Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Medikal Bedah

Di susun oleh :
Nama : Muhammad Jalaluddin,S.Kep
Prodi : Profesi Ners
NIM : -

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS LATERALIS

1. Pengertian

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama
sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal,
umbilikalis,fermonalis, dll (Syamsuhidajat, 2011).

Hernia adalah kelainan pada dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen
menonjol dari rongga abdomen (Bhesty & Yudha, 2016).

Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal atau
lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau
jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam
keadaan normal tertutup (Jitiwoyono & Kristiyanasari, 2010).

Hernia inguinalis lateralis (indireek) adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis dan
keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Siti Aisyah,Dkk 2013).

Hernia inguinalis  adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah inguinalis,di daerah
lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Hernia Inguinalis Interalis (indirek)

      Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,lalu hernia
masuk ke kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,menonjol dan keluar dari anulus
inguinalis eksternum.lebih banyak terjadi pada laki-laki usia muda.

b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)

      Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa epigastrika inferior
didaerah yang dibatasi segitiga Hasseibach.lebih banyak terjadi pada orang tua.

2. Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id adalah:

a. Batuk

b. Adanya presesus vaginalis yang terbuka

c. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.

d. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.

e. Kehamilan multi para dan obesitas.

3. Patofisiologi

Patofisiologi hernia inguinalis menurut Suster Nada dalam


http://susternada.blogspot.com yaitu bahwa kanalis inguinalis adalah kanal yang normal
pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei pada bayi yang
sudah  lahir, umumnya prosessus ini telah mengalami  obliterasi  sehingga isi rongga
perut tidak dapat  melalui kanalis tersebut. Namun beberapa hal, sering kali kanalis ini
belum menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka .Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul hernia Inguinalis lateralis
kongenital. Pada ortu kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus
minoris resistensie,maka keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal
meningkatkan kanal tesebut dapat terbuka kembali dan timbul hermiaingunalis lateralis
akuisita.Keadaan yang dapat menyebabkan  peningkatan tekanan intra abdominal adalah 
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi
& mengejan saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat. Kanal yang tertutup dapat
membuka kembali dan timbulah hernia inguinalis lateralis akvista karena terdorongnya
suatu alat tubuh dan keluar melalui defek tersebut.akhirnya menekan dinding rongga
yang telah melemas oleh trauma,kehamilan,obesitas.
4. PATHWAY

Mengangkat beban berat Kehamilan PPOK Kelemahan dinding abdomen

Hernia Kantung hernia melewati


dinding abdomen
Masuknya omentum
Benjolan pada
organ ke kantung Posturasi hilang
region abdomen
hernia timbul

Ligamentum
Aliran darah inguinal yang kecil Ketidaknyamanan
terhambat abdominal
Intervensi
Gangguan suplai Pembedahan pembedahan Gangguan rasa
darah di intestinal relative/konservatif nyaman

Nekrosis Intestinal

Insisi bedah

Asupan gizi kurang Mual, muntah

Nafsu makan
Terputusnya Risiko Infeksi Peristaltic usus
jaringan saraf
Konstipasi Intake makanan

Nyeri Akut
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
5. Manifestasi Klinis

Adapun Manifestasi Klinis yang timbul menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id
yaitu:

a. penderita terdapat benjolan pada daerah-daerah kemungkinan terjadi hernia

b. Benjolan bisa mengecil atau menghilang.

c. Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul benjolan kembali

d. Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi komplikasi.

e. Benjolan tidak berwarna merah

f. Bila di raba terdapat benjolan

Sedangkan menurut Long (1996),gejala klinis yang mungkin timbul setelah dilakukan operasi
:

a.   Nyeri

b.   Peradangan

c.   Edema

d.   Pendarahan

e.   Pembengkakan skrotum setelah perbaikan  hernia inguinalis indirek

f.    Retensi  urin

g.   Ekimosis pada  dinding abdomen bawah atau bagian atas paha

6. Komplikasi

Komplikasi yang muncul menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id  yaitu:

a.   Hernia ireponibel (inkarserata)

Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan  dinding kantong hernia sehingga isi hermia 
tidak dapat dimasukan kembali pada keadaan ini belum terjadi gangguan penyaluran isi usus .

b.   Hernia strangulata
Terjadi penekanan terhadap cincin hermia akibat makin banyaknya usus yang masuk .
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan vaskuler (proses
strangulasi)

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) www.indopos..co.id dengan tindakan


sebagai berikut:

a.       Konservatif

      Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan  melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi (pengembalian kembali organ
pada posisi normal) .Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata , pemakaian
bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan
karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah
yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.

b.      Definitf 

Tindakan definitif yaitu  dengan jalan operasi.cara yang paling efektif mengatasi hernia
adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ dan menutup lubang hernia agar tidak
terjadi lagi. Ada dua prinsip pembedaahan yaitu:

