Anda di halaman 1dari 30

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CEGAH KAKI DIABETIK DENGAN SENAM KAKI

OLEH
KELOMPOK 14

MADE ASTA BERATA PUTRA 15.901.1179


I MADE TEGUH ESYA 15.901.1130
NI KADEK EVI CAHYANI 15.901.1188
NI MADE YOGI DWI ANTARI 15.901.1209
NI NYOMAN TRIEVASUSANTI 15.901.1229

PROGRAM STUDI NERS (PROFESI)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
DENPASAR
2015

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CEGAH KAKI DIABETIK DENGAN SENAM KAKI

Pokok Topik : Gerontik


Sub Topik : Cegah Kaki Diabetik Dengan Senam Kaki
Sasaran : Klien dan atau keluarga yang berobat di Poli Penyakit Dalam RSUD
Klungkung
Hari/Tanggal : Jumat, 6 Oktober 2015
Waktu : 10.00-10.45 WITA
Tempat : Ruang tunggu Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Klungkung

A. LATAR BELAKANG
Penuaan merupakan proses normal adanya perubahan yang berhubungan dengan waktu,
dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Peningkatan jumlah lansia terjadi akibat dari
meningkatnya umur harapan hidup manusia yang merupakan dampak positif dari keberhasilan
pembangunan nasional. Dengan meningkatnya populasi usia lanjut di Indonesia, berbagai
masalah kesehatan dan penyakit yang khas terdapat pada usia lanjut akan meningkat. Salah satu
penyakit yang menyertai lansia adalah penyakit Diabetes Melitus,
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang
melebihi normal (Hyperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut atau relatif
(Corwin, 2001). Seseorang dapat dikatakan menderita penyakit diabetes mellitus apabila kadar
glukosa darah memenuhi salah satu kriteria yaitu sebagai berikut: kadar glukosa darah puasa
bernilai antara 110-126 mg/100ml, tes glukosa darah sewaktu atau acak bernilai ≥ 200 mg/dl,
atau tes glukosa darah dua jam setelah makan (post prandial) bernilai 140-200 mg/dl (Price,
2005). Gejala DM dapat timbul perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya
perubahan pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (pilidipsi), buang air kecil lebih
sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang
jelas. Salah satu komplikasi menahun dari DM adalah kelainan pada kaki yang disebut sebagai
kaki diabetik. Kaki diabetik terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh darah dan
melemahnya sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan luka semakin lama sembuh. Infeksi

2
ini bisa semakin parah karena aliran darah yang melambat dan penggunaan antibiotik yang salah
(Harari, 2007). Infeksi pada kaki diabetes adalah adanya tukak atau borok dan/atau kerusakan
jaringan dalam, berhubungan dengan kelainan saraf, dan pembuluh darah pada tungkai bawah.
Berdasarkan data Depkes RI angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit diabetes
mellitus pada tahun 2005 masih berada dalam urutan sepuluh besar, yaitu mencapai 338.056
(2.13 persen) jiwa.
Suatu analisis yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2006
menyebutkan bahwa penderita diabetes mellitus yang berjumlah 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8
miliar penduduk dunia yang berusia 20 hingga 79 tahun menderita DM dan pada tahun 2025
diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa. Di Amerika Serikat sebagai cerminan negara
maju, angka kejadian diabetes mellitus mencapai 20.8 juta jiwa atau sekitar 7 persen dari seluruh
populasi, dan yang terdiagnosa sebanyak 14.6 juta jiwa.
Menurut data WHO maupun IDF (International Diabetes Federation), memaparkan
data angka kasus diabetes di Indonesia berdasarkan survey tahun 2008 menempati urutan
tertinggi ke empat di dunia setelah Cina, India dan Amerika, yaitu 8,4 juta jiwa dan diperkirakan
jumlahnya melebihi 21 juta jiwa pada tahun 2025 mendatang. Angka tersebut diprediksikan terus
melonjak hingga 51 juta pada tahun 2030, dengan tingkat prevalensi yang lebih besar pada
penduduk yang tinggal di kawasan kota daripada di desa (Depkes, 2012).
Menurut laporan dari beberapa tempat di Indonesia, angka kejadian dan komplikasi
diabetes melitus cukup tersebar, sehingga bisa dikatakan sebagai salah satu masalah nasional
yang harus mendapat perhatian. Selain itu sampai saat ini, masalah kaki diabetik kurang
mendapat perhatian sehingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat bagi pengelolan
penyakit ini, akibat banyak penderita yang penyakitnya berkembang dan teramputasi kakinya. di
negara maju kaki diabetik memang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar,
tetapi dengan perawatan kaki yang aktif, maka nasib penyandang kaki diabetik menjadi lebih
cerah, sehingga angka kematian dan kaki diabetik teramputasi menjadi menurun.
Di negara berkembang prevalensi kaki diabetik didapatkan jauh lebih besar dibandingkan
dengan negara maju yaitu 2-4%, prevalensi yang tinggi ini disebabkan kurang pengetahuan
penderita akan penyakitnya, kurangnya perhatian dokter akan komplikasi ini serta rumitnya cara
pemeriksaan yang ada saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut secara rutin. Sebagian besar
komplikasi kaki diabetik mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan pembentukan ulkus di

3
kulit. Komplikasi kaki adalah alasan tersering rawat inap pasien dengan diabetes berjumlah 25%
dari seluruh rujukan diabetes di Amerika Serikat dan Inggris.\
Upaya penanganan pada pasien DM yang sekaligus juga pencegahan terjadinya
komplikasi adalah terarturnya pasien DM dalam melakukan aktifitas fisik / berolahraga. Dengan
berolahraga diharapkan terjaganya kebugaran tubuh, menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga dapat memperbaiki kadar gula dalam darah.
Pasien DM disarankan untuk berolahraga minimal 3 kali sepekan selama paling sedikit
30 menit. Olahraga yang disarankan adalah olahraga aerobik, seperti: jalan kaki, bersepeda,
jogging, dan berenang. Olahraga disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani
individu. Untuk pasien DM yang masih sehat, intensitas olahraga dapat ditingkatkan, namun
untuk pasien yang telah mengalami komplikasi, olahraga dapat dikurangi.
Aktifitas fisik yang juga dianjurkan untuk dilakukan secara rutin oleh pasien DM adalah
Gerakan Senam Kaki Diabetes / DM. Dengan teratur melakukan gerakan senam kaki diabetes
diharapkan komplikasi yang sering terjadi pada kaki-kaki pasien DM seperti luka infeksi yang
tidak sembuh dan menyebar luas akan dapat tidak terjadi. Gerakan senam kaki diabetes ini
sangatlah mudah untuk dilakukan (dapat di dalam atau di luar ruangan) dan tidak memerlukan
waktu yang lama (hanya sekitar 15-30 menit) serta tidak memerlukan peralatan yang rumit (kursi
dan sehelai koran bekas). Minimal gerakan senam kaki diabetes ini dilakukan 3 kali sepekan,
namun alangkah baiknya dapat dilakukan setiap hari.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga pasien dapat memahami
dan redemonstrasi tentang senam kaki untuk menghindari terjadinya kaki diabetik yang
menyebabkan tindakan amputasi
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dan keluarga dapat memahami tentang pengertian, penyebab, komplikasi dan
penatalaksanaan dari Diabetes Melitus.
b. Pasien dan keluarga paham tentang pengertian, tanda dan gejala serta perawatan dari
kaki diabetik.

4
c. Pasien dan keluarga dapat memahami dan redemonstrasi tentang senam kaki untuk
menghindari terjadinya kaki diabetik

C. METODE :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi senam kaki

D. MEDIA :
1. Flip chart senam kaki

E. ISI MATERI :
1. Pengertian diabetes melitus
2. Penyebab diabetes melitus
3. Komplikasi diabetes melitus
4. Penatalaksanaan diabetes melitus
5. Pengertian kaki diabetik
6. Tanda dan gejala kaki diabetik
7. Senam kaki untuk mecegah kaki diabetik
8. Demonstrasi senam kaki

F. PROSES PELAKSANAAN

Sasaran
No Waktu Kegiatan Pasien dan
Penyajian
Keluarga pasien
1 5 menit Pembukaan :  Penyaji  Peserta
a. Salam pembuka mengucapkan membalas
salam pembuka salam penyaji
b. Perkenalan
 Penyaji  Peserta
c. Menyampaikan tujuan
memperke- mengetahui
siapa yang

5
d. Kontrak waktu nalkan diri, sedang
kelompok dan memberi
e. Melakukan apersepsi
institusi. penyuluhan.

 Menyampaikan  Mendengar
tujuan tujuan yang
disampaikan

 Menyetujui
 Kontrak waktu
kontrak waktu

 Mendengarkan
 Melakukan apersepsi
apersepsi

2 20 menit Penyampaian materi :  Penyaji  Peserta


a. Pengertian, penyebab, menjelaskan memahami
tanda dan gejala, tentang tentang
komplikasi dan pengertian, pengertian,
penatalaksanaan dari penyebab, tanda penyebab,
diabetes melitus. dan gejala, tanda dan
b. Pengertian, penyebab, komplikasi dan gejala,
tanda dan gejala dan penatalaksanaan komplikasi
perawatan dari kaki dari diabetes dan
diabetik. mellitus penatalaksanaa
n dari diabetes
melitus
 Penyaji
 Peserta
menjelaskan
mengetahui
tentang
pengertian,
pengertian,
penyebab,
penyebab, tanda
dan gejala dan
tanda dan

perawatan dari gejala dan

6
kaki diabetik. perawatan dari
kaki diabetik.

 Penyaji  Peserta bisa


10 menit Mendemonstrasikan senam mendemonstrasi memahami
kaki kan tentang tentang
senam kaki demonstrasi
senam kaki
 Peserta dapat
redemonstrasi
secara mandiri
gerakan senam
kaki

3 5 menit Penutup  Penyaji  Peserta


a. Sesi Tanya jawab memberikan menjawab
pertanyaan pertanyaan
b. Melakukan evaluasi
kepada peserta dengan benar
c. Menyimpulkan materi penyuluhan
yang didiskusikan
 Penyaji
 Peserta
d. Mengakhiri kegiatan melakukan
membalas
dengan salam evaluasi dan
salam penyaji
menyimpulkan

 Membagikan
leaflet

 Mengakhiri
dengan salam

G. SETTING TEMPAT

7
PENYAJI PESERTA

H. RENCANA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur :
a. SAP dan materi penyuluhan sudah siap 3 hari sebelum penyuluhan
b. Media (flip chart dan lembar pertanyaan) sudah siap
c. Penyaji sudah melakukan kontrak waktu dengan pasien dan pasien bersedia untuk
diberikan penyuluhan
d. Persiapan alat – alat : kertas Koran bekas sudah disiapkan

2. Evaluasi Proses penyuluhan :


a. Penyuluhan kesehatan tentang senam kaki berjalan dengan lancar, peserta mendengarkan
dan berinisiatif untuk bertanya tentang apa yang sudah di bicarakan tentang perawatan
kaki diabetik
b. Didalam proses penyuluhan senam kaki untuk mencegah diabetic foot diharapkan terjadi
interaksi yang positif antara penyuluh dengan peserta penyuluhan ditandai dengan pasien
mendengarkan dengan baik dan adanya kemauan pasien untuk bertanya.

3. Evaluasi Hasil penyuluhan


Peserta penyuluhan mengerti setidaknya 80% dari semua materi yang telah disampaikan
dengan kriteria:
a. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan kembali tentang pengertian diabetes melitus,
komplikasi diabetes mellitus.
b. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan kembali pengertian kaki diabetik, tanda dan
gejala kaki diabetic
c. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan kembali tentang cara-cara perawatan kaki untuk
mencegah diabetic foot
d. Peserta dapat redemonstrasi langkah-langkah perawatan senam kaki secara mandiri dan
menyatakan akan melaksanakannya setiap hari

8
4. Hasil Tanya jawab :

Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan kriteria jawaban sebagai
berikut :
Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan kriteria jawaban sebagai
berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus ?
Seseorang dapat dikatakan menderita penyakit diabetes mellitus apabila kadar glukosa
darah memenuhi salah satu kriteria yaitu sebagai berikut: kadar glukosa darah puasa
bernilai antara 110-126 mg/100ml, tes glukosa darah sewaktu atau acak bernilai ≥ 200
mg/dl, atau tes glukosa darah dua jam setelah makan (post prandial) bernilai 140-200
mg/dl.
b. Apa saja komplikasi Diabetes Mellitus ?
1) Komplikasi akut diabetes melitus yaitu :Hipoglikemia (reaksi insulin) dan Diabetes
ketoasidosis
2) Komplikasi jangka panjang diabetes melitus: Retinopati diabetik yang berakibat
kebutaan, Makroangiopati diabetik yang berakibat penyumbatan pembuluh darah,
Nefropati menyebabkan tekanan darah tingg, Neuropati menyebabkan kelumpuhan,
Penyakit sistem sirkulasi (Vaskulopati) menyebabkan luka lama sembuh.
c. Apa yang dimaksud kaki diabetic ?
Kaki Diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan perubahan patologi
pada anggota gerak bawah. Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah
kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah
sedang atau besar di tungkai

d. Bagaimana tanda dan gejala kaki diabetic ?


Sering kesemutan (asmiptomatus), Kulit kaki kering dan pecah-pecah, Adanya kalus di
telapak kaki, Kerusakan jaringan (nekrosis, ulkus).

9
Lampiran Materi

CEGAH KAKI DIABETIK DENGAN SENAM KAKI

10
A. KONSEP DASAR PENYAKIT DIABETES MELITUS
a. Pengertian diabetes melitus
 Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang
melebihi normal (Hyperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut atau
relatif (Corwin, 2001).
 Seseorang dapat dikatakan menderita penyakit diabetes mellitus apabila kadar glukosa
darah memenuhi salah satu kriteria yaitu sebagai berikut: kadar glukosa darah puasa
bernilai antara 110-126 mg/100ml, tes glukosa darah sewaktu atau acak bernilai ≥ 200
mg/dl, atau tes glukosa darah dua jam setelah makan (post prandial) bernilai 140-200
mg/dl (Price, 2005).

Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dan Puasa Sebagai Patokan Diagnosis DM

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa Plasma <100 100-199 ≥200


darah sewaktu vena
(mg/dl) Darah <90 90-199 ≥200
kapiler

Kadar glukosa Plasma <100 100-125 ≥126


darah puasa vena

Darah <90 90-99 ≥100


kapiler

(Konsensus pencegahan DM tipe II di Indonesia, Perkeni, 2006 dalam Soegondo, 2009)

b. Klasifikasi diabetes melitus


Menurut American Diabetes Association (ADA) dalam Smeltzer & Bare (2002)
berdasarkan pengetahuan mutakhir mengenai patogenesis sindrom diabetes dan gangguan

11
toleransi glukosa mengklasifikasikan diabetes menjadi tiga. Klasifikasi ini telah disahkan
oleh World Health Organization (WHO), yaitu :
1) Diabetes tipe 1
Dulu dikenal sebagai tipe juvenileonset dan tipe dependen insulin. Namun, kedua
tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insiden diabetes tipe 1 sebanyak 30.000
kasus baru setiap tahunnya, dan dapat dibagi dalam dua subtype
a) Autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta.
b) Idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini
lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.

2) Diabetes tipe II
Diabetes tipe II dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe
nondependent insulin. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.
3) Diabetes gestasional (GDM)
Diabetes gestasional (GDM) dikenali pertama kali selama kehamilan dan
mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia
tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional
terdahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek
metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan
diabetogenik.

c. Penyebab terjadinya diabetes melitus


1) DM tipe I
Disebabkan oleh rusaknya sel β yang terletak di pankreas sehingga mengakibatkan
kekurangan sekresi insulin. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh keturunan maupun
kesalahan tubuh dalam membangun kekebalan. Sistem dalam tubuh menyerang daerah
dalam pankreas yang bernama pulau langerhans sehungga sel β mengalami kerusakan.
Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.

2) DM tipe II
Diakibatkan karena sel-sel tubuh tidak mampu merespon kerja insulin sebagaimana
mestinya, sehingga terdapat kelainan dalam mengikat insulin dengan reseptor. Kelainan ini

12
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada memebran sel yang selnya
responsive terhadap insulin. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komples
reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Ketidak normalan ini mengganggu kerja
insulin dan pada akhirnya timbul kegagalan sel β dengan menurunnya jumlah insulin (Price
dan Wilson, 2005).

d. Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah


1) Perubahan gaya hidup masyarakat
Kemajuan pelayanan terhadap konsumen membuat begitu mudahnya akses bagi
seseorang untuk menjangkau makanan dengan kadar gula tinggi, tanpa menimbulkan
haus yang cukup bagi kita untuk mengimbanginya dengan air putih. Perubahan gaya
hidup ini sayangnya jarang diikuti dengan pengetahuan yang cukup mengenai asal-usul,
efek negatif yang ditimbulkan, serta esensi yang sebenarnya tentang gaya hidup yang
baru tersebut (Jacken, 2005).
2) Kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji
Ketidaksehatan makanan siap saji sebagian besar berasal dari bagaimana makanan
siap saji ini disiapkan. Digoreng dengan minyak bersuhu tinggi meningkatkan lemak,
kalori serta kolesterol yang dikandung makanan-makanan tersebut (Jacken, 2005)
3) Aktivitas
Semakin kurang aktivitas atau olahraga yang dilakukan, semakin besar
kemungkinan terserang penyakit diabetes, karena terjadi penimbunan zat gula yang
tidak terpakai. Aktivitas sangat penting dilakuakn oleh penderita diabetes melitus
karena akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin (Smeltzer dan Bare, 2002).
4) Stress
Stress membuat tubuh harus memproduksi adrenalin untuk menenangkannnya.
Adrenalin yang dipicu terus menerus akan menyebabkan insulin akan kelabakan
mengatur kadar gula yang ideal. Stress juga memancing otak untuk meminta serotonin
yang dapat menimbulkan efek penenang sementara bagi tubuh dan serotonin dapat
dipenuhi dalam makanan yang manis-manis serta berlemak tinggi (Jacken, 2005).
5) Usia

13
Sekitar 90% dari kasus diabetes yang didapat adalah diabetes tipe II pada awalnya,
tipe II muncul seiring dengan bertambahnya usia yaitu usia 45 tahun ke atas, dimana
keadaan fisik sudah mulai menurun. Pada perkembangannya diabetes dapat didapati
hampir disemua jangkauan usia, baik anak-anak, remaja dan orang dewasa. Kerusakan
sel β didapati pada anak-anak yang mengalami kegemukan, kurang gerak dan dapat
karena diwarisi dari orang tua mereka (jacken, 2005).
6) Kegemukan atau Obesitas
Kira-kira 80% dari penderita diabetes tipe II memiliki masalah dengan berat badan
mereka karena persediaan cadangan gula dalam tubuh yang tinggi. Kadar kolesterol
dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah ke seluruh
bagian tubuh menjadi beberapa pemicu seseorang dengan obesitas mengalami gejala
diabetes (Jacken, 2005).
7) Genetik
Genetik memungkinkan seseorang mewarisi masalah dengan pankreas, insulin dan
berbagai masalah yang dapat memicu timbulnya gejala diabetes. Kemungkinan besar
seseorang yang memiliki orang tua mengidap diabetes juga terjangkit diabetes (Jacken,
2005).
8) Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi yang lebih rendah dalam pemenuhan gizi, sehingga gangguan
pada pankreas dan organ tubuh lainnya gampang terjadi. Sedangkan pada golongan
ekonomi atas, kecenderungan mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan ringan
dengan kadar gula tinggi membuat kadar gula dalam darah semakin meningkat (Jacken,
2005).
9) Pola makan yang Salah
Kekurangan gizi (malnutrisi) dapat mempengaruhi gangguan pankreas, sedangkan
kegemukan dapat mengganggu kerja insulin. Menjaga makanan yang seimbang adalah
jalan keluarnya (Jacken, 2005).

10) Perkembangan teknologi


Perkembangan teknologi, baik dalam hal produksi, distribusi, maupun media massa
menyebabkan produsen makanan manis dan makanan siap saji begitu mudah

14
menjangkau semua orang. Kini semuanya bisa dipesan lewat telepon, sehingga
masyarakat modern hampir tidak bisa menghindari pola makanan dan jajanan yang
tidak sehat (Jacken, 2005).
11) Jenis kelamin
Penelitian yang dilakukan oleh prof. Naveed Sattar yang melibatkan 51.920 pria
dan 43.127 wanita yang seluruhnya mengidap diabetes melitus tipe II dan umumnya
memiliki IMT di atas batas kegemukan. Hasilnya ditemukan pria cenderung sudah
terkena diabetes saat indeks masa tubuhnya belum sebesar para wanita dengan penyakit
yang sama. Para pria terkena diabetes pada IMT rata-rata 31,83 kg/m2 sedangkan
wanita baru mengalaminya pada IMT 33,69 kg/m2. Prof. Naveed Sattar mengatakan
perbedaan resiko ini dipengaruhi oleh distribusi lemak tubuh. Pada pria, penumpukan
lemak terkonsentrasi di sekitar perut sehingga memicu obesitas sentral yang lebih
beresiko memicu gangguan metabolisme. Dengan kata lain, laki-laki lebih rentan
terhadap diabetes mellitus (Mandal Ananya, 2011)

e. Komplikasi diabetes melitus


Menurut Smeltzer dan Bare (2002), komplikasi dibagi menjadi dua yaitu komplikasi
akut dan komplikasi kronis diabetes melitus.
3) Komplikasi akut diabetes melitus yaitu :
a) Hipoglikemia (reaksi insulin)
Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah yang abnormal rendah, terjadi
jika kadar glukosa darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat
terjadi karena pemberian insulin atau preparat yang berlebihan dan dapat
mengakibatkan kejang hingga koma.

b) Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, sehingga akan mengakibatkan gangguan
metabolisme lemak, karbohidrat dan protein dalam tubuh. Akibatnya akan terjadi
pemecahan lemak menjadi asam lemak bebas dan gliserol (lipolisis), asam lemak
bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Tubuh akan mengeluarkan badan

15
keton bersama urin dan sisa keton yang tidak dikeluarkan akan tetap berada dalam
tubuh dan dapat menghambat suplai oksigen ke seluruh tubuh.
c) Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketonik
Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketonik adalah keadaan yang
didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Kelainan biokimia pada sindrom ini adalah berupa kekurangan insulin
efektif, sehingga menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan
dan elektrolit. Hal ini menyebabkan cairan akan berpindah dari intra sel ke ekstra
sel, dengan adanya glukosuria dan dehidrasi maka akan dijumpai keadaan
hipernatremia dan peningkatan osmolaritas.

4) Komplikasi jangka panjang diabetes melitus


a) Retinopati diabetik
Retinopati diabetik merupakan kelainan pada retina mata yang disebabkan
oleh perubahan pembuluh darah kecil pada retina. Retina merupakan bagian dari
mata yang menerima bayangan dan mengirim informasi bayangan tersebut ke otak
(Smeltzer dan Bare, 2002). Manifestasi awalnya adalah adanya mikroneurisma
arteriol pada retina yang selanjutnya terjadi perdarahan, neovaskularisasi, dan
jaringan parut pada retina yang menyebabkan kebutaan (Price dan Wilson, 2006).
b) Makroangiopati diabetik
Makroangiopati diabetik memiliki histopatologis berupa arterosklerosis.
Gabungan biokimia yang disebabkan oleh insufiensi insulin yang dapat menjadi
penyebab jenis penyakit ini.gangguan ini berupa penimbunan sorbitol dalam intima
vascular, hiperlipoproteinemia, dan kelainan pembekuan darah. Faktor terpenting
yang menyebabkan arterosklerosis adalah konsentrasi kolesterol yang tinggi dalam
plasma darah dalam bentuk lipoprotein berdensitas rendah yang tinggi. Kolesterol
ini ditingkatkan oleh beberapa faktor meliputi tingginya lemak jenuh dalam diet
sehari-hari, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Konsumsi kolesterol yang
berlebihan juga dapat meningkatkan kadar lipoprotein berdensitas rendah dalam
plasma (Guyton dan Hall, 2008). Hiperkolesterolemia sendiri diyakini mengganggu
fungsi endotel dengan meningkatkan produksi radikal bebas oksigen. Radikal ini

16
menonaktifkan oksida nitrat yaitu faktor endothelial relaxing utama. Apabila terjadi
hiperlipidemia kronis, lipoprotein menempel (adhesi) dan tertimbun dalam lapisan
intima di tempat meningkatnya permeabilitas enditel. Arterosklerosis menyebabkan
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara
progresif mempersempit lumen pembuluh darah, jika lumen menyempit maka
resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah
miokardium, jika penyakit ini semakin lanjut maka penyempitan lumen akan diikuti
perubahan pembuluh darah yang mengurangi kemampuan pembuluh darah untuk
melebar, dengan demikian keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen
menjadi tidak stabil sehingga membahayakan miokardium yang terletak di sebelah
distal atau lesi seperti kaki. Lesi biasanya diklasifikasikan sebagai endapan lemak,
plak fibrosa dan lesi komplikata (Price & Wilson, 2006). Penyempitan lumen
pembuluh darah akibat resistensi terutama pemuluh darah eksterimitas bawah
akibat arterosklerosis, akan menyebabkan penurunan aliran darah yang karena
penurunan gradient tekanan atau penurunan daya yang mendorong darah melalui
pembuluh darah. Penurunan gradient tekanan tersebut, juga berdampak pada
penurunan tekanan vena yang menyeabkan aliran balik vena menurun (Guyton &
Hall, 2008). Makroangiopati akan menyebabkan penyumbatan vaskuler, apabila
mengenai arteri perifer maka akan menyebabkan terjadinya insufiensi vascular
perifer yang disertai klaudikasio intermiten dan ganggren pada ekstremitas (Price
dan Wilson, 2006).

c) Nefropati
Komplikasi DM pada ginjal disebut nefropati. Sesaat setelah kadar glukosa
meninggi maka akan terjadi stress pada mekanisme filtrasi ginjal yang
menyebabkan kebocoran protein darah ke dalam urin. Sebagai akibatnya tekanan
pada pembuluh darah ginjal akan meningkat. Kenaikan tekanan darah tersebut
diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati (Smeltzer &
Bare, 2002).
d) Neuropati

17
Neuropati disebabkan oleh hipoksia kronis sel-sel saraf serta efek dari
hiperglikemia termasuk hiperglikosilasi protein yang melibatkan fungsi saraf. Sel-
sel penunjang saraf terutama sel Schwann, mulai menggunakan metode alternatif
untuk mengatasi beban peningkatan glukosa kronis, yang akhirnya menyebabkan
demielinisasi segmental saraf perifer misalnya saraf pada kaki. Kecepatan konduksi
akan berkurang pada tahap dini, selanjutnya timbul nyeri, hilangnya sensasi getar,
hilangnya reflek tendon dalam, kelemahan otot hingga atrifi (Corwin, 2009).
e) Penyakit sistem sirkulasi (Vaskulopati)
Keadaan hiperglikemia yang terus menerus akan berdampak pada kemampuan
pembuluh darah untuk vasodilatasi dan relaksasi berkurang. Hal ini akan
menyebabkan sirkulasi darah dalam tubuh akan menurun, terutama di bagian kaki.
Jika tidak ditangani dengan baik, maka akan terjadi luka pada kaki yang disebut
kaki diabetik. Kaki Diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan
perubahan patologi pada anggota gerak bawah. Gangren Kaki Diabetik adalah luka
pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang
terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai (Soegondo, 2009).

f. Penatalaksanaan diabetes melitus


e. Terapi farmakologis
Menurut Soegondo (2009) terapi farmakologis diberikan apabila glukosa darah tidak
dapat dikendalikan dengan pengaturan pola makan dan latihan fisik, maka akan diberikan
obat-obatan oral penurun kadar glukosa darah dan jika perlu suntikan insulin. Obat
hipoglikemik oral yang diberikan dibagi menjadi empat golongan berdasarkan cara
kerjanya, yaitu: pemicu sekresi insulin, penambah sensitifitas terhadap insulin,
penghambat pembentukan glukosa, penghambat penyerapan glukosa.
Pemberian obat hipoglikemik oral biasanya diberikan dalam dosis kecil dan
ditingkatkan sesuai respon kadar glukosa darah. Terapi insulin diberikan untuk
melakukan koreksi terhadap defisiensi insulin yang tidak dapat diperbaiki dengan obat
hipoglikemik oral. Insulin disuntikan di bawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di
lengan, paha, atau dinding perut. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi, obat

18
vaskular, obat penurun gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala penyulit
Diabetes.

f. Pengaturan makanan
Prinsip pengaruran makanan pada penderita DM adalah makanan dengan komposisi
seimbang dalam hal karbohidrat, lemak, dan protein. Perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makan, terutama pada
mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Komposisi makanan
yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat sebanyak 45-60% dari asupan kalori, dianjurkan
terutama karbohidrat yang berserat tinggi. Lemak sekitar 20-25% dari total kebutuhan
kalori dan protein sebesar 10-20% dari total asupan energi (Soegondo, 2009).

g. Olahraga atau latihan jasmani


Latihan jasmani sangat penting dilakukan pada penderita DM, karena efeknya
dapat mencegah penyakit kardiovaskuler serta dapat menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Latihan fisik juga dapat meningkatkan sirkulasi darah dan tonus otot (Smeltzer
dan Bare, 2002). Dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani secara teratur 3-4 kali
seminggu, selama kurang lebih 15-30 menit dalam sekali latihan. Latihan fisik yang
dianjurkan adalah yang bersifat aerobik seperti senam, jalan kaki, main tali, berenang
dan joging. Olahraga teratur dapat menjaga berat badan ideal (Soegondo, 2009).

h. Perawatan kaki
Perawatan kaki yang bersifat preventif mencakup tindakan mencuci kaki dengan
benar, mengeringkan dan meminyakinya. Kita harus berhati-hati jangan sampai celah
diantara kaki-kaki menjadi basah. Inspeksi kaki harus dilakukan setiap hari untuk
memeriksa apakah terdapat gejala kemerahan, lepuh, fisura, kalus atau ulserasi.
Permukaan interior sepatu juga harus diperiksa untuk mencari apakah ada bagian yang
kasar atau adanya benda asing. Pasien yang memiliki kuku jari kaki yang tebal harus
menemui podiatris secara rutin untuk mendapatkan perawatan kaki serta pemotongan
kuku. Pasien harus diberitahu untuk menggunakan sepatu yang pas dan tertutup pada

19
bagian jari kaki. Pemberian penyuluhan kepada pasien dan keluarga sangat penting untuk
penatalaksanaan kaki diabetik di rumah. Periksalah diri secara rutin ke dokter dan
periksakan kaki setiap kali kontrol walaupun ganggren telah sembuh.(Brunner & Suddart,
2001).

g. Tanda dan gejala kaki diabetik


Menurut beberapa literature tentang diabetes, kaki diabetes adalah suatu penyakit penderita
diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
1). Sering kesemutan (asmiptomatus)
Karena terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan
sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut
berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan
nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain sehingga menyebabkan rasa
kesemutan, mati rasa dan oedem. Solusi mengatasi kesemutan adalah dengan posisikan
kaki pada posisi yang nyaman, jika kesemutan terjadi pada kaki kanan maka jentiklah
sekuat tenaga jempol tangan kiri dan jika kaki yang kesemutan adalah kaki kiri anda
maka jentiklah sekuat tenaga jempol tangan kanan. Setelah melakukan hal itu maka rasa
kesemutan seperti tertusuk-tusuk jarumnya akan hilang dan hanya tertinggal rasa
kebas.Diamkan beberapa saat sampai aliran darah kembali normal dan rasa kebas pun
akan berangsur menghilang.

2). Kulit kaki kering dan pecah-pecah


Sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh daah pada
penderita diabetes mellitus menyebabkan penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah
perifer yang sering sering terjadi pada tungkai bawah. Akibatnya perfusi jaringan bagian
distal dan tungkai menjadi kurang baik sehingga menimbulkan peningkatan kekeringan
dan pembentukan visura dalam kulit. Kekeringan pada kaki membawa resiko timbulnya
ulkus kaki. Solusi untuk mengatasi kulit kering dan tumit pecah-pecah yaitu
melembabkan kulit merupakan cara yang utama untuk mengatasi kulit kering. Pastikan
setelah mandi anda menggunakan pelembab khusus untuk kulit kering. Pelembab yang
bisa digunakan yang mengandung shea butter, lidah buaya, vitamin E. Tambahkan juga

20
sedikit lotion pada kaki, karena minyak dapat memberi efek tenang pada kulit dan
mengunci agar kulit tetap lembab dalam jangka waktu yang lama. Selain itu hindari kaus
kaki berbahan nilon dan rayon, karena bahan tersebut dapat menyebabkan kekeringan
pada kulit.Setiap malam sebelum tidur, rendam kaki dengan air hangat dan madu selama
10 menit. Madu sangat berkhasiat sebagai antiseptik sekaligus melembutkan kaki. Setelah
direndam, pijat kaki secara perlahan hingga tumit, jangan terlalu sering menggosokkan
dengan batu apung karena hal tersebut dapat membuat kaki menjadi pecah – pecah.

3). Adanya kalus di telapak kaki


Kalus adalah penebalan pada telapak kaki. Ini disebabkan tekanan yang terus-menerus
pada titik tertentu. Kalus yang masih kecil dapat dibersihkan sendiri dengan
menggunakan kikir khusus. Kalus yang telah sangat tebal, oleh dokter dibuang atau
ditipiskan dengan pisau bedah. Solusi mengatasi kalus dengan cara cuci bersih kulit kalus
atau kapalan  secara menyeluruh (kaki atau tangan yang akan di treatment). Gunakan
sabun dan air untuk menghilangkan kotoran di sekitarnya.  Ambil air hangat pada
ember/baskom untuk merendam tangan/kaki yang kapalan. Mulailah merendam daerah
yang terkena kapalan. Ini akan membantu melunakkan kulit mati dan memulai proses
penyembuhan. Rendam sekitar 10 – 15 menit lalu keringkan dengan handuk kering.
Selain itu penderita dapat menggunakan bantalan kaki untuk mengurangi tekanan,
dianjurkan juga agar berhati-hati dalam pemilihan alas kaki sebaiknya dipilih alas kaki
yang sesuai dengan ukuran kaki (size yang tepat) dan juga memilih bentuk alas kaki yang
tepat (tidak semua orang cocok mengenakan sepatu dengan ujung runcing). Sebaiknya
dihindari melakukan pengguntingan kalus atau klavus sendiri karena memiliki risiko
infeksi yang besar.

4). Kerusakan jaringan (nekrosis, ulkus)


Pada sebagian pasien diabetes akan mengalami kondisi yang disebut dengan ulkus kaki
diabetik, di mana kulit kaki akan mengalami kerusakan sehingga terbentuk sebuah luka.
Penyebab munculnya ulkus kaki diabetik diantaranya adalah kerusakan pada saraf di kaki
yang akan menyebabkan kaki menjadi kebal atas rasa sakit. Sehingga saat kaki
mengalami luka, otak tidak menerima rangsangan rasa sakit. Kerusakan saraf juga akan

21
membuat perlindungan terhadap kaki menjadi berkurang, sehingga tubuh tidak segera
menyesuaikan kaki saat kaki merasa tidak nyaman. Kerusakan ini akan menyebabkan
luka semakin membesar dan perubahan bentuk kaki, misalnya dengan penebalan kulit di
sebagian area kaki seperti telapak kaki atau tumit. Selain itu, penyakit diabetes akan
menyebabkan terjadinya penyempitan pembulu darah arteri ataupun pecahnya pembuluh
darah. Kedua kondisi tersebut akan membuat pembuluh darah mengurangi aliran darah
menuju kaki, yang akan menyebabkan pembusukan pada jaringan yang mati akibat
kekurangan nutrisi. Kurangnya aliran darah pada kaki juga akan menyebabkan sistem
kekebalan tubuh pada kaki berkurang sehingga infeksi akan sulit untuk disembuhkan  dan
justru akan semakin parah.
Solusi kerusakan jaringan atau ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan :
Tingkat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki. Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki
khusus dan pelengkap alas kaki yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat secara
khusus dapat mengurangi tekanan yang terjadi. Bila pada kaki terdapat tulang yang
menonjol atau adanya deformitas, biasanya tidak dapat hanya diatasi dengan penggunaan
alas kaki buatan umumnya memerlukan tindakan pemotongan tulang yang menonjol
(exostectomy) atau dengan pembenahan deformitas.
Tingkat I : Ulkus superficial terbatas pada kulit penanganan memerlukan debridemen
jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan
beban.
Tingkat II : Ulkus dalam, menembus tendon dan tulang, Abses dalam, dengan atau tanpa
osteomielitis penanganan memerlukan debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil
kultur,perawatan lokal luka dan teknik pengurangan beban yang lebih berarti.
Tingkat III : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis
penanganan memerlukan debridemen jaringan yang sudah menjadi gangren, amputasi
sebagian, imobilisasi yang lebih ketat, dan pemberian antibiotik parenteral yang sesuai
dengan kultur.
Tingkat IV : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah penanganan pada tahap
ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian atau amputasi seluruh kaki.

22
h. Perawatan kaki diabetik :
1. Periksa kaki dan celah kaki setiap hari, apakah terdapat kalus, bula, dan luka.
2. Bersihkan kaki dengan air bersih dan sabun mandi. Bila perlu rendam dengan air hangat-
hangat kuku selama 10-15 menit kemudian gosok kaki dengan sikat lembut. Keringkan
kaki dengan handuk lembut dan bersih termasuk daerah sela-sela jari.
3. Gunting kuku kaki sesuai bentuk kuku kaki mengikuti bentuk normal jaringan kaki,
kemudian kikir kuku agar tidak tajam. Bila penglihatan kurang baik, mintalah
pertolongan orang lain untuk memotong kuku atau mengkikir kuku setiap dua hari sekali.
4. Berikan pelembab/lotion (body lotion) pada daerah kaki yang kering terutama pada
daerah tumit agar kulit tidak menjadi retak. Tetapi jangan berikan pelembab pada sela-
sela jari kaki karena sela-sela jari akan menjadi sangat lembab dan dapat menimbulkan
tumbuhnya jamur
5. Periksalah bagian dalam sepatu dari benda-benda asing sebelum dipakai.
6. Pakai alas kaki sepatu dengan kaos kaki atau sandal selop yang berbahan lembut untuk
melindungi kaki agar tidak terjadi luka, juga di dalam rumah. Jangan gunakan sandal
jepit karena dapat menyebabkan lecet di selah jari pertama dan kedua. Gunakan dengan
baik sepatu dengan kaos kaki atau sandal selop yang sesuai dengan ukuran dan enak
untuk dipakai dengan ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari – jari

i. Senam Kaki
a. Definisi
Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana, disusun
secara sistematik dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara
harmonis (probosuseno, 2007). Berdasarkan pengertiannya, senam adalah salah satu jenis
olahraga aerobik yang menggunakan gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana kebutuhan
oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (karim, 2002).
Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes
Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan
fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam, dan berenang.

