Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

RESIKO JATUH

Disusun Oleh:
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Riau
Praktik Kerja Nyata (PKN) 2019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PRODI DIV KEPERAWATAN
PEKANBARU
2019
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
PENYULUHAN KESEHATAN

Pokok Pembahasan : DM (Diabetes Melitus)”


Sasaran : Pasien dan keluarga
Tempat : Di rumah Ny. R
Hari/Tanggal : Minggu, 21 April 2019
Waktu : 1 x 15 menit
Penyuluh : Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

A. Tujuan Instruksional
a. Tujuan Umum
Pada akhir proses penyuluhan pendidikan kesehatan tentang pencegahan jatuh
pada lansia selama 8 menit, diharapkan klien mampu memahami dan selanjutnya
melaksanakan cara menghindari resiko jatuhdan melakukanpencegahan jatuh.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan pencegahan jatuh lansia selama 1 x
15 menit diharapkan sasaran mampu :
1. Menjelaskan pengertian jatuh.
2. Menyebutkan faktor resiko penyebab jatuh.
3. Menyebutkan akibat jatuh.
4. Menyebutkan cara pencegahan jatuh.
5. Melakukan pencegahan jatuh.

B. Materi Penyuluhan
1. pengertian jatuh.
2. faktor resiko penyebab jatuh.
3. akibat jatuh.
4. cara pencegahan jatuh.
5. pencegahan jatuh.

C. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah pasien dan keluarga
D. Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini menggunakan metode:
1. Ceramah/presentasi
2. Tanya jawab
E. Media
A. Materi SAP
B. Leaflet
F. Setting Tempat

Keterangan:
: Penyaji Materi resiko jatuh
: Pasien
v
v : Keluarga pasiean
: Fasilitator
: Observer
v

G. Penugasan
Penyaji/penyuluh : Asyfah
Fasilitator : Retno Oktaviani, chendy
Observer : Arum Ardila
Dokumentasi : Muhammad Ridho

H. Kegiatan Penyuluhan
No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN KLIEN
1. 1 Pembukaan :
Menit
 Menjawab salam
 Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
 Mendengarkan
 Memperkenalkan diri
 Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
 Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang akan diberikan

2. 5 Pelaksanaan :
Menit  Menjelaskan pengertianjatuh  Memperhatikan
 Menjelaskan faktor resiko penyebab jatuh  Memperhatikan
 Menjelaskanakibat dari jatuh  Memperhatikan
 Menjelaskan cara pencegahan jatuh  Memperhatikan
 Mendemonstrasikan cara pencegahan jatuh  Memperhatikan

3. 1 Evaluasi :
Menit  Menanyakan kepada klien tentang materi yang  Menjawab pertanyaan
telah diberikan
 Memberikan reinforcement kepada klien jika  Memperhatikan
dapat menjawab pertanyaan

4. 1 Terminasi :
Menit  Menyimpulkan materi penyuluhan bersama  Mendengarkan
peserta
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

Total
15 menit

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan klien terlaksana dengan baik berupa kontrak waktu, topik, dan
tempat
b. Persiapan alat bantu dan media yang digunakan untuk pendidikan kesehatan

2. Evaluasi Proses
a. Klien mampu mengikuti pendidikan kesehatan dengan baik sampai selesai
b. Klien kooperatif dalam mengikuti pendidikan kesehatan
c. Klien dapat bekerjasama dengan perawat
d. Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik
e. Lingkungan mendukung dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan
3. Evaluasi Hasil
a. Evaluasi Kognitif
Menanyakan kepada pasien dan keluarga klien :
1) Coba jelaskan pengertian jatuh?
2) Sebutkan faktor resiko penyebab jatuh?
3) Sebutkan akibat dari jatuh?
4) Sebutkan cara mencegah jatuh?
5) PENILAIAN

