Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Retensio urine adlah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat


keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensio urine adalah
sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan
untuk mengosongkannya secara sempurna (PSIK UNIBRAW).

Urin merupakan hasil dari ekskresi manusia yang dihasilkan dari penyaringan darah
yang dilakukan di ginjal. Urin normal berwarna kekuning-kuningan atau terang dan
transparan.Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang
penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.

Dalam urin bisa terdapat amonia. Amonia adalah suatu produk yang dihasilkan ketika
proses pencernaan protein. Hati memproduksi amonia yang berbahaya terutama jika fungsi
hati juga tidak berjalan dengan baik. Setiap menit akan mengalir sejumlah 1060 ml darah (1/5
cardic out put) menuju ke 2 ginjal melalui arteri renalis. Dari jumlah tersebut darah yang
akan kembali melalui vena renalis sejumlah 1059 ml sedangkan sisanya sebesar 1 ml akan
keluar sebagai urin.

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan
pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus,
dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi
kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para
simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau
menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang
menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan
pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus –
menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :


1. Apa yang dimaksud denganRetensi urine ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi Perkemihan ?
3. Apa penyebab dari Retensi urine?
4. Apa saja faktor resiko dari Retensi urine?
5. Bagaimana klasifikasi dari Retensi urine ?
6. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari Retensi urine?
7. Apa saja manifestasi klinis dari Retensi urine?
8. Apa komplikasi yang akan ditimbulkan dari Retensi urine ?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dariRetensi urine ?
10. Bagaimana penatalaksanaan dariRetensi urine?
11. Bagaimana pencegahan dari Retensi urine?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini dibedakan menjadi dua yakni :

1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami
“LANDASAN TEORI “Retensi urine” dan bisa di terapkan dalam praktek
keperawatan nantinya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya sebagai berikut :
a) Memahami tentang pengertian dari Retensi urine
b) MemahamikembalianatomidanfisiologiPerkemihan
c) MemahamitentangetiologidariRetensi urine
d) Memahamitentangfaktor resiko dari Retensi urine
e) MemahamitentangklasifikasidariRetensi urine
f) Memahamitentangpatofisiologi/pathway dariRetensi urine
g) MemahamitentangmanifestasiklinisdariRetensi urine
h) MemahamikomplikasidariRetensi urine
i) MemahamitentangpemerikaandiagnosadariRetensi urine
j) MemahamitentangpenatalaksanaanmedisdariRetensi urine
k) Memahami tentang pencegahan dari Retensi urine
l) Memenuhi tugas matakuliah Sistem perkemihan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RETENSI URIN

Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensio urine adalah
kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran).

Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara
akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995). Retensio urine adalah ketidakmampuan
untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal
tersebut.(Brunner & Suddarth). Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di
kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.
(PSIK UNIBRAW).

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN


Struktur anatomi dan fisiologi system urinaris bagian bawah.

Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli dan uretra yang keduanya harus
bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya dalam menyimpan (storage) dan
mengeluarkan (voiding) urine. Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas mukosa,
otot polos destrusor, dan serosa. Pada perbatasan antara buli-buli dan uretra, terdapat sfingter
uretra interna yang terdiri atas otot polos. Sfingter interna ini selalu tertutup pada saat fase
miksi atau pengeluaran (evacuating). Disebelah distal dari uretra posterior terdapat sfingter
uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris dari otot dasar panggul. Sfingters ini membuka
pada saat miksi sesuai dengan perintah dari korteks serebri. (buku dasar-dasar urologi)

Pada fase pengisian, terjadi relaksasi otot destrusor dan pada fase pengeluaran urine
terjadi kontraksi otot detrusor. Selama pengisian urine, buli-buli mampu untuk melakukan
akomodasi yaitu meningkatkan volumenya dengan mempertahankan tekanannya dibawah 15
cm H2O, sampai volumenya cukup besar. (buku dasar-dasar urologi )

2.3 ETIOLOGI

Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut:

1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4 setinggi
T12L1.Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya,
misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya
miningokel,tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang
hebat.
2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM
atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
3. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu
kecil,tumor pada leher vesika, atau fimosis.
4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi urethra(infeksi,
tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
5. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine),
preparatantidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin (Pseudoefedrin
hidroklorida= Sudafed), preparat penyekat β adrenergic (Propanolol), preparat
antihipertensi(hidralasin)

2.4 KLASIFIKASI RETENSI URINE

1. Retensi urin akut


Retensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba dan disertai rasa sakit
meskipun buli-buli terisi penuh. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena urin
sedikit demi sedikit tertimbun. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat berkemih sama
sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan keadaan ini
termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih sama sekali segera
dipasang kateter

3. Retensi urin kronik


Retensi urin kronik adalah retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan oleh
peningkatan volume residu urin yang bertahap. Hal ini dapat disebabkan karena
pembesaran prostat, pembesaran sedikit2 lama2 ga bisa kencing. Bisa kencing sedikit tapi
bukan karena keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi daripada
tekanan sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih, namun tidak
lancar , sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat mengosongkan kandung kemih
dengan sempurna (tidak lampias). Retensi urin kronik tidak mengancam nyawa, namun
dapat menyebabkan permasalahan medis yang serius di kemudian hari.
Perhatikan bahwa pada retensi urin akut, laki-laki lebih banyak daripada wanita dengan
perbandingan 3/1000 : 3/100000. Berdasarkan data juga dapat dilihat bahwa dengan
bertambahnya umur pada laki-laki, kejadian retensi urin juga akan semakin meningkat.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang penuh dan distensi
kandung keimih yan ringan. Pada retensi kronik ditandai dengan gejala iritasi kandung kemih
( frekuensi,disuria,volume sedikit) atau tanpa nyeri retensi yang nyata.
Adaun tanda dan gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah :
1. Di awali dengan urin mengalir lambat
2. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung kemih tidak
efisien.
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc

Tanda klinis retensi:


1. Ketidak nyamanan daerah pubis
2. Distensi vesika urinia.
3. Ketidak sanggupan untuk berkemih.
4. Ketidak seimbangan jumlah urin yang di keluarkan dengan asupannya.
Retensi urine dapat menimbulkan infeksi yang bisa terjadi akibat distensi kandung kemih
yang berlebihan gangguan suplai darahpada dinding kandu kemih dan proliferasi bakteri.
Gangguan fungsi renal juga dapat terjadi, khususnya bila terdapat obstruksi saluran kemih.

2.6 FATOFISIOLOGI

Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis yaitu :
1. Obstruksi
2. Infeksi
3. Farmakologi
4. Neurologi
5. Faktor trauma

Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik atau faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang
mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli, striktur uretra, phimosis,
paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari sistem organ
lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan leher buli-buli, sehingga
membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang terbanyak adalah akibat pembesaran
prostat jinak. Penyebab kedua akibat infeksi yang menghasilkan peradangan, kemudian
terjadilah edema yang menutup lumen saluran uretra. Reaksi radang paling sering terjadi
adalah prostatitis akut, yaitu peradangan pada kelenjar prostat dan menimbulkan
pembengkakan pada kelenjar tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes
genitalia, vulvovaginitis, dan lain-lain. 3 Medikasi yang menggunakan bahan anti kolinergik,
seperti trisiklik antidepresan, dapat membuat retensi urine dengan cara menurunkan kontraksi
otot detrusor pada bulibuli.
Obat-obat simpatomimetik, seperti dekongestan oral, juga dapat menyebabkan retensi
urine dengan meningkatkan tonus alpha-adrenergik pada prostat dan leher bulibuli. Dalam
studi terbaru obat anti radang non steroid ternyata berperan dalam pengurangan kontraksi otot
detrusor lewat inhibisi mediator prostaglandin. Banyak obat lain yang dapat menyebabkan
retensi urine.
Secara neurologi retensi urine dapat terjadi karena adanya lesi pada saraf perifer, otak,
atau sumsum tulang belakang. Lesi ini bisa menyebabkan kelemahan otot detrusor dan
inkoordinasi otot detrusor dengan sfingter pada uretra.
Penyebab terakhir adalah akibat 5 trauma atau komplikasi pasca bedah. Trauma langsung
yang paling sering adalah straddle injury, yaitu cedera dengan kaki mengangkang, biasanya
pada anak-anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedalnya, sehingga jatuh
dengan uretra pada bingkai sepeda.

2.7 KOMPLIKASI
1. Urolitiasis atau nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan
urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis
mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus
urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat,
dan asam urat meningkat.
2. Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pada ginjal dan saluran kemih bagian atas. Sebagian besar
kasus pielonefritis adalah komplikasi dari infeksi kandung kemih (sistitis). Bakteri
masuk ke dalam tubuh dari kulit di sekitar uretra, kemudian bergerak dari uretra ke
kandung kemih. Kadang-kadang, penyebaran bakteri berlanjut dari kandung kemih
dan uretra sampai ke ureter dan salah satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal yang
dihasilkan disebut pielonefritis.
3. Hydronefrosis
4. Pendarahan
5. Ekstravasasi urine

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan specimen urine.
2. Pengambilan: steril, random, midstream.
3. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
4. Sistoskopy, IVP

Table urinalitis

No Pemeriksaa Normal Abnormal


. n

Warna Kekuning-kuningan Merah : Menunjukan hematuri (kemungikan


obstruksi urin kalkulus, renalis tumor,
kegagalan ginjal )

Kejernihan Jernih Keruh : Terdapat kotoran, sendimen bakteri


(infeksiurinaria)

Bobotjenis 1.003-100351 Biasanya menunjukan intake cairan semakin


sedikit iritan cairan semakin tinggi bobot
jenis

Bila bobot jenih tetap rendah (1.010-1.014)


di duga terdapat penyakit ginjal.

Protein 0-8 mg/dl Protein uria dapat terjadi karena diet tinggi
protein dan karena banyak gerakan
(terutama yang lam )

Gula 0 Terlihat pada penyakit renal

Eritrosit 0-4 Cedera jaringan ginjal

Leukosit 0-5 Infeksi saluran kemih

Cast/silinde 0 Infeksi saluran ginjal, penyakit renal


r

PH 4.6-6.8 ( rata-rata 6.0 ) Alkali bila dibiarkan atau pada infeksi


saluran Kemih, tingkat asam meningkat
pada asidosistubulusrenalis

Keton 0 Keton uria terjadi karena kelaparan dan


ketoasidosis diabetic

2.9 PENATALAKSANAAN

Bila diagnosis retensi urin sudah ditegakkan secara benar, penatalaksanaan ditetapkan
berdasarkan masalah yang berkaitan dengan penyebab retensi urinnya.
Pilihannya adalah

1. Kateterisasi
2. Sistostomi suprapubik
3. Pungsi suprapubik
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

1. Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
2. Keluhan utama
Biasnaya klien merasakan rasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti nyeri ketika
berkemih atau nyeri saat kencing.
3. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana
yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri, dan kapan keluhan dirasakan.
4. Riwayat penyakit dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya
5. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyaki yang sama dengan klien

3.2 PENGUMPULAN DATA

1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Tidak bisa tidur/istirahat dengan tenang jika rasa nyeri timbul
Tanda : Gelisah
2. Eliminasi
Gejala : Penrunan dorongan aliran urine, keragu-raguan pada awal berkemih,
kandung kemih terasa pnuh, tidak dapat erkemih kecuali dngan cara
mengejan, urin keluar sedikt-sedikit.
Tanda : disensi vesika urinaria, pengeuaran urin < 1500 ml/hari,
pengeluaran urin
edikit , nampak pemasangan kateter.
3. Makanan/ cairan
Gejala : klien mengeluh tidak nafsu makan , klien mengluh mual muntah
Tanda : penurunan BB < porsi makan tidak dihabiskan
4. Sesksualitas
Gejala : penurunan kemampuan dalam melakukan hubungan seksual.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : klin mengeluh nyeri saatberkemih
Tanda : ekspresi wajah nampak mringas dan tampak memegang area yang
sakit
6. Integritas ego
Gejala : klien megeluh mengenai penyakitnya
Tanda : klin tampak gelisah

3.3 PENGELOMPOKAN DATA


Data subjektif :

1. Klien mengeluh tidak bisa tidurr dan istirahat


2. Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan
3. Klien mengeluhkan keragu-raguan pada saat berkemih
4. Klien mengeluhkan kandung kemih nya terasa pnuh
5. Klien menglh urinnya keluar sedikit-sedikit
6. Klien mengeluhkan tidak nafsu makan
7. Klien mengeluh mual dn muntah
8. Klien mengluhkan penurunan kemampuandalam mlakukan hubungan seksual
9. Klien menglh nyeri pada saa berkemih
10. Klien mengeluh khawatir dengan penyakitnnya

Data Objektif

1. Gelisah
2. Distensi vesika urinaria
3. Pengeluaran urin < 1500 ml/hari
4. Penurunan BB , orsi makan tamak tidak di habiskan
5. Ekspresi wajah meringis saat neri timbul
6. Nyeri tekan daerah suprapubik
7. Distensi abdomen
8. Tampak engeluran urin sedikit
9. Tamak memegaang area yang sakit

3.4 ANALISA DATA

N Masalah Etiologi Diagnosa medis


O

1 Data subjekif : Faktor penyebab Nyeri

a. Klien mengeluh nyeri pada saat Retensi urin


berkemih
b. Klien mengeluh tidak bisa tidur dan Distensi vesika
istirahat urinaria
c. Klien mengeluh berkemih dengan cara Menekan saraf
mengejan disekitar
Data objektif : Merangsang
a. Nyeritekandaerahsuprapubik pengeluaran
b. Gelisah bradikinin,serotinin,
c. Distensivesikaurinaria postaglandin
d. Ekspresiwajahmeringissaatneritimbul Impuls nyeri di
sampaikan ke
thalamus
Nyeri di persepsikan