23
Latihan fisik ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani
(PERKENI, 2002)
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus
untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian
kaki. (S,Sumosardjuno,1986). Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah
dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi
keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono, 2009).

b. Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah memperbaiki
sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar kejaringan tersebut
(Tara, 2003).

c. Indikasi dan Kontra Indikasi


Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes
mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa
menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini. Senam kaki ini juga
dikontraindikasi pada klien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnnea
atau nyeri dada. Orang yang depresi, khawatir atau cemas. Keadaan-keadaan seperti ini
perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam kaki. Selain itu kaji keadaan umum
dan keadaaan pasien apakah layak untuk dilakukan senam kaki tersebut, cek tanda-tanda
vital dan status respiratori (adakah Dispnea atau nyeri dada), kaji status emosi pasien
(suasana hati/mood, motivasi), serta perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam
pemberian tindakan senam kaki tersebut.

d. Prosedur
Alat yang harus dipersiapkan adalah : Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi
duduk), prosedur pelaksanaan senam. Sedangkan persiapan untuk klien adalah Kontrak
topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki. Perhatikan juga lingkungan
yang mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien, dan Jaga privacy pasien.

24
Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki:
1. Perawat cuci tangan
2. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas
bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam posisi
berbaring dengan meluruskan kaki.
3. Gerakan senam kaki:
a. Duduklah tegak di atas sebuah kursi (jangan bersandar)

b. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas
lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali

c. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas.
Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan
secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

25
d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Kedua ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki ke arah samping
lalu ke tengah masing-masing sebanyak 10 kali.

e. Jari-jari kaki diletakkan di lantai. Kedua tumit diangkat dan buat gerakan
memutar ke samping. Turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ke tengah,
dengan pergerakkan pada pergelangan kaki, masing-masing sebanyak 10 kali.

f. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari ke depan
turunkan kembali kaki anda, bergantian kiri dan kanan. Ulangi sebanyak 10
kali.

g. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah muka anda lalu turunkan kembali ke lantai.
Masing-masing kaki ulangi 10 kali

26
h. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi gerak keenam, namun gunakan kedua
kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.

i. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan


pergelangan kaki ke depan dan ke belakang

j. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki ,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan secara
bergantian.

k. Letakkan sehelai koran di lantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan
kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja
 Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
 Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
 Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu
letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
 Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

27
Daftar Pustaka

Adam, J. 2009. Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus yang Baru. Diakses dari
http//cerminduniakedokteran.com 28 Oktober 2015

Akhtyo. 2009. Senam Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus. Diakses dari http://www.kuliah-
keperawatan.co 28 Oktober 2015

Basha, Adnil. 2008. Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaannya. Diakses dari
http://www.pjnhk.go.id.htm 28 Oktober 2015

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2. Jakarta : EGC

Dian. 2008. Diabetes dan Kaki. Diakses dari http://translate.diabetes.neuropathies.co.id 28


Oktober 2015

Hayens, B. dkk. 2003. Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Jakarta: Ladang Pustaka

Karim. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Diakses dari
http://pbprimaciptautama.blogspot. 28 Oktober 2015

Krucof. 2004. Aerobik yuk. Diakses dari http://www.ladyelen.blogspot.com 28 Oktober 2015

Misnadiarly. 2006. Diabetes Melitus :gangrene Ulcur, Infeksi. Mengenal Gejala Menanggulangi
dan Mencegah Komplikasi. Edisi 1. Jakarta : Pustaka Populer Obat

MJAFI. 2006. Amputasi pada Pasien Diabetes. Diakses dari http://translate.google.co.id 28


Oktober 2015

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2002. Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2


di Indonesia. Jakarta : CV.Aksara Buana.

Pinzur M.S. 2009. Diabetic Foot. Diakses dari http://www.emedicine.com Pinzur M.S. (2009).
Diabetic Foot. Diakses dari http://www.emedicine.com 28 Oktober 2015

Prabowo. 2007. Mengenal dan Merawat Kaki Diabetik. Diakses dari http://www.pikiran-
rakyat.com 21 Januari 2014

Probosuseno. 2007. Agar Olahraga Bermanfaat Untuk Kesehatan. Diakses dari


http://www.republika.co.id 28 Oktober 2015

S,Sumosardjuno. 1986. Manfaat dan macam olahraga bagi penderita diabetes melitus. Bandung

28
Sudjana. 1992. Metode statistic edisi ketiga. Bandung : Tarsito
Tandra, hans. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Umum

Utama,Hendra. 2006. Olahraga bagi Kesehatan jantung. Jakarta: FK UI

Vowden,P. 2001. Doppler Assessement and ABPI: Interpretation in the management of leg
ulceration. Diakses dari www.worldwidewounds.com 28 Oktober 2015

Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes. Diakses dari http://senamkaki.com
28 Oktober 2015

WHO. 2000. Panduan penatalaksanaan Diabetes Melitus. EGC : Jakarta

Wahyuni,Rolinda Sari. 2006. Statistika Kedokteran. Jakarta timur: Bamboedoea Communination

29
DOKUMENTASI

30

Anda mungkin juga menyukai