PENDAHULUAN
2015). Dalam era globalisasi segala upaya ditujukan untuk dapat meningkatkan
kualitas manusia Indonesia. Hal ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa
urine, karena pasien dengan retensi urine merupakan hal penting yang harus
Retensi urin merupakan akumulasi urin yang nyata dalam kandung kemih
perasaan tegang, tidak nyaman, nyeri tekan pada simpisis, gelisah, dan terjadi
adanya haluaran urin selama beberapa jam dan terdapat distensi kandung
kemih. Pasien yang berada di bawah pengaruh anestesi atau analgetik mungkin
hanya merasakan adanya tekanan, tetapi klien yang sadarakan diri merasakan
Pada retensi urin, kandung kemih dapat menahan 2000 3000 ml urin. Retensi
1
urin dapat terjadi akibat obstruksi uretra, traumabedah, perubahan stimulasi
saraf sensorik dan motorik kandung kemih, efeksamping obat dan ansietas
sampai 83 tahun memiliki resiko yang cukup tinggi antara 4,5 6,8 per 1000
pria pertahun untuk mengalami retensi urin, dan semakin meningkatnya usia
maka seorang pria akan lebih rentan untuk mengidap retensi urin. Hasil
penelitian Warner (2009) mengatakan bahwa retensi urin umum terjadi setelah
Dalam 10 tahun terakhir terdapat 333 kasus tentang retensi urin. 19 dari 167
orang (11%) memiliki retensi urin. Risiko retensi urin terbesar adalah pasien
yang lebih tua, atau yang mengonsumsi obat antikolinergik, atau yang memiliki
Pada retensi urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa
sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai
mengejan. Retensi urine dapat terjadi menurut lokasi, faktor obat dan faktor
lainnya seperti ansietas, kelainan patologi uretra, dan trauma. Akibat lanjut
tekanan di dalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat. Bila
keadaan ini dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat di dalam lumen akan
menghambat aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan
hidronefrosis dan lama-kelamaan akan menjadi gagal ginjal. Retensi urin juga
menjadi penyebab terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) dan bila ini terjadi
2
dapat menimbulkan gawat yang serius seperti pielonefritis dan urosepsis
(Gardjito, 2009).
sangat penting untuk dilakukan tatalaksan ayang baik dan efisien. Maka dari itu
mengenai intervensi baik dalam mencegah maupun mengatasi kasus retensi urin
Retensi Urin
3
1.3.2 Tujuan Khusus
Urin
Urin
Melalui pembelajaran ini, kita dapat mengetahui konsep teori dan asuhan
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2010).
sempurna. Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari
5
2.2 Etiologi
a. Supravesikal
Th12- L1. Kerusakan terjadi pada saraf simpatis dan parasimpatis baik
b. Vesikal
masa kehamilan dan proses persalinan, misalnya retensi urin akibat iatrogenik,
cedera/inflamasi, psikis, atoni pada pasien DM, dan divertikel yang besar.
c. Intravesikal
Berupa kekakuan leher vesika, striktur oleh batu kecil atau tumor pada
leher vesika urinaria, misalnya retensi urin akibat obstruksi adanya tumor,
d. Faktor lain berupa kelainan patologi urethra, trauma, BPH, striktur uretra,
urin apabila dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang
6
Menurut lama terjadinya, retensi urin dibedakan menjadi dua (Pierce &
Borley 2006) :
a. Retensi akut
distensi kandung kemih ringan. Penyebab tersering dari retensi akut pada :
hematuria,
b. Retensi kronis
urgensi) atau tanpa nyeri yang disebabkan oleh peningkatan volume residu
Retensi urin kronik dapat terjadi tanpa adanya rasa nyeri yang dapat
urin karena tekanan lebih tinggi dari pada tekanan sfingternya. Retensi urin
7
2.3 Anatomi Saluran Kemih
Alat-alat kemih terdiri dari ginjal, pelvis renalis (pielum), ureter, buli-buli
a. Ginjal
Ginjal menghasilkan air seni dengan membuang air dan berbagai bahan
menjadi ureter yang dilalui air seni dalam porsi-porsi kecil sampai ke dalam
kandung kemih. Kapasitas rata-rata 3-8 ml. Air seni mula-mula terkumpul di
sfingter forniks, berkontraksi dan pada waktu yang bersamaan sfingter kaliks
berelaksasi. Air seni terdorong ke dalam pelvis renalis dibuang dengan cepat
8
c. Ureter
terpisah dalam jarak antara 4-5 cm, miring dari arah lateral, dari belakang
kandung kemih dan berakhir pada suatu celah sempit (ostium ureter).
