OLEH:
TIM PKRS
A. Latar Belakang
Penuaan merupakan proses normal adanya perubahan yang berhubungan dengan waktu,
dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Peningkatan jumlah lansia terjadi akibat dari
meningkatnya umur harapan hidup manusia yang merupakan dampak positif dari keberhasilan
pembangunan nasional. Dengan meningkatnya populasi usia lanjut di Indonesia, berbagai
masalah kesehatan dan penyakit yang dapat terjadi pada usia lanjut. Salah satu penyakit yang
menyertai lansia adalah penyakit Diabetes Melitus.
Seiring dengan pertambahan usia, lansia mengalami kemunduran fisik dan mental yang
menimbulkan banyak masalah. Selain itu, kaum lansia juga mengalami masalah khusus yang
memerlukan perhatian antara lain lebih rentanterhadap komplikasi makrovaskular maupun
mikrovaskular dari DM dan adanya sindrom geriatri. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia)
di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Pada
tahun 2005 terdapat 17.767.709 jiwa atau 7,97% dari total populasi, akan menjadi sekitar 25,5
juta orang pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk, itu berarti jumlah
lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia sesudah Cina, India dan Amerika
Serikat (Kurniawan, 2010).
Jumlah lansia di DKI Jakarta, berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional 2011
sebanyak 641.124 jiwa atau 8,64% dari keseluruhan penduduk DKI Jakarta yang berjumlah
7.423.379 jiwa. Insidens dan prevalensi dari DM semakin meningkat dan pada tahun 2030
diperkirakan prevalensi DM di seluruh dunia akan meningkat. menjadi dua kali lipat. DM tipe 2
didapatkan pada 85-90% dari total penderita DM dan seringkali ditemukan pada lansia.
Prevalensi DM tertinggi didapatkan pada penduduk berusia ≥60 tahun dengan insidens tertinggi
juga didapatkan pada kelompok usia tersebut. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa
2
prevalensi Diabetes Melitus maupun Gangguan T oleransi Glukosa (GTG) meningkat seiring
dengan pertambahan usia, menetap sebelum akhirnya menurun. Dari data WHO didapatkan
bahwa setelah mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg%/tahun pada saat
puasa dan akan naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam setelah makan (Rita, 2007).
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit endokrin yang ditandai dengan kelainan
metabolik dan komplikasi jangka panjang yang melibatkan mata, ginjal, saraf dan pembuluh
darah (Harrison, 2000). Penyakit ini berkaitan erat dengan sistem metabolisme yang abnormal
sehingga memerlukan pengobatan seumur hidup dan memerlukan ilmu serta keterampilan
khusus untuk mengetahui respon yang ditimbulkan (Price and Wilson, 2006 ).
Indonesia merupakan negara yang menempati urutan keempat dengan jumlah penderita
Diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Data dari Federasi Diabetes
Dunia (IDF) menunjukan pada tahun 2030 sebanyak 552 juta orang akan terkena Diabetes.
Terjadi peningkatan sekitar 200 juta orang dari jumlah penderita tahun 2011 yang mencapai 346
juta orang. Data tahun 2009 menunjukan jumlah penderita mencapai 285 juta orang (Panto,
2011). Data penderita Diabetes Melitus di Amerika Serikat yang dipublikasikan pada 26 Januari
2011 menunjukan jumlah penderitanya adalah 25,8 juta yang terdiri dari anak-anak dan orang
dewasa.
Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan prevalensi Diabetes mencapai 14,7 % di
perkotaan dan 7,2 % di pedesaan. Penderita Diabetes Melitus diperkirakan berjumlah 21,8 juta
warga kota 2 dan 10,7 juta warga desa, dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada
2010 mencapai 148 juta jiwa (Adam, 2011). World Health Organization (WHO) telah
memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang Diabetes yang cukup besar untuk tahun-
tahun mendatang dan insiden prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 110,4 juta
penderita dan Indonesia diperkirakan pada tahun 2015 akan mencapai 113,4 juta penderita
(Yustanti, 2008). Berdasarkan data Surveilens Terpadu Penyakit (STP) oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Bali, prevalensi kejadian Diabetes Melitus di Bali tahun 2010 adalah 3735 orang,
dengan prevalensi Diabetes Melitus tipe I adalah 1297 penderita atau 34,73% dan Diabetes
Melitus tipe II adalah 2438 penderita atau sekitar 65,27% (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2010).
Penyakit DM merupakan penyakit dengan jumlah kunjungan terbanyak kedua setelah Hipertensi
di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah Denpasar dengan rata-rata jumlah kunjungan sebanyak 40
orang per bulan pada tahun 2013 (Registrasi Poli Geriatri RSUP Sanglah, 2013).
3
Pengelolaan dibetes melitrus dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis dan terapi
farmakologis. Pengelolaan non farmakologis meliputi pengendalian berat badan, olahraga, dan
diet. Sedangkan terpai farmakologisnya yaitu pemberian insulin dan obat hipoglikemik oral.
Terapi ini diberikan jika terapi non farmakologis tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah
dan dijalankan dengan tidak meninggalkan terapi non farmakologis yang telah diterapkan
sebelumnya (Yunir & Soebardi, 2007).
Pasien DM disarankan untuk berolahraga minimal 3 kali sepekan selama paling sedikit
30 menit. Olahraga yang disarankan adalah olahraga aerobik, seperti: jalan kaki, bersepeda,
jogging, dan berenang. Olahraga disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani
individu. Untuk pasien DM yang masih sehat, intensitas olahraga dapat ditingkatkan, namun
untuk pasien yang telah mengalami komplikasi, olahraga dapat dikurangi.
Aktifitas fisik yang juga dianjurkan untuk dilakukan secara rutin oleh pasien DM adalah
Gerakan Senam Kaki Diabetes. Dengan teratur melakukan gerakan senam kaki Diabetes
diharapkan komplikasi yang sering terjadi pada kaki-kaki pasien DM seperti luka infeksi yang
tidak sembuh dan menyebar luas akan dapat dicegah. Gerakan senam kaki Diabetes ini sangatlah
mudah untuk dilakukan (dapat di dalam atau di luar ruangan) dan tidak memerlukan waktu yang
lama (hanya sekitar 15-30 menit) serta tidak memerlukan peralatan yang rumit (kursi dan sehelai
koran bekas). Minimal gerakan senam kaki Diabetes ini dilakukan 3 kali sepekan, namun
alangkah baiknya dapat dilakukan setiap hari.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga pasien dapat
memahami dan redemonstrasi tentang senam kaki untuk menghindari terjadinya kaki
diabetes.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan pasien dan keluarga mengetahui:
a. Penyakit Diabetes Melitus
1) Menjelaskan pengertian Diabetes Melitus.
2) Menjelaskan penyebab Diabetes Melitus.
3) Menyebutkan faktor-faktor risiko Diabetes Melitus.
4
4) Menyebutkan tanda dan gejala dari Diabetes Melitus.
5) Menyebutkan komplikasi Diabetes Melitus..
6) Menyebutkan penatalaksanaan pada penderita Diabetes Melitus.
a) Pengobatan Diabetes Melitus.
b) Diet Diabetes Melitus.
c) Gaya hidup pasien Diabetes Melitus.
b. Senam kaki diabetes
1) Definisi senam kaki diabetes
2) Tujuan
3) Indikasi dan Kontra Indikasi
4) Prosedur
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi senam kaki
D. Alat
1. Laptop
2. LCD
3. Wireless
E. Media
1. Leaflet
2. Power point tentang senam kaki
F. ISI MATERI :
1. Penyakit Diabetes Melitus
a. Pengertian Diabetes Melitus..
b. Penyebab Diabetes Melitus.
c. Faktor risiko Diabetes Melitus
d. Tanda dan gejala dari Diabetes Melitus.
5
e. Komplikasi Diabetes Melitus..
f. Penatalaksanaan pada penderita Diabetes Melitus.
1) Pengobatan Diabetes Melitus.
2) Diet Diabetes Melitus.
3) Gaya hidup pasien Diabetes Melitus.
2. Senam kaki diabetes
a. Definisi senam kaki diabetes
b. Tujuan
c. Indikasi dan Kontra Indikasi
d. Prosedur
G. Proses Pelaksanaan
d. Menyetujui kontrak
waktu
e. Mendengarkan apersepsi
6
Diabetes Melitus. penatalaksanaan dari
3) faktor risiko Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
4) Tanda dan gejala
dari Diabetes
Melitus
5) Komplikasi
Diabetes Melitus
6) Penatalaksanaan
pada penderita
Diabetes Melitus.
a) Pengobatan
Diabetes
Melitus.
b) Diet Diabetes
Melitus.
c) Gaya hidup
pasien Diabetes
Melitus.
7
c. Demotrasi senam kaki
diabetes
c. Peserta dapat melakukan
redemonstrasi secara
mandiri gerakan senam
kaki diabetes
d. Mengakhiri kegiatan
dengan salam
PENYAJI
OBSERVER MODERATOR
H. Setting Tempat
ANGGOTA
I. Pengorganisasian
Ketua :
Penyaji :
Moderator :
Observer :
Operator :
Demonstrator :
J. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur :
1. SAP dan materi penyuluhan sudah siap 3 hari sebelum penyuluhan
2. Media (flip chart dan lembar pertanyaan) sudah siap
3. Penyaji sudah melakukan kontrak waktu dengan pasien dan pasien bersedia untuk
diberikan penyuluhan
4. Persiapan alat – alat : kertas Koran bekas sudah disiapkan
9
a. Penyuluhan kesehatan tentang senam kaki berjalan dengan lancar, peserta mendengarkan
dan berinisiatif untuk bertanya tentang apa yang sudah di bicarakan tentang perawatan
kaki diabetes
b. Didalam proses penyuluhan senam kaki untuk mencegah diabetes foot diharapkan terjadi
interaksi yang positif antara penyuluh dengan peserta penyuluhan ditandai dengan pasien
mendengarkan dengan baik dan adanya kemauan pasien untuk bertanya.
10