2. Data subjektif Kerusakan pusat Gangguan pola


miksi di medula eliminasi
a. Klien mengeluhkan mengendan pada saat spinalis retensi urin
berkemih
b. Klien mengeluh kandung kemih trasa
penuh Kerusakan simpatis
c. Klien mengeluhkan tidak dapat berkemih dan parasimpatis
d. Klien mengeluh urinnya keluar sedikit- sebagian atau
sedikit. seluruhnya

Data objektif : Tidak terjadi koneksi


Pengeluaran urin sedikit dengan otot detrusor

Distensi visuka urinaria Menurunnya


relaksasi otot
Pengeluaran urin < 1500 ml / hari
spinkter

Obstruksi uretra

Urin sisa meningkat

Dilatasi
bladder/distensi
abdomen

Retensi urin

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

3.4.1 Nyeri b/d agen cidera biologis

3.4.2 gangguan eliminasi urine b/d retensi urine

3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa kep. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)


O (NOC)

1. Nyeri akut b/d agen a. Mengenali faktor a. Intervensi:


cidera biologis. penyebab Mengenali b. Lakukan pengkajian nyeri
onset (lamanya sakit) secara komprehensif
Definisi: b. Menggunakan termasuk lokasi,
metodepen cegahan karakteristik, durasi,
sensoriyangtidak c. Menggunakan frekuensi
metodenon analgetik c. Kualitas dan faktor
menyenangkan untuk mengurangi presipitasi
dan nyeri d. Observasi reaksi non verbal
pengalamanemosion d. Menggunakan dari ketidaknyamanan
alyang Analgetik sesuai e. Gunakan teknik komunikasi
munculsecaraaktual kebutuhan terapeutik untuk mengetahui
e. Mencari bantuan pengalaman nyeri pasien
ataupotensial, tenaga kesehatan a. kajikultur yang
kerusakanjaringanata f. Melaporkan Gejala mempengaruhiresponnyeri
umenggambarkanad Padatenagakesehatan b. evaluasipengalamannyerimas
anyakerusakan.. g. Menggunakan Sumber- alampau
sumber yang tersedia c. evaluasibersamapasiendantim
h. Mengenaligejala- kesehatan
gejalanyeri laintentangketidakefektifanko
i. Mencatat Pengalaman ntrolnyerimasalampau
nyeri d. bantu pasien dan keluarga
j. Melaporkan nyeri untuk mencari dan
sudah terkontrol menemukan dukungan
e. kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
kurangi faktor presipitasi
f. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
g. (Farmakologi, non
farmakologidan
interpersonal)
a. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
b. Intervensi ajarkan tentang
teknik non farmakologi
h. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri tingkatkan istirahat

2 Gangguaneliminasi NOC : a. Kaji secara verbal dan


urine b/d retensi nonverbal respon klien
urine a. Symptom severity terhadap tubuhnya
b. Urinary elimination b. Kaji ulang frekuensi
Kriteria hasil : mengkritik dirinya
c. Bimbing pasien untuk
a. Pengosongan bladder mencari penyebab perubahan
b. Secarasempurna tubuhnya
c. Warnaurindbn d. Dorong klien
d. Bauurindbn mengungkapkan perasaannya
e. Urinterbebasdaripartike (identifikasi kebiasaan positif
l dari kehidupan klien untuk
f. Balance cairanselama meningkatkan harga diri
24 jam klien)
b. Urindapatkeluartanpak e. Identifikasi arti pengurangan
esakitan melalui pemakaian alat bantu
(dengan menggunakan
kateterakan mengurangi
dampak mengompol, tubuh
bau pesing)
f. Jelaskan tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit (tawarkan
bantuan dari profesional lain
sprtpsikolog, ahli konseling
seksual)
b. Fasilitasikontakdenganindivi
du lain dalamkelompokkecil
yang memilikikasusserupa
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan hasil analisa dari bab I sampai pada bab III dapat disimpulkan
bahwa Retensio urine adalah ketidakmampuan melakukan urinasi meskipun terdapat
keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut atau tertahanya urine didalam kandung kemih.

Klien dengan retensio urine dapat terjadi karena berbagai factor seperti:
a. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
b. pembesaran porstat
c. kelainan patologi urethra.

Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan dan Penatalaksanaan pada kasus retensio urine
dengan cara :
a. Kateterisasi urethra.
b. Dilatasi urethra dengan boudy.
c. Drainage suprapubik.

4.2 SARAN

Sebagai seorang perawat, sudah menjadi kewajiban untuk memberikan tindakan


perawatan dalam asuhan keperawatan yang diarahkan kepada pembentukan tingkat
kenyamanan pasien, manajemen rasa sakit dan keamanan. Perawat harus mampu mamahami
faktor psikologis dan emosional yang berhubungan dengan diagnosa penyakit, dan perawat
juga harus terus mendukung pasien dan keluarga dalam menjalani proses penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai