Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN BATU GINJAL/BULI

Dosen Pengampuh :
Nur Febrianti,S.Kep,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Hasmayanti

AKADEMI KEPERAWATAN JUSTITIA


YAYASAN PENDIDIKAN JUSTITIA
SULAWESI TENGAH
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A.Konsep Medis
1.Pengertian Batu Ginjal
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000)
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen kristal
dan matriks organik.(Suyono, 2001)
Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam kolises dan atau
pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau kalsium.

2.Etiologi
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui.
Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat
meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang–kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi
bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa
albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

1) Faktor intrinsik, meliputi:


 Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi
 Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
 Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

2) Faktor ekstrinsik, meliputi:


 Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
 Iklim dan temperatur.
 Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
 Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
 Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).

3.Manifestasi Klinis
Obstruksi.
Peningkatan tekanan hidrostatik
Distensi pelvis ginjal.
Rasa panas dan terbakar di pinggang. Kolik
Peningkatan suhu (demam).
Hematuri.
Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare. Nyeri hebat
1. Batu pada pelvis renalis
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c. Hematuria, piuria
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia kolik ureteral
b. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah
3. Batu yang terjebak pada kandung kemih
a. Gejala iritasi
b. Infeksi traktus urinarius
c. Hematuria
d. retensi urined.
e. Obstruksi

4.Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh
akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini
menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu
pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
meyebabkan terjadinya pengendapan.
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih:
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di
dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal
atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk
kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar
salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam
saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau
keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih
dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal
permanen (gagal ginjal).

5.Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan.
Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu
ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan
bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu
ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras
akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan
adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul.
Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograd. (1)
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu
pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita
(3)
yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat
ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu
selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu (1).
b. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang
adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan penyebab batu.

6.Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu
saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat
dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan
endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
a. ESWL/ LithotripsiAdalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk menghancurkan
batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir
sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
b. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor.
c. Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis
ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter yang tersumbat,
menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
d. Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan  memasukkan suatu alat
Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser,
lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat
dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus
ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
e. Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di
dalam ginjal.
f. Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
a. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju
dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di
dalam urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari
buah cranberry ( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih
mudah larut dalam urin.
b. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5 gram kalium fosfat
asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
c. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine harus
dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 – 8 ml asam nitrat 50%, 4
kali sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit
penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua
kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap
hari ).
d. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu ginjal
menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan
ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan
pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.
ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh kasus

Seorang pria 50 tahun bekerja sopir,dating ke IGD dengan keluhan nyeri hebat pada daerah
pinggang menjalar ke perut,nteri di rasakan terus menerus berkurang jika klien posisi
miring,klien merasa cemas,karena sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti
ini.klien mengatakan susah berkemih.klien pernah BAK dan keluar butiran seperti
pasir.Pemeriksaan fisik,TD:130/85 mmHg,N:100x/menit,S:37ºc,R:24x/menit,HB:12
gr/d,Leukosit :9.000/ul,Urem:40/ul,Kreatinin:1,9/ul,BUN:40 mg/dl,nyeri ketok CVA (+).

A.Pengkajian

1) Identitas
Tgl MSR : 25 September 2021
Tgl pengkajian : 26 September 2021
Nama : Tn.Ab
TTL : 07 agustus 1968
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Palu
Agama : Islam
Dx medis : Batu Ginjal

2) Riwayat penyakit
a. Keluhan utama : Nyeri hebat pada area pinggang
b. Riwayat penyakit sekarang : klien mengatakan nyeri hebat pada daerah
pinggang,nyeri dirasakan terus menerus,skala nyeri 6(10),nyeri berkurang jika
klien posisi miring,nyeri seperti ditekan,klien pernah mengatakan pernah BAK
dan keluar butiran seperti pasir.
c. Riwayat penyakit dahulu : klien mengatakan pernah menderita penyakit
hipertensi
d. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan keluarganya belum pernah
mengalami penyakit seperti ini

e. Rencana terapi : acetaminophen, ibuprofen, IVFD Ns 0,9%, omeprazole


3) Pola Kebutuhan dasar Pol Gordon
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
 Sebelum Sakit   :klienmengatakan sakitnya murni karena faktor ilmiah,
bukan karena guna-guna/santet.
 Saat sakit             : Saat sakit dibawa ke rumah sakit.

2. Pola Nutrisi Metabolik


 Sebelum sakit    : mengatakan makan 3 x sehari dengan sayur dan lauk
pauk,porsi 1 piring penuh. Untuk minum 2,5 – 3 L per hari
   Saat sakit             : makan 3x sehari tetapi dengan setengah porsi. Minum air
putih 2 gelas hari.

3. Pola Eliminasi
 Sebelum sakit :
   BAB        : 1 x sehari , normal
  BAK        : 6 x sehari
 Saat sakit         :
  BAB        : 1 x sehari , tetap normal
BAK        : 1 x sehari dan merasa sakit saat berkemih, pernah berkemih dan
mengeluarkan butiran seperti pasir

4. Pola gerak dan aktifitas


 Sebelum sakit : klien mengatakan aktifitas dan latihan tidak ada masalah
 Saat sakit : klien mengatakan belum dapat melakukan aktivitas secara
maksimal seperti biasaya

5.   Pola kognitif dan persepsi


kurang mengetahui tentang penyakitnya secara mendetail,tapi OS mengetahui bahwa dia
terkena penyakit yg disebabkan oleh gigitan nyamuk dan menurunkan trombositnya.

6. Pola persepsi – Konsep diri


 Sebelum sakit klien mengatakan :
Harga Diri             : tidak bermasalah
Body Image         : tidak bermasalah
Ideal diri               : tidak bermasalah
Peran                    : tidak bermasalah
Identitas diri       : tidak bermasalah
 Saat sakit klien mengatakan
  Harga Diri             : tidak bermasalah
  Body Image        : tidak bermasalah
Ideal diri               : tidak bermasalah
Peran                    : tidak bermasalah
Identitas diri       : tidak bermasalah

7. Pola tidur dan istirahat


 Sebelum Sakit   : Klien mengatakan setiap hari tidur dengan rentang 6 – 8
jam..
 Saat sakit             : Saat sakit susah tidur dan sedikit terganggu karena ruang
gerak yang tidak memadai.

8. Pola peran – hubungan


   Sebelum Sakit   :klien dapat berkomunikasi dengan baik, dengan keluarga
maupun temannya.
 Saat sakit             : Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dengan perawat,
keluarga maupun temannya.

9. Pola seksual – reproduksi


 Klien sudah menikah dan dikaruniai 2 orang anak

10. Pola toleransi strees – koping


 Sebelum Sakit   : Klien mengatakan jika mengalami masalah stress akan
bercerita dengan teman.
 Saat sakit             : Klien menceritakan keluhannya kepada keluarga.

11. Pola nilai – Kepercayaan


 Sebelum Sakit   :klien menganut agama Kristen, dan melaksanakan ibadah
setia hari minggu
 Saat sakit             : klien tidak bisa peri ke gereja tapi tetap meminta
pertolongan Tuhan dengan berdoa.

4) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TTV :
TD: 130/85 mmHg
S: 37℃
R : 24 x/m
N: 100x/m
d. Head To Toe
a) Kepala
- Rambut : pendek, dan bersih .
- Mata : simetris, bersih
- Hidung : Tidak ada perdarahan dan simetris
- Mulut : bibir kering dan bau mulut
- Gigi : tidak lengkap
- Telinga : simetris, pendengaran tajam
b) Leher
- Bentuk simetris
- Palpasi trakhea tidak teraba massa
- Palpasi kelenjar thiroid : tidak teraba pembesaran kelenjar
c)   Dada
- Inspeksi : Ekspansi dada simetris, warna kulit merata
- Palpasi : Tidak teraba massa, ekspansi dada simetris
- Perkusi : Resonan
- Auskultasi : Terdengar BJ S1 dan BJ S2
d)   Abdomen
- Inpseksi : ada distensi pada abdomen ( pembengkakan pada
abdomen)
- Palpasi : Tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran hepar, adanya
nyeri tekan pada abdomen bagian bawah
- Perkusi : Timpani pada area lambung dan pekak pada area hepar
e) Punggung dan pinggang
- Inspeksi : Tidak tampak pembengkakan
- Palpasi : Adanya nyeri tekan
- Perkusi : Redup
f)   Genetalia : Tidak terpasang kateter
g) Ekstremitas
- Ekstremitas atas: tidak ada oedem, terpasang infus pada tangan sebelah kanan
- Ekstremitas bawah: tidak ada oedema

5) Pemeriksaan Laboratorium
- HB : 12 gr/dL NN: 13.5-18gr/dL
- Leukosit : 9.000/ul, NN: 6000 – 10.000/ul
- Trombosit : 200.000/ul, NN: 250.000-500.000/ul
- Ureum : 40/ul,
- Kreatinin : 1,9/ul NN: 0,5-1,5 mg/dl
- BUN : 40 mg/dl NN: 10 – 30 mg/dl

B.Klasifikasi Data
DS DO
- Klien mengatakan nyeri pinggang Skala nyeri 8
menjalar ke perut -Klien tampak meringis
- klen mengatakan sulit untuk berkemih - -Nyeri tekan pada perut bagian bawah
- klienmengatakan pernah berkemih dan - -Klien tampak mengelus-elus daerah perut
keluar nutiran seperti pasir - TD: 130/85mmHg
- BAK tidak lancar, -Nadi: 100x/m
- Klien mengatakan cemas karena tidak -Suhu: 37oC
tahu tentang penyakitnya karena belum - RR: 24x/m
pernah mendapatkan penyakit seperti ini - Distensi pada abdomen bagian bawah (daerah
sebelumnya sympisis)
- Klien tampak cemas
- HB : 12 gr/dL NN:13.5-18gr/dL
- Leukosit : 9.000/ul, NN: 6000 – 10.000/ul
- Trombosit : 200.000/ul, NN:250.000-
500.000/ul
- Ureum : 40/ul,
- Kreatinin : 1,9/ul NN: 0,5-1,5 mg/dl
BUN : 40 mg/dl NN:10–30mg/dl

C.Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH


.
1 DS : Kelainan metabolik, Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri
pemecahan purin meningkat
pinggang menjalar ke perut

DO:
Peningkatan absorpsi di usus
-Skala nyeri 8

-Klien tampak meringis
Hiperkalsemia
- -Nyeri tekan pada perut bagian

bawah
Peningkatan filtrasi
- -Klien tampak mengelus-elus

daerah perut
Konsentrasi zat pembentuk
- TD: 130/85mmHg
batu meningkat
-Nadi: 100x/m

-Suhu: 37oC
Larutan metastabil
- RR: 24x/m

- HB : 12 gr/dL
-BUN : 40 mg/dl Proses kristalisasi
- Kreatinin : 1,9/ul ↓
- Ureum : 40/ul, Pengendapan batu
- Trombosit : 200.000/ul, ↓
- Leukosit : 9.000/ul, Pembentukan batu ginjal

NN: 13.5-18gr/dL Respon obstruksi
NN: 6000 – 10.000/ul ↓
NN: 250.000-500.000/ul Nyeri dipersepsikan
NN: 0,5-1,5 mg/dl
NN: 10 – 30 mg/dl

2 DS: Pembentukan Batu ginjal Retensi Urin


- klen mengatakan sulit untuk

berkemih
Respon obstruksi
- klienmengatakan pernah

berkemih dan keluar nutiran
Penurunan reabsorbsi dan
seperti pasir
sekresi turbulen
- BAK tidak lancar,

DO:
Gangguan fungsi ginjal
- Distensi pada abdomen bagian

bawah (daerah sympisis)
Penurunan produksi urine
- HB : 12 gr/dL
- Leukosit : 9.000/ul,
- Trombosit : 200.000/ul,
- Ureum : 40/ul,
- Kreatinin : 1,9/ul
BUN : 40 mg/dl
NN: 13.5-18gr/dL
NN: 6000 – 10.000/ul
NN: 250.000-500.000/ul
NN: 0,5-1,5 mg/dl
NN: 10 – 30 mg/dl

3 DS: embentukan Batu ginjal Kecemasan


- Klien mengatakan cemas karena

tidak tahu tentang penyakitnya
Gangguan fungsi ginjal
karena belum pernah mendapatkan

penyakit seperti ini sebelumnya
Perubahan status kesehatan;
DO:
nyeri perut hingga ke
Klien tampak cemas
pinggang, retensi urine

Respon psikologis

Kecemasan

D.Diagnosa Keperawatan
1.   Nyeri akut b/d peningkatan aktivitas peristaltik otot polos, peregangan dari terminal saraf
sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2.   Perubahan pola miksi b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, obstruksi mekanik, dan
retensi urine akibat batu ginjal
3.   Kecemasan b/d perubahan status kesehatan tentang penyakit yang diderita

E.Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d peningkatan aktivitas peristaltik otot polos, peregangan dari terminal
saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
- Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang, hilang atau teradaptasi
- Kriteria evaluasi :
 secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, skala nyeri 0-
4
 dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
 ekspresi pasien rileks
Intervensi Rasional
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1- Membantu evaluasi tempat obstruksi dan
10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering
verbal seperti: peningkatan TTV, gelisah, menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia
meringis, merintih, menggelepar sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf
dan pembuluh darah yang menyuplai area lain.
Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan
gelisah, takut/cemas
Membantu evaluasi tempat obstruksi dan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia
keefektifan dalam mengurangi nyeri
sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf
dan pembuluh darah yang menyuplai area lain.
Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan
gelisah, takut/cemas
Lakukan menejemen nyeri keperawatan: -Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2
-    Istirahatkan pasien jaringan perifer sehingga akan meningkatkan
-    Beri kompres hangat pada pinggang suplai darah ke jaringan
-    Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam -  -Vasodilatasi dapat menurunkan spasme otot
-    Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab dan kontraksi otot pinggang sehingga
nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri menurunkan stimulasi nyeri
akan berlangsung
-   -Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder

-Pengetahuan yang akan dirasakan membantu


mengurangi nyeri dan membantu kepatuhan
klien terhadap rencana teraupetik
Kolaborasi pemberian obat sesuai program Analgetik biasanya diberikan selama episode
terapi: akut untuk menurunkan kolik ureter dan
-    Analgetik meningkatkan relaksasi otot/mental.
Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.
2. Perubahan pola miksi b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, obstruksi mekanik, dan
retensi urine dan batu ginjal
- Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi
pasien
- Kriteria hasil :
    Frekuensi miksi dalam batas 5-8x/24 jam
    Pasien mampu minum 2000 cc/24 jam dan kooperatif untuk menghindari cairan
yang mengiritasi kandung kemih

Intervensi Rasional
Kaji pola berkemih dan cata produksi urine Mengetahui pengaruh iritasi kandung kemih
tiap 6 jam dengan frekuensi miksi
Anjurkan pasien untuk minum 2000cc/hari Mempertahankan fungsi ginjal, pemberian air
secara oral adalah pilihan terbaik untuk
mendukung aliran darah renal dan membilas
bakteri dari traktus urinarus
Hindari minuman kopi, teh, kola, dan alkohol Menurunkan iritasi dengan menghindari
minuman yang bersifat mengiritasi saluran
kemih
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit
(elektrolit, BUN, kreatinin) menjukkan disfungsi ginjal
Kolaborasi dalam pemberian obat diuretik Obat diuretic dapat merangsang klien untuk
berkemih

3. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan tentang penyakit yang diderita


- Tujuan : dalam waktu 1x24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau
hilang
- Kriteria hasil : Pasien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya,
dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, kooperatif
terhadap tindakan dan wajah rileks

Intervensi Rasional
Bantu pasien mengekspresikan perasaan takut Cemas berkelanjutan memberikan dampak
dan marah serangan jantung selanjutnya
Beri dukungan kepada klien Hubungan emosional yang baik antara perawat
dengan pasien akan mempengaruhi penerimaan
terhadap kecemasan. Keterbukaan mengenai
setiap tindakan yang akan dilakukan
diharapkan akan menghilangkan banyak
ketakutan klien
Beri lingkungan yang tenang dan suasana Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
penuh istirahat. perlu
Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
mengungkapkan kecemasannya kekhawatiran yang tidak diekspresikan
Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberi waktu untuk mengekspresikan
terdekat perasaan, menghilangkan cemas, dan perilaku
adaptasi.

F.Implementasi

Diagnosa keperawatan Implementasi


Nyeri akut b/d peningkatan aktivitas 1.Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
peristaltik otot polos, peregangan dari 2.Menganjurkan dan mengajarkan teknik
terminal saraf sekunder dari adanya distraksi pada klien
3.Memberikan posisi yang nyaman
batu pada ginjal.

Perubahan pola miksi b/d stimulasi 1.Ajarkan pola kemih terencana (untuk
kandung kemih oleh batu, obstruksi mengatasi kontraksi kandung kemih yang tdk
biasa)
mekanik, dan retensi urine akibat batu
2.Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti
ginjal setelah makan,mandi,dll

Kecemasan b/d perubahan status kesehatan 1.Membantu pasien mengidentifikasi dan


tentang penyakit yang diderita mengurikan perasaannya
2.Mengajarkan pasien tehnik relaksasi napas
dalam

G.Evaluasi

Diagnosa keperawatan Evaluasi


1.   Nyeri akut b/d peningkatan aktivitas S : pasien mengatakan masih sedikit nyeri
peristaltik otot polos, peregangan dari O : -Pasien sudah tidak terlihat gelisah
-Pasien tampak menahan nyeri
terminal saraf sekunder dari adanya
P : Nyeri saat di tekan
batu pada ginjal. Q : Nyeri di tusuk –tusuk
2.   Perubahan pola miksi b/d stimulasi R : Perut Bagian bawah
S : Skala nyeri 5
kandung kemih oleh batu, obstruksi
T : ± 3 menit setiap gerak
mekanik, dan retensi urine akibat batu
ginjal
3.   Kecemasan b/d perubahan status
kesehatan tentang penyakit yang diderita

Anda mungkin juga menyukai