No Keterampilan Skor

0 1 2

1 Menjelaskan pengertian jatuh

2 Menyebutkan faktor resiko penyebab jatuh

3 Menyebutkan akibat dari jatuh

4 Menyebutkan cara mencegah jatuh

Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan
bertambahnya usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh dan
kecelakaan pada lansia merupakan penyebab kecacatan yang utama. Jatuh adalah
kejadian secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring atau terduduk dilantai (Maryam, 2008).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai
atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Ruben, 2005).
B. Etiologi
1. Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dapat mencetuskan
fraktur.
2. Perubahan refleks baroreseptor
a. Cenderung membuat lansia mengalami hipotensi postural, menyebabkan
pandangan berkunang-kunang, kehilangan keseimbangan, dan jatuh.
3. Perubahan lapang pandang, penurunan adaptasi terhadap keadaan gelap dan
penurunan penglihatan perifer, ketajaman persepsi kedalaman, dan persepsi
warna dapat menyebabkan salah interpretasi terhadap lingkungan, dan dapat
mengakibatkan lansia terpeleset dan jatuh.
4. Gaya berjalan dan keseimbangan
a. berubah akibat penurunan fungsi sistem saraf, otot, rangka, sensori,
sirkulasi dan pernapasan. Semua perubahan ini mengubahpusat gravitasi,
mengganggu keseimbangan tubuh dan menyebabkan limbung, yang pada
akhirnya mengakibatkan jatuh. Perubahan keseimbangan dan
properosepsi membua lansia sangat rentan terhadap perubahan
permukaan lantai (contoh lantai licin dan mengkilat). Akhirnya, usia yang
sangat tua atau penyakit parah dapat mengganggu fungsi refleks
perlindungan dan membuat individu yang bersangkutan berisiko terhadap
jatuh (Lord, 2005).

C. Faktor Resiko

1. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik yang dapat mengakibatkan insiden jatuh termasuk proses
penuaan dan beberapa kondisi penyakit, termasuk penyakit jantung, stroke dan
gangguan ortopedik serta neurologik.
Faktor intrinsik dikaitkan dengan insiden jatuh pada lansia adalah kebutuhan
eliminasi individu. Beberapa kasus jatuh terjadi saat lnsia sedang menuju,
menggunakan atau kembali dari kamar mandi. Perubahan status mental juga
berhubungan dengan peningkatan insiden jatuh.
Faktor intrinsik lain yang menimbulkan resiko jatuh adalah permukaan lantai
yang meninggi, ketinggian tmpat tidur baik yang rendah maupun yang tinggi dan
tidak ada susut tangan ditempat yang strategis seperti kamar mandi dan lorong.

2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik juga memengaruhi terjadinya jatuh. Jatuh umumnya terjadi
pada minggu pertama hospitalisasi, yang menunjukkan bahaw megenali
lingkungan sekitar dapat mengurangi kecelakaan.
Obat merupakan agen eksternal yang diberika kepada lansia dan dapat
digolongkan sebagai faktor risiko eksternal.obat yang memengaruhi sistem
kardiovaskular dan sistem saraf pusat meningkatkan risiko terjadinya jatuh,
biasanya akibat kemungkina hipotensi atau karena mengakibatkan perubahan
status ,emtal. Laksatif juga berpengaruh terhadap insida jatuh.
Individu yang mengalami hambatan mobilitas fisik cenderung menggunakan
alat bantu gerak seperti kursi roda, tongkat tunggal, tongkat kaki empat dan
walker. Pasien yang menggunakan alat banu lebih mungkin jatuh dibandingkan
dengan pasien yang tidak menggunakan alat bantu.
Penggunaan restrain mengakibatkan kelemahan otot dan konfusi, yang
merupakan faktor ekstrinsik terjadinya jatuh.

3. Komplikasi
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi – komplikasi seperti : ( Kane, 2005;
Van – der – Cammen, 2000 )
1. Perlukaan ( injury )
a. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau
tertariknya jaringan otot, robeknya arteri / vena.
b. Patah tulang ( fraktur ) : Pelvis, Femur ( terutama kollum ), humerus, lengan
bawah, tungkai bawah, kista.
c. Hematom subdural
2. Perawatan rumah sakit
a. Komplikasi akibat tidak dapat bergerak ( imobilisasi ).
b. Risiko penyakit – penyakit iatrogenik.
3. Disabilitas
a. Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik.
b. Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan
pembatasan gerak.
4. Penjegahan Terhadap Jatuh
1. Mengindentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan, gaya berjalan,
diberikan latihan fleksibilitas gerakan, latihan keseimbangan fisik, koordinasi
keseimbangan serta mengatasi faktor lingkungan. Setiap lansia harus dievaluasi
bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat
dan pindah posisi. Penilaian goyangan badan sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya jatuh, begitu pula dengan penilaian apakah kekuatan otot
ekstremitas bawah cukup untuk berjalan tanpa bantuan, apakah lansia
menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, dan mengangkat kaki
dengan benar saat berjalan. Kesemuanya itu harus diperbaiki bila terdapat
penurunan.
2. Memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman, misalnya dengan
memindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (stabil,
ketinggian disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga) serta lantai
yang tidak licin dan penerangan yang cukup.
3. Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau penyakit yang baru. Apabila
keadaan lansia lemah atau lemas tunda kegiatan jalan sampai kondisi
memungkinkan dan usahakan pelan-pelan jika akan merubah posisi (Darmojo,
2009).
5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan menerapi
komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi AKS terbaik, mengembalikan kepercayaan diri
penderita.

1. Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau meneliminasi faktor


risiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya. Penatalaksanaan ini
harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang terdiri dari dokter (geriatrik,
neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik, psikiatrik, dll), sosiomedik,
arsitek dan keluarga penderita.
2. Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap kasus karena
perbedaan factor – factor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila
penyebab merupakan penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah,
sederhanma, dan langsung bisa menghilangkan penyebab jatuh serta efektif.
Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga
diperlukan terapi gabungan antara obat rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan
perbaikan kebiasaan lansia itu. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk
mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian / aktifitas
fisik, penggunaan alat bantu gerak.
3. Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan
fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
sehingga memperbaiki nfungsionalnya. Sayangnya sering terjadi kesalahan,
terapi rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh,
padahal terapi ini diperlukan terus – menerus sampai terjadi peningkatan
kekuatan otot dan status fumgsional. Penelitian yang dilakukan dalam waktu
satu tahun di Amerika Serikat terhadap pasien jatuh umur lebih dari 75 tahun,
didapatkanpeningkatan kekuatan otot dan ketahanannya baru terlihat nyata
setelah menjalani terapi rehabilitasi 3 bulan, semakin lama lansia melakukan
latihan semakin baik kekuatannya.
4. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan
untuk mengatasi / mengeliminasi penyebabnya/faktor yang mendasarinya.
Penderita dimasukkan dalam program gait training, latihan strengthening dan
pemberian alat bantu jalan. Biasanya program rehabilitasi ini dipimpin oleh
fisioterapis. Program ini sangatmembantu penderita dengan stroke, fraktur
kolum femoris, arthritis, Parkinsonisme.
5. Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit
kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat – obat yang menyebabkan
hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik, anti depresan, dll.
6. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah /
tempat kegiatan lansia seperti di pencegahan jatuh (Reuben,2005).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddart, 2001. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah, Edisi 8 Volume 2


.EGC: Jakarta.
AskandarTjokroprawiro, 2000, Simposium Diabetes Mellitus, FakultasKedokteran
UNAIR RSUD DrSotomo, Surabaya IrawanSusiloImim, dkk, 2000, Waspadai
Diabetes Mellitus, CahayaRemadja Bandung.
Johnson. M, 2000, Diabetes TerapidanPencegahanya,IKAPI, Bandung
Sarwono, W, DKK, 2001, Buku Ajar IlmuPenyakitDalamJilid I, BalaiPenerbit , FKUI,
Jakarta
Sidarwan, S, 2002, PetunjukPraktisPengelolaan DM Perkeni 2002, FKUI-RSU pnCipto
Jakarta.
Smaltzer, Bare, 2001, KeperawatanMedikalBedah, Volume 2, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai