
9) Meningkatkan rasa percaya diri
b. Tingkah laku pasien pengguna ganja
1) Kontrol diri menurun bahkan hilang
2) Menurunnya motivasi perubahan diri
3) Ephoria ringan
c. Tingkah laku pasien pengguna alkohol
1) Sikap bermusuhan
2) Kadang bersikap murung, berdiam
3) Kontrol diri menurun
4) Sura keras, bicara cadel, dan kacau
5) Agresi
6) Minum alkohol pagi hari atau tidak kenal waktu
7) Partisipasi di lingkungan sosial kurang

10
8) Daya pertimbangan menurun
9) Koordinasi motorik terganggu, akibat cenderung mendapat
kecelakaan
10) Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan
sampai koma
d. Tingkah laku pasien pengguna opioda
1) Terkantuk-kantuk
2) Bicara cadel
3) Koordimasi motorik terganggu
4) Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian
5) Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif
6) Kontrol diri kurang
e. Tingkah laku pasien pengguna kokain
1) Hiperaktif
2) Euphoria, agitasi, dan sampai agitasi
3) Iritabilitas
4) Halusinasi dan waham
5) Kewspadaan yang berlebih
6) Sangat tegang
7) Gelisah insomnia
8) Tampak membesar-besarkan sesuatu
9) Dalam keadaan over dosis: kejang, delirium, dan paraoid
f. Tingkah laku pasien pengguna halusinogen
1) Tingkah laku tidak dapat diramalkan
2) Tingkah laku merusak diri sendiri
3) Halusinasi, ilusi
4) Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak)
5) Sikap merasa diri benar
6) Kewaspadaan meningkat
7) Depersonalisasi
8) Pengalaman yang gaib/ajaib

11
2.1.6 Pohon Masalah

Penyalahgunaan Zat
EFEK

Harga Diri Rendah


CORE

Gangguan Konsep Diri CAUSA

2.1.7 Terapi dan Rehabilitasi


a. Terapi
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan
detoktifikasi. Detoktifikasi adalah upaya untuk mengurangi
atau menghentikan gejala putus zat, dengan dua cara yaitu :
1) Detoktifikasi Tanpa SubstitusiKlien ketergantungan putau
(heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami
gejala putus zat tidak diberiobat untuk menghilangkan
gejala putus zat tesebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai
gejala putus zat tersebut berhenti sendiri
2) Detoksifikasi dengan SubstitusiPutau atau heroin dapat
disubstitusikan dengan memberikan jenis opiat misalnya
kodein, bufremorfin, dan metadon. Substansi bagi
pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti
ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi dapat
juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa
mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yan
ditimbulkan akibat putus zat tersebut (Purba, 2008).

12
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan
kondisi para antan penyalahgunaan NAPZA kembali sehat
dalam arti sehat fisik, psikologik, sosial, dan spiritual. Dengan
kondisi sehat tersebut diharapkan mereka akan mampu kembali
berfugsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut
Hawari (2008) jenis-jenis rehabilitasi antara lain :
a. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik ini dimaksudkan agar mantan
penyalahgunan NAPZA benar-benar sehat secara fisik.
Termasuk dalam program rehabilitasi medik ini ialah
memulihkan kondisi fisik yang lemah, tidakcukup diberikan
gizi makanan yang bernilai tinggi, tetapi juga kegiatan
olahraga yang teratur disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing yang bersangkutan
b. Rehabilitasi Psikiatrik
Rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta
rehabilitasi yang semula bersikap dan bertindak antisosial
dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi
dengan baik dengan sesama rekannyamaupun personil yang
membimbing atau mengasuhnya. Termasuk rehabilitasi
psikiatrik ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga
yangdapat dianggap sebagai “rehabilitasi” keluarga
terutama bagi keluarga-keluarga broken home. Konsultasi
keluarga ini penting dilakukan agar keluarga dapat
memahami aspek-aspek kepribadian anaknya yang terlibat
penyalahgunaan NAPZA, bgaimana cara menyikapi bila
kelak ia telah kembali ke rumah dan upaya pencegahan agar
tidak kambuh.
c. Rehabilitasi Psikososial
Rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta
rehabilitasi dapat kembali adaptif bersosialisasi dalam

13
lingkungan sosialnya, yaitu dirumah, disekolah/kampus dan
ditempat kerja. Program ini merupakan persiapan untuk
krmbali ke masyarakat. Leh karena itu, mereka perlu
dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan misalnya
berbagai kursus ataupun balai latihan kerja yang dapat
diadakan di pusat rehabilitasi. Dengan demikian diharapkan
bila mereka telah selesai menjalani program rehabilitasi
dapat melanjutkan kembali ke sekolah/kuliah ata bekerja.
d. Rehabilitasi Psikoreligus
Rehabilitasi psikoreligius memegang peranan penting.
Unsur agama dalam rehabilitasi bagi para pasien
penyalahgunaan NAPZA mempunyai arti penting dalam
mencapai penyembuhan. Unsur agama yang mereka terima
akan memulihkan dan memperkuat rasa percaya diri,
harapan dan keimanan. Pendalaman, penghayatan dan
pengamalan keagamaan atau keimanan ini akan
meumbuhkan kekuatan kerohanian pada diri seseorang
sehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin
terlibat kembali dalam penyalahgunaan NAPZA.
e. Forum Silaturahmi
Forum silaturahmi merupakan program lanjutan (pasca
rehabilitasi) yaitu program atau kegiatan yang dapat diikuti
oleh mantan penyalahgunaan NAPZA (yang telah selesai
menjlani tahapan rehabilitasi) dan keluarganya. Tujuan
yang hendak dicapai dalam forum silaturahmi ini adalah
untuk memantapkan terwujudnya rumah tangga/keluarga
sakinah yaitu keluarga yangharmonis dan religius, sehingga
dapat memperkecil kekambuhan penyalahan NAPZA.
f. Program Terminal
Pengalaman menunjukan baha banyak dari mereka sesudah
menjalani program rehabilitasi dan kemudian mengikui
forum silatuhrami, mengalami kebingungan untuk program

14
selanjutya. Khusunya bagi pelajar dan mahasiswa yang
karena keterlibatannya pada penyalahgunaa NAPZA di
masa lalu terpaksa putus sekolah menjadi pengangguran;
perlu menjalani program khusus yang dinamakan program
terminal (re-entry program),yaitu program persiapan untuk
kembali melanjutkan sekolah/kuliah

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien yang perlu ditulis adalah nama klien, jenis
kelamin, umur (biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala
jenis/ tingkatpendidikan berisiko menggunakan NAPZA),
pekerjaan (tingkat keseriusan/tuntutan dalam pekerjaannya dapat
menimbulkan masalah), status (belum menikah, menikah, atau
bercerai), alamat, kemudian nama perawat.
b. Alasan Masuk dan Faktor prespitasi
Faktor yang membuat klien menggunakan napza biasanya
individu dengan kepribadian rendah diri, suka mencoba-coba /
berksperimen, mudah kecewa, dan beresiko untuk melakukan
penyalahgunaan NAPZA.
c. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi
pecandu/ pengguna NAPZA, baik dari pasien, keluarga, maupun
lingkungan seperti : orangtua yang menyalahgunakan NAPZA,
Harga diri rendah, Keluarga tidak harmonis, cara pemecahan
masalah yang salah, kelompok sebaya yang menggunakan
NAPZA, banyakya tempat untuk memperoleh NAPZA dengan
mudah dan perilaku kontrol masyarakat kurang terhadap
penggunaan NAPZA
d. Psikososia
1) Genogram

15
Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga.Menjelaskan : seseorang yang
berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan dan
ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi
dirinya terlibat dalam penyalahgunaan/ketergantungan
NAPZA, kondisi keluarga yangtidak baik itu adalah: 1)
Keluarga yang tidak utuh: orang tua meninggal, orang tua
cerai, dll, 2) Kesibukan orang tua, 3) hubungan interpersonal
dalam keluarga tidak baik.
2) Konsep Diri
a. Citra tubuh: klien merasa tubuhnya baik-baik sajab.
b. Identitas: klien kurang puas terhadap dirinyac.
c. Peran: klien anak keberapa dari berapa saudara
d. Ideal diri: klien menginginkan keluarga dan orang lain
menghargainya
e. Harga diri: kurangnya penghargaan keluarga terhadap
perannya
3) Hubungan sosial
Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari bertemu
anggota keluarga lainnya karena takut ketahuan, da menolak
makan bersama. Bersikap tidak ramah, kasar terhadap
anggota keluarga lainnya, dan mulai suka berbohong.
4) Status Mental
a. Penampilan Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian
todak seperti biasanyab.
b. Pembicaraan Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras,
gagap, apatis, lambat atau membisu. Biasanya klien
menghindari kontak mata langsung, berbohong atau
memanipulasi keadaan, benggong/linglung.
c. Aktivitas Motorik
 Kelambatan : hipoaktifitas (lesu), katalepsi (gangguan
kesadaran)