1)      Herniorafi

Perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka atau laparoskopik

2)      Herniotomi

Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong  hernia sampai lehernya,kantong di buka


dan di isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian direposisi kantong hernia
dijahit  ikat setinggi mungkin kalau di potong . Menurut  Oswari penatalaksanaan hermia
yang terbaik adalah  operasi dengan jalan menutup lubang hernianya. Bila bagian dinding
perut yang lemah dipotong dan dijahit maka di sebut herniorhapy,bila seluruh kantong hernia
di potong  misalnya pada hernia inkarserata yang telah menjadi gangren maka di sebut
herniorapy .Bila dinding perut  yang lemah itu ditempati dengan fasia , misal di ambil dari
fasia otot perut maka disebut hernioplastik.          
8. Fokus Pengkajian

Menurut Suster Nada dalam www.susternada.blogspot.com fokus pengkajian yang di lakukan


antara lain:

a. Data subyektif

1) Sebelum operasi

a) Adanya benjolan di selangkangan

b) Nyeri

c) Mual muntah

d) Konstipasi

e) Pada saat bayi menangis atau mengejang dan batuk-batuk kuat timbul benjolan

2) Sesudah operasi

a) Nyeri

b) Mual

c) Muntah

b. Data objektif

1) Sebelum operasi

a) Nyeri bila benjolan di sentuh

b) Dehidrasi

c) Gelisah

d) Pucat

2) Sesudah operasi

a) Terdapat luka pada selangkangan

b) Puasa

c) Selaput mukosa mulut kering


d) Rewel

9. Pemeriksaan diagnostik

1. Rontgen

                  Pemeriksaan foto abdomen : terdapat gambaran distensi usus

2. Tes laboratorium

a) Darah

b) Sel darah putih >10000-18000/mm3

c) Sel darah merah mungkin meningkat (N=13-16 9/dl)

d) Elektrolit serum     : hipolkasemia mungkin ada (N=3,5 - 5,5 mmol)

e) Kultur : Organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah eksudat, sekret /


cairan   asites

10. Diagnosa Keperawatan

   Menurut carpenito (2012) , dan NANDA (2018) diagnosa Kep.yang muncul antara
lain :

 Pre operasi

1. Nyeri akut bd.kondisi hermia antara intervensi pembedahan

2. Ansietas bd.prosedur pra operasi post operasi

3. Kurang pengetahuan bd.kurangnya informasi

 Post operasi

1. Resiko terhadap konstipasi kolonik bd. Penurunan peristaltik

2. Nyeri akut bd.trauma jaringan

3. Resiko terhadap infeksi bd.prosedur invasik

4. Resiko berkurangnya volume cairan bd.haluaran urine berlebih

11. Intervensi
 Pre operasi

DX I

NOC      : Kontrol Nyeri

Tujuan    : Setelah dilakukan tidakan keperawatan Pain management selama proses


keperawatan nyeri dapat berkurang/hilang

Kriteria hasil:

1. Mengenali faktor penyebab.

2. Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengurangi nyeri.

3. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.

4. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.

5. Mengenali gejala-gejala nyeri.

6. Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.

Keterangan skala :

1. Tidak dilakukan sama sekali.

2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan.

NIC :  Pain Management

1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi, frekuensi, kualitas)

2. observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan.

3. kaji pengalaman individu terhadap nyeri.

4. ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik, masase, dan
lain-lain).
5. berikan analgesik sesuai anjuran.

6. anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat.

DX II

NOC      : Kontrol Cemas

Tujuan    : Setelah dilakukan tidakan keperawatan penurunan kecemasan selama proses


keperawatan cemas dapat hilang/berkurang

Kriteria Hasil :

1. Monitor intensitas kecemasan.

2. Mencari informasi untuk menurunkan cemas.

3. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.

4. Menyingkirkan tanda kecemasan.

Keterangan skala :

1. Tidak dilakukan sama sekali.

2. Jarang dilakukan.

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan.

5. Selalu dilakukan

NIC        : Penurunan Kecemasan

Intervensi :

1. Jelaskan seluruh prosedur tidakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul
pada saat melakukan tindakan.

2. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipnea,
ekspresi cemas non verbal).

3. Temani pasien untuk mendukung keaman dan menurunkan rasa takut.

4. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.


DX III

NOC      : Pengetahuan tentang proses penyakit.

Tujuan    :  Setelah dilakukan tidakan keperawatan mengajarkan proses penyakit pasien


dapat mengerti tentang proses penyakit

Kriteria hasil:

1. Familier dengan proses penyakit.

2. Mendeskripsikan proses penyakit.

3. Mendeskripsikan tandan dan gejala.

4. Mendeskripsikan faktor penyebab.

5. Mendeskripsikan komplikasi.

6. Mendeskripsikan tindakan penengahan untuk mencegah komplikasi.

Keterangan skala :

1. Tidak dilakukan sama sekali.

2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC        : Mengajarkan proses penyakit.

Intervensi :

a. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.

b. Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar.

c. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda, gejala, komplikasi)

d. Diskusikan tentang pilihan terapi/perawatan.


e. Instruksikan pasien mengenal tanda gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan dengan cara yang tepat.

