Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


SISTEM MUSKULOSKELETAL (OSTEOMIELITIS)

Disusun oleh: kelompok II

1. Rista aguskurdani
2. Erna noviana
3. Pitayanti
4. Resti melasari
5. Citra rahayu
6. Bq. Yulia eka hasniwati
7. Al nur ilmi
8. Lalu ambara ganda putra
9. M. Syarifudin
10.M. Mukti ali

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TA. 2016/2017

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Ns. Eva Marvia, MM. dan teman–teman semua yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur sistem muskuloskeletal
Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami
makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.

Mataram, 08 April 2016.

Kelompok II

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Tujuan penulisan ........................................................................................1
Tujuan umum .......................................................................................1
Tujuan khusus ......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3

A. Definisi osteomielitis ................................................................................3


B. Klasifikasi osteomielitis .............................................................................3
C. Etologi osteomielitis...................................................................................4
D. Patofisiologi osteomielitis...........................................................................5
E. Manifestasi klinis osteomielitis...................................................................7
F. Pemeriksaan penunjang osteomielitis.........................................................7
G. Penatalaksanaan osteomielitis.....................................................................8
H. Pencegahan osteomielitis............................................................................8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS ...................................10

A. Pengkajian.................................................................................................10
B. Diagnosa....................................................................................................11
C. Intervensi...................................................................................................12
D. Evaluasi ....................................................................................................14

BAB IV PENUTUP...................................................................................................15

A. Kesimpulan ..............................................................................................15
B. Saran ........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................16

ii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung


jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal
adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen,
bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai
macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri,
sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek
pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah
nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan
sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).

Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah radang


tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain
juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar
melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum
(Dorland, 2002).

Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi


piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau Staphylococcus
aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada tulang atau melibatkan
beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan jaringan lunak disekitar tulang.
Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi
yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang tepat. Secara umum, dibutuhkan
pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit
infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak.

Dari penelitian yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya


osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering
terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat,
prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada
diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang atau
jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang permanen.
Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-
komplikasi yang berkepanjangan.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum:

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
muskuloskeletal dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang
osteomielitis dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
osteomielitis.

2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui definisi dari osteomielitis.
b. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis.
c. Untuk mengetahui etiologi osteomielitis.
d. Untuk mengetahui patofisiologi osteomielitis.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis osteomielitis.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomielitis.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan osteomielitis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi osteomielitis

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan


daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan
defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang


disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).

2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh staphylococcus (Henderson, 1997).

B. Klasifikasi osteomielitis

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis,


yaitu:

1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana


mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.

2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya


akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Osteomielitis akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama


atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi
pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.


Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada
anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang
tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis
local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis
hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.

b. Osteomielitis direk

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat


trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.

2. Osteomielitis sub-akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul.

3. Osteomielitis kronis

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan
kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada
luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang
terjadi pada tulang yang fraktur.

C. Etiologi

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah
Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur

4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami
infeksi melalui 3 cara:

1. Aliran darah

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-
anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal,
rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa
terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi
pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.

2. Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang


terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan
dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di
kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis).
Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

D. Patofisiologi

(Brunner, suddarth. (2001) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70%


sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses
dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi
pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada
tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
E. Manifestasi klinis

Menurut Smeltzer (2002)

1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala
lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan
nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau


kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

F. Pemeriksaan penunjang

(Brunner, suddarth. (2001)


1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan


radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Pemeriksaan tambahan :

a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama


b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.

G. Penatalaksanaan

(Brunner, suddarth. (2001)


1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang
ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.

c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk


kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian
diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang
ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan
kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah.

H. Pencegahan

1. Berhenti merokok

Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah


Anda, yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat disarankan
Anda berhenti sesegera mungkin.

2. Diet sehat

Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan


lemak di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah
lemak dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran (setidaknya lima
porsi sehari) dan biji-bijian. Makan makanan yang sehat juga dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan Anda.
3. Mengelola berat badan Anda

Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk


menurunkan berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang
sehat dengan menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga
teratur. Setelah Anda telah mencapai berat badan yang sehat akan membantu
menjaga tekanan darah Anda pada tingkat normal, yang akan membantu
meningkatkan sirkulasi Anda. Anda dapat menggunakan Body Mass Index
(BMI) kalkulator untuk memeriksa.

4. Mengurangi alkohol

Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang


direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari
untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang normal-
kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh. Secara teratur
melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik
tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk.
Hubungi dokter Anda jika Anda menemukan kesulitan untuk moderat minum
Anda. Layanan dan obat-obatan Konseling dapat membantu Anda mengurangi
asupan alkohol Anda.

5. Olahraga teratur

Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat


jantung dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang, 150
menit dari moderat untuk olahraga berat seminggu dianjurkan. Namun, jika
kesehatan Anda secara keseluruhan miskin, mungkin perlu bagi Anda untuk
berolahraga menggunakan program khusus disesuaikan dengan kebutuhan
Anda saat ini dan tingkat kebugaran. GP Anda akan dapat menyarankan Anda
tentang tingkat yang paling cocok bagi anda berolah raga. Jika Anda merasa
sulit untuk mencapai 150 menit latihan seminggu, mulai dari tingkat yang
Anda merasa nyaman dengan. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan lima
sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum secara bertahap meningkatkan
durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda mulai membaik.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS


A. Pengkajian

1. Identitas

Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan
utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat
dapat menggunakan metode PQRST :
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak
menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,
nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-3
pada rentang skala pengukuran 0-4

e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala


akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan


sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang,
infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun


biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.

3. Psikososisl
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat
perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan atau sekolah.

4. Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.

5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon


a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya, apakah
klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan
karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena
rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak,
menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit
yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan
klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
masalah seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.

k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien
agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di
RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

B. Diagnosa keperawatan
1. DX 1: Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan
2. DX 2: Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
menahan beban berat badan.
3. DX 3: Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang
4. DX 4: Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
C. Intervensi keperawatan
No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Untuk mengetahui
keperawatan — Mengkaji karakteristik tingkat rasa nyeri
diharapkan nyeri nyeri : lokasi, durasi, sehingga dapat
dapat berkurang atau intensitas nyeri dengan menentukan jenis
terkontrol dan rasa menggunakan skala tindakannya.
nyaman meningkat. nyeri (0-10) — Mencegah pergeseran
Kriteria hasil: — Mempertahankan im- tulang dan penekanan
 Tidak terjadi mobilisasi (back slab) pada jaringan yang luka.
nyeri — Peningkatan vena
 Napsu makan — Berikan sokongan return, menurunkan
menjadi normal, (support) pada edem, dan mengurangi
 ekspresi wajah ektremitas yang luka nyeri
rileks dan — Untuk mengetahui
 suhu tubuh — Amati perubahan suhu penyimpangan –
normal setiap 4 jam penyimpangan yang
terjadi
— Mengurangi rasa nyeri
— Kompres air hangat dan memberikan rasa
Koaborasi nyaman
— Mengurangi rasa nyeri
— Pemberian obat-
obatan analgesik

2. Tujuan: setelah Mandiri


diberikan tindakan — Pertahankan tirah
keperawatan baring dalam posisi — Agar gangguan
diharapkan yang di programkan mobilitas fisik dapat
Gangguan mobilitas — Tinggikan ekstremitas berkurang
fisik dapat berkurang yang sakit, — Dapat meringankan
instruksikan klien / masalah gangguan
Kriteria hasil: bantu dalam latihan
mobilitas fisik yang
rentang gerak pada
 Meningkatkan dialami klien
ekstremitas yang sakit
mobilitas pada
dan tak sakit
tingkat paling
— Beri penyanggah pada
tinggi yang
ekstremitas yang sakit
mungkin
pada saat bergerak — Dapat meringankan
 Mempertahankan
posisi fungsional masalah gangguan
— Jelaskan pandangan
 Meningkatkan / mobilitas yang dialami
dan keterbatasan
fungsi yang sakit klien
dalam aktivitas
 Menunjukkna — Agar klien tidak banyak
teknik mampu melakukan gerakan
— Berikan dorongan
melakukan
pada klien untuk yang dapat
aktivitas
melakukan AKS membahayakan
dalam lingkup — Mengurangi terjadinya
keterbatasan dan beri penyimpangan –
bantuan sesuai penyimpangan yang
kebutuhan
dapat terjadi
— Ubah posisi secara
periodik
Kolabortasi
— Fisioterapi / aoakulasi
terapi — Mengurangi gangguan
mobilitas fisik

— Mengurangi gangguan
mobilitas fisik
D. Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan


osteomielitis diharapkan sebagai berikut:
1. Nyeri berkurang atau terkontrol dan rasa nyaman meningkat
2. Gangguan mobilitas fisik berkurang
3. Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami
4. Ansietas hilang dan pasien mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
BAB IV

PENUTUP
A. Keimpulan

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan


daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer
2. Osteomielitis Sekunder
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur

4. Mikroorganisme lain

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada osteomielitis untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan


asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan osteomielitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta
2. Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC
3. Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
4. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta
5. Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai