Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN KASUS


GANGGUAN SISTEM CERNA DAN SISTEM KEMIH PADA KLIEN
DEWASA (RETENSI URINE)

1. Abdul Muhaji (18.1409.S)


2. Edwin Dony yahya (18.1434.S)
3. Fisa Martha Lawamena J (18.1442.S)
4. Isky Yuli Aminah (18.1457.S)
5. Kiki Mudrikhatul Inayah (18.1462.S)

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


SEMESTER 6

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
karunianya sehingga makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Dengan Kasus Gangguan Sistem Cerna Dan Sistem Kemih Pada Klien Dewasa (Retensi
Urine)” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi Retensi Urine salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat pada khususnya, dan untuk memberikan pengetahuan Kami
memohon maaf yang apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, karena kesempurnaan
hanyalah milik-Nya semata.
Kami harap para permbaca berkenan kiranya menyampaikan kritik, usul, dan saran
kepada saya sehingga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
kelak.

Pekalongan, 30 Maret 2021

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI........................................................................................................................3
A. Pengertian............................................................................................................................3
B. Etiologi.................................................................................................................................3
C. Tanda dan Gejala................................................................................................................3
D. Patofisiologi..........................................................................................................................3
E. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................5
F. Penatalaksanaan Medis.......................................................................................................5
BAB III............................................................................................................................................6
TINJAUAN KASUS........................................................................................................................6
A. Pengkajian...........................................................................................................................6
B. Masalah Keperawatan.........................................................................................................7
C. Rencana Tindakan Keperawatan........................................................................................7
D. Evaluasi................................................................................................................................8
BAB IV............................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................................9
A. Kesimpulan..........................................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering
diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut1. Istilah BPH atau benign prostatic
hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia
sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat
dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga
90% pada pria berusia di atas 80 tahun.Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH
seringkali berupa LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala
obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputi:
frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering
terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap
selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat
kompleks.
Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak
semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH.Terapi yang akan diberikan pada pasien
tergantung pada tingkat keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia,
dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di Indonesia kemampuan melakukan diagnosis
dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan sumber
daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun demikian dokter di daerah terpencilpun
diharapkan dapat menangani pasien BPH dengan sebaik-baiknya. Penyusunan
guidelines di berbagai negara maju ternyata berguna bagi para dokter maupun
spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan benar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan GADAR dengan retensi urine di IGD.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien pada pasien BPH dengan masalah
utama retensi urine di IGD RSUD.
b. Mampu menganalisis dan merumuskan masalah keperawatan berdasarkan
kegawatdaruratan pada pasien dengan masalah keperawatan retensi urine di
IGD.

1
c. Mengetahui efektifitas tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien
dengan masalah keperawatan retensi urine di IGD.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih.
Menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, dalam keadaan distensi,
vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine.
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengkosongkan isi kandung
kemih sepenuhnya selama proses pengeluaran urine. (Brunner and Suddarth, 2010).
Purnomo (2011), mengatakan bahwa retensi urine adalah ketidakmampuan kandung
kemih untuk mengosongkan sebagian atau keseluruhan selama proses pengosongan.
Retensi akut adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba pada keadaan
kandung kemih yang nyeri. Retensi urine kronis adalah keadaan kandung kemih yang
membesar, penuh, tidak nyeri dengan tanpa kesulitan kerkemih.
B. Etiologi
Penyebab dari retensi urine antara lain diabetes, pembesaran kelenjar prostat,
kelainan uretra (tumor, infeksi, kalkulus), trauma, melahirkan atau gangguan
persyarafan ( stroke, cidera tulang belakang, multiple sklerosis dan parkinson).
Beberapa pengobatan dapat menyebabkan retensi urine baik dengan menghambat
kontraksi kandung kemih atau peningkatan retensi kandung kemih atau peningkatan
resistensi kandung kemih.
C. Tanda dan Gejala
1. Diawali dengan urine mengalir lambat
2. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien
3. Terjadi distensi abnormal akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc
D. Patofisiologi
Retensi urine dapat dibedakan berdasarkan sumber penyebabnya antara lain:

3
1. Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik dan sensorik.
Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang mengakibatkan otot tidak
mau berkontraksi.
2. Gangguan vesikal adalah kondisi lokal seperti batu di kandung kemih, obat
antimukarinik/antikolinergik (tekanan kandung kemih yang rendah) menyebabkan
kelemahan pada otot detrusor.
3. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kanker, prostatitis),
tumor pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus uretra, tumor penis, strikur
uretra, trauma uretra, batu uretra, sklerosis leher kandung kemih.
Pada retensi urine , penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa
nyeri yang hebat didaerah suprapulik dan hasrat ingin miksi yang hebat
disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurun lokasi, fakor obat dan
faktor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain
sebagainya. Berdasarkan lokasi bia dibagi menjadi supra vesikal berupa
kerusakan pusat miksi di medulla spinalsi menyebabkan kerusakan simpatis
dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi
dengan otot destrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunya
relaksassi otot spinkter internal, vessikal berupa kelemahan otot destrusosr
karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau
kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil, menyebabkan obstruksi urethra
sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensi
abdomen. Faktor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan
darah, menurunkan filtras glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine
menurun. Faktor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan
lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, perianal,
spinkteranal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik.
Dari semua faktor menyebabkan urine mengalir lambat kemudian
terjadi poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya
terjadi distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan,
salah satunya berupa kateterisasi urethra.

4
E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan specimen urine.
2. Pengambilan steril, random, midstream.
3. Pengambilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, Keton dan Nitrit.
4. Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih).
5. IVP (Intravena Pielogram)/ Rontgen dengan bahan kontras.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Kateterisasi urethra.
2. Dilatasi urethra dengan boudy.
3. Drainase suprapubik.
G. Komplikasi
1. Urolitiasis atau nefrolitiasis.
2. Pielonefritis adalah infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut
maupun kronis.
3. Hydronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap
ginjal karena aliran air kemih tersumbat.
4. Pendarahan.
5. Ekstravasasi urine.

5
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
 Pengkajian
Nama
Umur
Alamat
Tanggal
Jam
 Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan tidak bias bung air kecil sejak kemarin
sing,1 hari yang lalu. Pasien merasa sakit pada kandung kemih karena tidak bias
kencing. Pasien tampak menahan sakit. Tampak ada penumpukan pada kandung
kemih. Klien mengatakan sudah dilakukan op BPH di Rumah Sakit lain dan
sekarang hari ke 40 post op. setelah dilakukan op masih bias BAK dengan lancar.
Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti
yang di derita pasien sekarang. Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit gula
dan darah tinggi.Pemeriksaan tanda tanda vital :
TD : 150/80 mmHg
N : 96 x/mnt
R : 24 x/mnt
S : 36,2 CGCS : 15
Pengkajian Nyeri :
P : pasien mengatakan sakit karena tidak bias kencing
Q : nyeri seperti di tekan
R : nyeri pada kandung kemih
S : sekala 7
T : klien mengatakan sakit sejak tadi pagi

6
B. Masalah Keperawatan
1. Retensi urine berhubungan dengan hambatan pada saluran uretra ditandai
dengan:
 Data subyektif:
Mengatakan tidak bias BAK sejak kemarin siang.
 Data Obyektif:
Tampak ada penumpukan pada kandung kemih.
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan retensi urine pada kandung kemih
ditandai dengan:
 Data subyektif:
P : pasien mengatakan sakit karena tidak bias kencing
Q : nyeri seperti di tekan
R : nyeri pada kandung kemih
S : sekala 7
T : klien mengatakan sakit sejak tadi pagi
 Data Obyektif ;
Pasien tampak menahan sakit
TD : 150/80 mmHg
N : 96 x/mnt
R : 24 x/mnt
S : 36,2 C
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnose keperawatan/lIntervensi:
1. Retensi urine berhubungan dengan hambatan pada saluran uretra.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pemasangan kateter diharapkan eliminasi
urin pasien baik Kateterisasi urinari.
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan retensi urine pada kandung kemih.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit diharapkan nyeri basien
berkurang dengan skala menjadi 2 (dua) .
 Manajemen nyeri (PQRST, riwayat nyeri sebelumnya, cara mengurangi nyeri,
respon) Analgesic adminstration Manajemen lingkungan: Kenyamanan
Tindakan IGD Waktu Tindakan Respon Memasang kateter klien merasa nyeri

7
saat di pasang kateter, kakteter tidak bisa masuk menggunakan no 16, dan no
8. Kateter terpasang menggunakan no 18 15/05/201314.35 Menejemen nyeri
P : pasien mengatakan sakit karena tidak bias kencing sudah berkurang
Q : nyeri seperti ditekan
R : nyeri pada kandung kemih dan saluran ureter
S : sekala 3 tiga
T : klien mengatakan sakit sejak tadi pagi Klien mengatakan nyeri berkurang
dari pada sebelum terpasang selang. Klien mengatakan untuk mengatasi
sakitnya dengan nafas dalam.
D. Evaluasi
1. Retensi urine berhubungan dengan hambatan pada saluran uretra
S: klien mengatakan sekarang merasa lega, klien mengatakan sakit pada kandung
kemih berkurang, klien mengatakan agak sakit pada saluran kencing.
O: klien tampak rileks, urin keluar berwarna kuning keemasan, jernih tidak ada
gumpalan.
A: masalah keperawatan belum teratasi
P: pertahankan kateter sampai pemeriksaan selanjutnyaLakukan perawatan kateter
\Nyeri berhubungan dengan peningkatan retensi urine pada kandung kemih.
P : pasien mengatakan sakit karena tidak bias kencing sudah berkurang
Q : nyeri seperti ditekan
R : nyeri pada kandung kemih dan saluran ureter
S : sekala 3 tiga
T : klien mengatakan sakit sejak tadi pagi
S: Klien mengatakan nyeri berkurang dari pada sebelum terpasang selang.
O: Klien kelihatan rileks
TD : 130/80
N : 88
R : 24
S : 36C
A: masalah keperawatan belum teratasi
P: lanjutkan intervensi menejemen nyeri

8
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 45 menit di IGD pada klien
disimpulkan :
1. Pasien dengan masalah keperawatan retensi urin merupakan kejadian yang gawat
yang perlu segera ditangani.
2. Tindakan keperawatan memilih tindakan pemasangan lebih kateter dari pada
dilakukan fungsi pada vesika.
3. Rencana keperawatan selanjutnya mengajurkan melakukan perawatan kateter
karena berkaitan dengan resiko terjadinya ISK.
4. Efektifitas penggunaan Jelly K-Y dengan Instillagel tindakan keperawatan
memasang kateter terbukti tidak ada perbedaan bermakna antara kecepatan
pemasangan kateterisasi urin yang dioleskan jelly k-y pada ujung kateter dan
yang disemprotkan instillagel langsung ke meatus uretra dan tidak ada perbedaan
bermakna antara keluhan nyeri pada pemasangan kateterisasi urin yang dioleskan
jelly k-y pada ujung kateter dan yang disemprotkan instillagel langsung ke
meatus uretra.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran diantaranya :
1. Bagi Perawat sebagai tenaga kesehatan harus lebih rersponsif untuk menangani
klien dalam memberikan pengelolaan pada pasien. Perawat harus dapat
menyimpulkan masalah keperawatan yang tepat dan memberi perencanaan
tindakan yang tepat serta lebih bervariasi untuk mengatasi masalah retensi urine
pada pasien post operasi BPH.
2. Bagi Klien dan Keluarga dapat melakukan perawatan diri yang baik di rumah,
dapat menerapkan perawatan kateter untuk menghindari infeksi dan melatih
bladder training. Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan penuh serta
memotivasi klien untuk menjaga kebersihan dan melakukan latihan bladder
training.

9
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition.
China: LWW.
Purnomo B. Basuki. (2011). Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga. Jakarta: CV Sagung
Seto.
https://www.academia.edu/9356724/KEPERAWATAN_GAWAT_DARURAT_Asuh
an_Keperawatan_Gawat_Darurat_Pada_Sistem_Perkemihan_Dengan_Kolik_Ginjal_
OLEH

10

Anda mungkin juga menyukai