16
 Peningkatan : gelisah, TIK, grimasen (gerakan otot
muka yang berubah-ubah, tidak dapat dikontrol),
tremor, kompulsif (kegiatan yang dilakukan berulang)
d. Afek dan Emosi
 Afek : tumpul (datar) dikarenakan terjadi penurunan
kesadaran
 Emosi : klien dengan penyalahgunaan NAPZA
biasanya memiliki emosi yang berubah-ubah (cepat
marah, depresi, cemas, eforia)
e. Interaksi
f. Selama Wawancara kontak mata kurang dan cepat
tersinggung. Biasanya klien akan menunjukan curiga
g. Persepsi
Biasanya klien mengalami halusinasi
h. Proses Pikir
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan
tertawa sehingga menunjukkan tangensial. Beberapa
NAPZA menimbulkan penurunan kesadaran, sehingga kien
mungkin kehilangan asosiasi dalam berkomunikasi dan
berpikir
i. Isi Pikir
Pecandu ganja mudah pecaya mistik, sedangkan amfetamin
menyebabkan paranoid sehingga menunjukkan perilaku
phobia. Pecandu amfetamin dapat mengalami waham
curiga akibat paranoidnya.i.
j. Tingkat Kesadaran
Menunjukkan perilaku binggung, disorientasi dan sedasi
akibat pengaruh NAPZA.
k. Memori
Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan
kesadaran mungkin akan menunjukkan gangguan daya
ingat jangka pendek.

17
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan
konsentrasi. Pecandu ganja mengalami penurunan
berhitung.
m. Kemampuan Penilaian
Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien
alkoholik. Gangguan kemampuan penilaian dapat ringan
maupun bermakna
n. Daya Tilik Diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau
menyalahkan hal-hal diluar dirinya.
5) Sumber Koping
Yang sangat dibutuhkan untuk membantu individu terbebas dari
peyalahgunaan zat yaitu kemampuan individu untuk melakukan
komunikasi yang efektif, ketrampilan menerapkan sikap asertif
dalam kehidupan sehari-hari, perlunya dukungn sosial yang
kuat, pemberian alternative kegiatan yang menyenangkan,
ketrampilan melakukan teknik reduksi stress, ketrampilan kerja
dan motivasi untuk mengubah perilaku.
6) Mekanisme koping
Individu dengan penyalahgunaan zat seringkali mengalami
kegagalan dalam mengatasi masalah. Mekanisme koping
sehatdan individu tidak mampu mengembangkan perilaku
adaptif.
7) Mekanisme Pertahanan Ego
Pertahanan ego yang digunakan pada individu penyalahgunaan
zat meliputi penyangkalan terhadap masalah, rasionalisasi,
projeksi, tidak tanggung jawab terhadap perilakunya, dan
mengurangi jumlah alkohol atau obat yang digunakan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Gangguan Konsep diri

18
c. Penyalahgunaan zat
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Perencanaan
Keperawa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

tan
 Harga TUM - Klien dapat Bina hubungan saling
Diri Klien memiliki menungkapkan percaya dengan
Rendah Konsep Diri perasannya menggunakan prinsip
yang positif - Ekspresi wajah komunikasi terapiutik :
bersahabat  Beri salam setiap
TUK - Adanya kontak berinteraksi
1. Klien mata  Perkenalkan nama,
dapat - Menunjukkan nama panggilan
membina rasa senang perawat dan tujuan
hubungan - Mau berjabat perawat berkenalan
saling tangan  Tanyakan dan
percaya - Mau menjawab panggil nama
salam kesukaan klien
- Klien mau  Jelaskan tujuan
duduk pertemuan
berdampingan  Jujur dan
- Klien mau menempati janji
mengutarakan  Tunjukkan sikap
masalah yang empati dan
dihadapi menerima klien apa
adanya
 Beri perhatian dan
pengertian
kebutuhan dasar
klien
  2. Klien - Klien mampu Diskusikan klien tentang :
dapat mempertahanka  Aspek positif klien,
mengidenti n aspek yang keluarga dan

19
fikasi positif lingkungan
aspek  Kemampuan ang
positif dan dimiliki klien
kemampua Bersama klien buat daftar
n yang tentang :
dimiliki  Aspek positif
klien, keluarga
dan lingkungan
 Kemmapuan yang
dimiliki klien
Beri pujian yang realistis,
dan hbindarkan memberi
penilaian negatif
  3. Klien - Kebutuhban - Diskusikan dengan
dapat klien terpenuhbi klien kemampuan yang
menilai - Klien dapat dapat dilaksanakan dan
kemampua melakukan digunakan selama sakit
n yang aktivitas terarah - Diskusikan kemmapuan
dimiliki yang masih dapat
untuk dilanjutkan
dilaksanak pelaksanannya setelah
an klien pulang dengan
kondisinya saat ini
  4. Klien - Klien mampu - Rencanakan bersam
dapat beraktivitas klien aktivitas yang
merencana sesuai dapat dilakukan setiap
kan kemampuan hbari sesuai
kegiatan - Klien kemampuan klien
sesuai mengetahui  Kegiatan mandiri
dengan terapi aktivitas  Kegiatan dengan
kemampua kelompok bantuan
n yang - Tingkatan kegiatan
dimiliki sesuai kondisi klien

20
- Berikan contoh
pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien
lakukan

  5. Klien - Klien mampu - Anjurkan klien untuk


dapat beraktivitas melakukan kegiatan
melakukan sesuai dengan yang telah direncanakan
kegiatan kemampuan - Pantau kegiatan yang
sesuai dilakksanakan klien
rencana - Beri pujian atas usaha
yang yang dilakukan klien
dibuat - Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang
  6. Klien - Klien mampu - Beri pendidikan
dapat melakukan apa kesehbatan pada
memanfaat yang diajarkan keluarga tentang cara
kan sistem - Klien mau merawat klien dengan
pendukung memberikan harga diri rendah
yang ada dukungan - Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien di rawat
- Bantu keluarga
menyiapkan lingungan
di rumah
       

2.2.4 Evaluasi
Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Harga Diri Rendah
Nama pasien :

21
Ruangan :
Nama Perawat :
Petunjuk :
a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan.
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setian SP dilakukan
menggunakan instrumen Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP
Melakukan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam
baris nilai SP.
Tanggal
No. Kemampuan
A Pasien
Sp 1 Pasien
1 Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki klien
2 Membantu klien menilai
kemampuan klien yang masih
dapat digunakan
3 Membantu klien memilih kegiatan
yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
4 Melatih klien sesuai kemampuan
yang dipilih
5 Memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan klien
6 Menganjurkan klien memasukan
dlm jadwal kegiatan harian
Nilai SP 1 Pasien
Tanggal
No Kemampuan
SP 2
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
2 Melatih kemampuan ke dua
3 Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP 2 Pasien

22
Tanggal
No Kemampuan
SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
2 Melatih kemampuan ke tiga dan
seterusnya
3 Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
Tanggal
No Kemampuan
B Keluarga
SP 1 Keluarga
1 Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
klien
2 Menjelaskan pengertian , tanda &
gejala serta proses terjadinya HD
3 Menjelaskan cara merawat klien
dengan HD
Nilai SP 1 Keluarga

Tanggal
No Kemampuan
SP 2 Keluarga
1 Melatih keluarga mempraktekan
cara merawat klien dengan HD
2 Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada klien
HD
Nilai SP 2 Keluarga
Tanggal
No Kemampuan
SP 3 Keluarga
1 Membantu keluarga membuat
jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up klien

23
setelah pulang

Nilai SP 3 Keluarga
Total Nilai : SP pasien + SP
keluarga
Rata-rata

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/
zat/ obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak/ susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial
(Azmiyati, 2014).

3.2 Saran
Dengan di buatnya makalah ini di harapkan teman – teman mengerti
dan dapat memahami mengenai akibat penyalahgunaan NAPZA dan mehami
asuhan keperawatannya.dengan tujuan mahasiswa keperawatan dapat
menjalankan tugas sebagai perawat jiwa kedepannya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus Angga Mahargia Yunanta. (2018). Pengetahuan Dan Sikap Remaja


Terhadap Penggunaan Napza Di Sekolah Menengah Atas Di Kota
Semarang. (Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang, 2018.)
Nurhanifah, Fitri. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Penderita Penyalahgunaan
Napza Dengan Masalah Ketidakefektifan Koping Individu. Ponorogo:
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Sholihah Qomariyatus. (2013). Efektivitas Program P4gn Terhadap Pencegahan


Penyalahgunaan Napza. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1, 153-159

26

Anda mungkin juga menyukai