Pada dasar buli-buli, kedua muara ureter dan meatus uretra internum
untuk orang dewasa + 350-450 ml, kapasitas buli-buli pada anak [Umur
terangkat dan membentuk suatu bantal yang lonjong dan pipih, yang dapat
meluas sampai tepi atas simfisis pubis. Selama kontraksi otot kandung kemih,
e. Uretra
proses miksi. Secara anatomis, uretra dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : uretra
interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, serta sfingter uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan uretra posterior.
9
Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh saraf
simpatik sehingga saat buli-buli penuh, sfingter terbuka. Sfingter ani eksterna
terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat
diperintah sesuai keinginan seseorang pada saat kencing, sfingter ini terbuka
simfisis pubis dan bermuara di sebelah anterior vagina. + 1/3 medial uretra
terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot
sfingter uretra eksterna dan tonus otot levator ani berfungsi mempertahankan
agar urin tetap berada di dalam buli-buli pada saat perasaan ingin miksi.
Miksi terjadi bila tekanan intra vesika melebihi tekanan intrauretra akibat
Panjang uretra pria dewasa + 23-25 cm. Uretra posterior pria terdiri atas
uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar
prostat, dan uretra pars membranasea. Uretra anterior adalah bagian uretra
yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis; uretra anterior terdiri atas
pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikularis, dan meatus uretra eksterna.
2.4 Patofisiologi
Pada retensi urin, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai
rasa sakit yang hebat didaerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat
disertai mengejan. Retensi urin dapat terjadi menurut lokasi, faktor obat dan
faktor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain
10
atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang
berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urin sisa meningkat dan terjadi dilatasi
perut, perianal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik
(Purnomo, 2011).
11
a. Neurologi
Proses berkemih melibatkan dua proses yang berbeda yaitu pengisian
dan penyimpanan urine serta pengosongan kandung kemih. Hal ini saling
kemih dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem
saraf otonom dan somatik. Secara neurologi retensi urine dapat terjadi
karena adanya lesi pada saraf perifer, otak, atau sumsum tulang belakang.
Lesi ini bisa menyebabkan kelemahan otot detrusor dan inkoordinasi otot
retensi urin. Hal ini karena anastesi spinal memblokade sakral yang
urinaria jadi lebih banyak. Ketidakmampuan BAK ini dapat terjadi dalam
24 jam, tetapi selama waktu itu kandung kemih akan terus terisi dan penuh,
aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul
terjadi retensi urine. Selain itu batu pada saluran kemih juga bisa
12
kemih tersebut. Pembesaran saluran kemihakan memicu pelepasan
c. Obat
Medikasi yang menggunakan bahan anti kolinergik, seperti trisiklik
Dalam studi terbaru obat anti radang non steroid ternyata berperan dalam
Banyak obat lain yang dapat menyebabkan retensi urine (Purnomo, 2011)
d. Trauma
Retensi urin akut dapat disebebkan karena tindakan pembedahan.
Pembedahan dapat memberikan etiologi luka trauma pada saraf pelvis atau
kandung kemih, distensi kandung kemih, edema pada sekitar leher kandung
kemih serta relaksasi otot sphincter eksterna. Retensi urin sementara sering
terjadi pascabedah dengan durasi rata-rata 7-8 jam dan sering terjadi pada
langsung yang paling sering adalah straddle injury, yaitu cedera dengan
kaki mengangkang, biasanya pada anak-anak yang naik sepeda, selain itu
tidak jarang juga terjadi cedera pasca bedah akibat kateterisasi atau
13
Retensi dapat terjadi pada setiap pasien pascaoperatif, khususnya
pasien yang menjalani operasi didaerah perineum atau anal sehingga timbul
spasme-reflek sphicnter
Ditandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang penuh dan distensi
kandung kemih ringan. Penderita akan merasa nyeri yang hebat di daerah
di daerah suprapubik.
Menurut WHO (2007) tanda dan gejala pada retensi urin akut :
untuk berkemih.
nyeri perut bagian bawah dan bengkak, ketidakmampuan untuk buang air
14
kecil atau buang air kecil dengan jumlah yang sedikit, teraba massa didaerah
b. Retensi kronis
volume sedikit) atau tanpa nyeri, distensi yang nyata, inkontinensia urin
sekali tidak bisa miksi, gelisah, mengedan bila ingin miksi, dan terjadi
inkontinensia.
300cc sampai 500cc pada kandung kemih, dapat pula disertai BAK sangat
sampai pada tanda dan gejala adanya gagal ginjal. Pada CUR biasanya sering
diikuti oleh infeksi pada tractus urinary akibat adanya penumpukan residu
urin.
Pada anamnesa, pasien akan mengeluh sulit buang air kecil. Pada
Pada perkusi akan terdengar pekak, yang menentukan adanya buli-buli yang
Tanda klinis retensi urin secara umum (Hidayat dan Uliyah, 2008):
15
d. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urin (25-50 ml).
2.6 Pathway
Kerusakan
medulla
spinalis Th12-
L1. Kerusakan
saraf simpatis
dan
parasimpatis
Distensi
kandung
kemih
Retensi Urin
16
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
kemih. Film polos dapat menunjukan batu ginjal pada sistem pelvicalyces,
2005)
d. Sistografi
Pasien dengan retensi urin dan infeksi saluran kemih dianjurkan untuk
17
fase nefrogram yang memperlihatkan parenkim ginjal dan batas-batasnya.
f. Urodinamik
2006).
g. Sistoskopi
h. Urin analisis
Urin analisis yaitu adanya darah dalam urine bisa disebabkan karena
kelainan di bagian mana pun dari saluran kemih. Jumlah darah yang sedikit
saja bisa secara signifikan mengubah warna urin menjadi merah muda atau
18
diperiksa lebih lanjut karena mungkin merupakan gambaran awal dari suatu
karcinoma pada ginjal atau kelainan ginjal lain yang serius (Davey, 2006).
Uroflometri
i. Uroflowmetri
obstruksi saluran kemih bagian bawah yang tidak invasif. Dari uroflometri
19
j. Uretrografi
terbuka. Disamping itu pada kasus yang disertai dengan hematuria atau
l. Ultrasonografi.
20
massa kistus (hipoekoik). Pada kelenjar prostat, melalui pendekatan
2.8 Penatalaksanaan
2) Sistostomi Suprapubik
komplikasi.
21
(a) Sistostomi Trokar
3) Pungsi buli-buli
dan fasilitas atau sarana untuk sistostomi baik trokar maupun terbuka
sistostomi.
4) Uretrolitotomy
22
sangat bergantung letak batu. Untuk batu di ureter atas, irisan berada di
pinggang berbentuk garis lurus yang oblik. Untuk batu di ureter bawah
maka irisan di perut bawah garis lurus yang sejajar tubuh. Tindakan ini
jika retensi urine disebabkan oleh batu yang terdapat pada ureter (Mary,
2008).
atas derajat dan fase daripada tumor, harapan hidup pasien dan
23
operasi ini dapat menimbulkan penyulit, antara lain perdarahan,
(c) Radioterapi.
oleh dokter. Pilihan tanpa terapi ini ditujukan kepada pasien dengan
kontrol kembali.
24
(b) Medikamentosa
dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse. Otis dikerjakan jika
sachse.
25
4) Pengobatan retensi urin karena batu uretra
dan bentuk batu. Seringkali batu yang ukurannya tidak terlalu besar
uretra. Batu pada meatus uretra eksternum atau fossa navikularis dapat
harapan batu dapat keluar spontan. Batu yang cukup besar dan berada di
transuretra.
dapat dikontrol.
26
mengurangi ukuran dari glans. Kulit tersebut dapat ditarik kedepan
2.9 Komplikasi
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal,
tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.
b. Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pada ginjal dan saluran kemih bagian atas.
27
kemih (sistitis). Bakteri masuk ke dalam tubuh dari kulit di sekitar uretra,
ureter dan salah satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal yang dihasilkan
disebut pielonefritis.
dan akan menyebabkan Infeksi saluran kemih. Karena adanya sisa urin
setiap kali miksi, maka lama kelamaan akan terbentuk batu endapan di
keluhan iritasi dan menimbulkan keluhan hematuria pada pasien. Selain itu
batu akan menyebabkan timbulnya penyakit sistitis dan bila terjadi refluks
d. Hidronefrosis
lumen akan menghambat aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi
28
e. Kerusakan bladder
Jika kandung kemih menjadi membentang terlalu jauh atau untuk waktu
29
BAB 3
KASUS RETENSI URIN
Tn. M 59 tahun dibawa ke RSUA pukul 20.00 WIB oleh istrinya dengan
keluhan tidak dapat berkemih dengan puas tetapi ada keinginan untuk berkemih. Tn.
M mengeluh nyeri pada area Suprapubis, ada rembesan kencing yang tidak
terkendali. Pada pemeriksaan fisik Tn. M diperoleh TTV : TD: 140/70mmHg, Suhu :
36.8 oC, N: 96x/menit, RR: 22x/menit. Saat pemeriksaan fisik ditemukan adanya
distensi kandung kemih, dan klien merasa nyeri skala 7 pada area abdomen bagian
bawah. Klien mengatakan gatal dan risih pada area perineal karena rembesan urin.
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Umur : 59 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
b. Keluhan utama
30
Klien tidak dapat berkemih dengan puas tetapi ada keinginan untuk
berkemih , nyeri perut bagian bawah, dan gatal pada daerah perinealnya
T = Pada kasus ini nyeri lebih sering dirasakan pada saat pagi hari.
puas tetapi ada keinginan untuk berkemih, perutnya bagian bawah nyeri,
dikeluhkan klien.
4) Riwayat obat-obatan
6) Riwayat merokok
31
7) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
8) Riwayat Psikososial
Klien merasa tubuhnya saat ini tidak berasa ingin berkemih, sehingga
d. Pemeriksaan Fisik
Kompos mentis
TD : 140/70 mm/Hg
S : 36,8oC
N : 96 x/menit
RR : 22 x/menit
32
Pada kulit : akral hangat
Tidak ada kelainan pada pola pernapasan dan bentuk dada simetris.
d) Mata
indra klien
33
a) Area genetelia lembab dan gatal
c) Klien tidak ada keinginan berkemih sejak kemarin pagi dan ada
(e) IPPA
(4) Palpasi : nyeri tekan daerah pinggang (-), hepar-lien tidak teraba,
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
34
Konsentrasi BUN normal besarnya antara 5-25 mg/dl, sedangkan
2) Pemeriksaan Radiologi
35
DS: Retensi Urin Nyeri akut
Pasien menyatakan nyeri
tekan di daerah suprapubik Tidak ada haluaran urin
DO:
a. Ekspresi pasien tampak Distensi kandung kemih
meringis menahan rasa berlebihan
sakitnya
b. Pengkajian nyeri Nyeri di suprapububis
P: Ketika aktivitas
berlebih Nyeri Akut
Q: Terjadi terus-
menerus
R: Suprapubik
S: Skala 7
T: Sakit setiap saat
DS: Retensi Urin Gangguan Integritas
Klien mengeluh gatal pada Kulit
sekitar perineal Haluaran Urin tidak efisien
DO:
a. Kulit disekitar perineal Urin merembes sedikit
terlihat kemerahan dan
lembab Area perineal lembab dan gatal
b. Terdapat bekas garukan
di sekitar perineal Ganguan Integritas Kulit
36
DS : Tidak ada akses informasi dari Kurang pengetahuan
Klien mengatakan tidak teman, keluarga, atau media
tahu tentang penyakitnya terkait penyakitnya
DO :
c. Klien tidak dapat Kekurangan informasi
menjawab pertanyaan
sterkait penyakitnya Kurang pengetahuan
f) Klien tidak tahu
apa yang harus dilakukan
terkait penyakitnya
37
Kriteria hasil: d. Periksa turgor klien
a. Klien dapat 2. Kateterisasi urin
mempertahankan a. Ajarkan klien dan keluarga
pola berkemih. tentang tujuan, metode dan
b. Pengosongan rasional dari pemasangan
kandung kemih kateter
dapat maksimal. b. Pertahankan teknik aseptic
c. Dapat merespon ketika pemasangan kateter
keinginan untuk c. Perhatikan hand hygiene
berkemih. sebelum, selama, dan setelah
d. Volume setiap pemasangan kateter
berkemih >150cc d. Posisikan klien dengan tepat
e. Bersihkan area sekitar
pemasangan kateter
f. Gunakan kateter ukuran paling
kecil
g. Pastikan kateter telah cukup
terfiksasi untuk menghindari
trauma jaringan uretra
h. Pastikan penggantian ureter
sesegera mungkin sesuai
kondisi klien
i. Ajarkan klien dan keluarga
dalam perawatan kateter
3. Manajemen eliminasi urin
a. Pantau eliminasi urin termasuk
frekuensi, konsistensi, bau,
volume dan warna
b. Monitor tanda dan gejala
38
retensi urin
c. Ajarkan klien tanda dan gejala
infeksi dari pemasangan
kateter
d. Intruksikan klien dan keluarga
untuk mencatat output urin
e. Ajarkan klien untuk minum 8
Ons cairan dengan makanan
f. Instruksikan klien untuk
mengosongkan kandung
kemih secara maksimal
1.
39
b. Episode terjadinya pengosongan bladder (10
nyeri dapat menit)
berkurang c. Gunakan kateter urin
c. Klien tidak d. Instruksikan untuk
menunjukkan tanda- menghindari konstipasi atau
tanda nyeri (agitasi, impaksi fekal (monitor intake
iritabilitas, output, monitor derajat
menangis, dan distensi bladder dengan
ekspresi nyeri) palpasi, kateterisasi untuk
residu urin).
e. Memantau eliminasi urin
termasuk frekuensi,
konsistensi, bau, volume, dan
warna yang sesuai
f. Pantau adanya tanda dan
gejala retensi urin
g. Mengidentifikasi faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap
episode inkontinensia
h. Ajarkan tanda-tanda dan
gejala infeksi saluran kemih
pasien
i. Catat waktu eliminasi urin
terakhir, yang sesuai
j. Anjurkan pasien / keluarga
untuk merekam output urin,
yang sesuai
40
3. Gangguan NOC : NIC :
integritas kulit Tujuan : 1. Memodifikasi pakaian dan
berhubungan Setelah dilakukan lingkungan untuk menyediakan
dengan tindakan keperawatan, akses mudah ke toilet
kelembapan gangguan integritas 2. Membantu untuk memilih garmen
pada area kulit dapat diatasi. / pad sesuai inkontinensia untuk
perineal (00046) pengelolaan jangka pendek
Kriteria hasil : sementara pengobatan yang lebih
a. Klien menunjukkan definitif direncanakan
integritas kulit pada 3. Menyediakan pakaian pelindung,
daerah perineal yang sesuai kebutuhan
baik 4. Membersihkan daerah kulit genital
b. Tidak ada keluhan secara berkala
gatal 5. Memberikan umpan balik positif
c. Area perineal kering untuk setiap penurunan episode
/ tidak basah inkontinensia
4. Kurang NOC : NIC :
pengetahuan Tujuan : 1. Menilai tingkat pengetahuan
berhubungan Setelah dilakukan pasien yang berhubungan dengan
dengan tindakan keperawatan, proses penyakitnya
kurangnya klien memahami proses 2. Memberi penjelasan patofisiologi
informasi penyakit dari penyakit dan bagaimana hal
tentang itu berkaitan dengan anatomi dan
penyakitnya Kriteria hasil : fisiologi yang sesuai
(00126) a. Klien mengetahui 3. Ulasan pengetahuan tentang
karakteristik dan kondisi pasien
efek fisiologis dari 4. Menjelaskan tanda-tanda umum
penyakitnya dan gejala penyakit yang sesuai
5. Meninjau dengan pasien apa yang
41
b. Klien mengetahui telah dilakukan untuk mengelola
penyebab dan faktor gejala
risiko dari 5. Menjelaskan proses penyakit,
penyakitnya yang sesuai
c. Mengetahui strategi 6. Mengidentifikasi kemungkinan
untuk etiologi, sesuai
meminimalkan 7. Memberikan informasi kepada
perkembangan pasien tentang kondisi , yang
penyakit sesuai
d. Mengetahui potensi 1. Mengidentifikasi perubahan
komplikasi penyakit kondisi fisik pasien
e. Mengetahui tanda 2. Diskusikan perubahan gaya hidup
dan gejala yang mungkin diperlukan untuk
komplikasi penyakit mencegah komplikasi masa depan
f. Memahami sumber dan mengontrol proses penyakit
yang memiliki
reputasi penyakit
informasi spesifik
42
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut atau tertahanya urine didalam
kandung kemih.
4.2 Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition
China : LWW
Lewis, SL, Dirksen, SR, Heitkemper, MM, Bucher, L & Camera, IM. 2011. Medical
Surgical Nursing, Assessment and Management of Clinical Problem. 8th
Edition. St. Louis-Missouri : Saunders Elsevier Inc.
Moorhead, Sue. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth edition.
St.louis, Missouri : Elsevier mosby
44
45