 Post Operasi

DX IV

NOC : Bowel Konstipation

Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan bowel management Konstipasi sistemik


tidak terjadi

Kriteria Hasil:

a.     Pola eliminasi dalam batas normal

b.     Konstipasi tidak ada

c.      Kontrol perubahan eliminasi BAB

Keterangan Skala :

a. Berat

b. Baik

c. Sedang

d. Ringan

e. Tidak ada

NIC : Bowel Management

a. Monitor tanda gejala dari konstipasi

b. Catat data terakhir perubahan eliminasi BAB

c. Instruksikan pasien unuk makan makanan tinggi serat

d. Monitor perubahan BAB ( frekuensi,konsisten,volume,warna )

DX V

NOC      : Kontrol Nyeri


Tujuan    : Setelah dilakukan tidakan keperawatan pain managemen selama tindakan
keperawatan nyeri dapat berkurang/hilang

Kriteria Hasil         :

a. Mengenali faktor penyebab.

b. Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengurangi nyeri.

c. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.

d. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.

e. Mengenali gejala-gejala nyeri.

f. Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.

Keterangan skala :

a. Tidak dilakukan sama sekali.

b. Jarang dilakukan

c. Kadang dilakukan

d. Sering dilakukan

e. selalu dilakukan.

NIC        : Pain Management

a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi, frekuensi, kualitas)

b. Observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan.

c. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri.

d. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik, masase, dan
lain-lain).

e. Berikan analgesik sesuai anjuran.

f. Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat

DX VI
NOC  : Risk kontrol

Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan infection protection infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

b. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

c. Jumlah leukosit dalam batas normal

d. Menunjukan perilaku hidup sehat

Keterangan Skala

a. Tidak menunjukan

b. Jarang menunjukan

c. Kadang menunjukan

d. Sering menunjukan

e. Selalu menunjukan

NIC : infektion  protection

a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

b. Monitor kerentanan terhadap penyakit menular

c. Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah

d. Ajarkan  pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

e. Ajarkan cara menghindari infeksi

DX VII

NOC : Keseimbangan asam basa

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fluid monitoring selama proses


keperawatan kekurangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria Hasil
a. Nadi dalam batas normal

b. Irama jantung dalam batas normal

c. Pernapasan dalam batas normal

d. Irama pernapasan dalam batas normal

Keterangan Skala

a. Berat

b. Baik

c. Sedang

d. Ringan

e. Tidak ada

NIC : Fluid monitoring

a. Monitor intake dan output

b. Monitor status nadi,,pernapasan

c. Jaga catatan akurat intake cairan

d. Administrasi cairan,bila perlu

A. Evaluasi

DX I                                

       Skala

a. Mengenali faktor penyebab.                                                                      4         

b. Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk

mengurangi nyeri.                                                                                       4

c. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.                                               4

d. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.                                                4

e. Mengenali gejala-gejala nyeri.                                                                    4


f. Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya                                      4      

DX II    

a. Monitor intensitas kecemasan.                                                                     4

b. Mencari informasi untuk menurunkan cemas.                                             4

c. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.                                         4

d. Menyingkirkan tanda kecemasan                                                                 4

DX III

a. Familier dengan proses penyakit.                                                                 4

b. Mendeskripsikan proses penyakit.                                                               4

c. Mendeskripsikan tandan dan gejala.                                                            4

d. Mendeskripsikan faktor penyebab.                                                             4

e. Mendeskripsikan komplikasi.                                                                      4

f. Mendeskripsikan tindakan penengahan untuk mencegah               

g. Komplikasi                                                                                                4

DX IV

a. Pola eliminasi dalam batas normal                                                              2

b. Konstipasi tidak ada                                                                                   2

c. Kontrol perubahan eliminasi BAB                                                               2

DX V  

a. Mengenali faktor penyebab.                                                                       4

b. Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk 

c. mengurangi nyeri.                                                                                        4

d. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.                                                4

e. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.                                                 4


f. Mengenali gejala-gejala nyeri.                                                                    4

g. Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.                                      4

DX VI

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi                                                   4

b. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi                     4

c. Jumlah leukosit dalam batas normal                                                           4

d. Menunjukan perilaku hidup sehat                                                               4

DX VII

a. Nadi dalam batas normal                                                                            2

b. Irama jantung dalam batas normal                                                              2

c. Pernapasan dalam batas normal                                                                  2

d. Irama pernapasan dalam batas normal                                                        2


DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R. 2011. Bukuajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC.

Jitiwioyono, S., & Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi Dengan
Pendekatan Nanda, Nic, Noc. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia.

Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Edisi Pertama.Jakarta : TIM

Muttaqin, A. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular


Dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika(2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Engram, B. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Alih Bahasa :
Sumaryati Sembu. Jakarta : EGC.

Nanda, A. 2018. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2018-2020. Jakarta :P Prima


Medika.

Oswari, E. 2010. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai