Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA
RUANG DAHLIA RSUD BANYUMAS

Untuk memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah

oleh:
PUSPA RANI DEWI
I4B017084

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia hernia menempati urutan kedelapan dengan jumlah 292.145
kasus. Berdasarkan data dari rumah sakit daerah Batang jumlah kasus hernia
inguinalis pada bulan Januari-Desember tahun 2009-2010 terdapat 187 kasus, 138
kasus sudah dilakukan operasi hernia inguinalis, sedangkan 49 kasus tanpa tindakan
operasi. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari-
Desember 2012 diperkirakan 425 penderita. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta jumlah kasus Hernia Inguinalis
sampai tahun 2012 sebanyak 12 kasus dan jumlah pada bulan April 2013 sebanyak
1 kasus.
Peningkatan angka kejadian Hernia Inguinalis di Indonesia khususnya provinsi
Jawa Tengah bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan tehnologi semakin
berkembang dengan pesat sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan
manusiapun semakin kompleks salah satunya kebutuhan ekonomi yang semakin
mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha mencukupi
kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup
dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat
menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh. Penyebab
penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhannya seperti
mengangkat beban berat, biasa mengkonsumsi makanan kurang serat, yang
menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan saat defekasi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hernia
2. Untuk mengetahui etiologi hernia
3. Untuk mengetahui patofisiologi hernia
4. Untuk mengetahui tanda gejala hernia
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penjunjang hernia
6. Untuk mengetahui pathway hernia
7. Untuk mengetahui pengakajian hernia
8. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan hernia
9. Untuk mengetahui fokus intervensi hernia
II. ISI
A. Pengertian
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan
yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga
dimana ia terisi secara normal (Doengoes,SM, 2003).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen
melalui anulus inguinalis externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).
Hernia menurut Letaknya:
1. Hernia hiatal
Adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorok turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada/ thoraks).
2. Hernia Epigastrik
Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian tulang rusuk di garisan
tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan
jarang yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang relatif
lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat di dorong
kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
3. Hernia umbilikal berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang
disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Jika kecil (kurang dari satu
centimeter) hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap sebelum usia
2 tahun.
4. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan diselangkangan atau skrotum. Orang awam biasanya
menyebutnya “turun bero” atau hernia. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui
celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan.
5. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
6. Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar
tidak menutup sepenuhnya.
7. Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram tulang
belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus invertebralis yang
menyerang goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas
tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus
invertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica). HNP umumnya
terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah.

Hernia Berdasarkan Terjadinya:


1. Hernia bawaan atau kongenital
Petogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): kanalis inguinalis
adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan vaginalisperitonei.
2. Hernia dapatan atau akuisita, adalah hernia yang timbul karena berbagai
faktor pemicu

Hernia Menurut Sifatnya:


1. Hernia reponibel / reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan
kedalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada
peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =
perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus.

B. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Congenital
Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui, resiko lebih
besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut .
3. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan
karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi
buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga
menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
4. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi
kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih
pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang
lemah.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada
otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus
melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia,
besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
C. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ - organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.
Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi
atau mengalami kelemahan.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi hernia
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat
disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai
sesak napas.
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
Manifestasi hernia inguinalis
1. Adanya benjolan di daerah inguinal
2. Benjolan bias mengecil atau menghilang.
3. Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
4. Rasa nyeri , mual muntah bila ada komplikasi.
5. Sebagian besar tidak memberikan keluha. (Arif, Mansyoer, 2000).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus (ileus)
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidakseimbangan elektrolit.
3. Kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulis
4. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstrakolon.
5. USG untuk menilai massa hernia inguinal

F. Pathway
G. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no
register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini
menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita HIL
3. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya. Missal
: adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi kronis,
ascites yang semuanya itu merupakan factor predis posisi meningkatnya
tekanan intra abdominal.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan /
di daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama,
menangis, mengejar waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb,
sehingga ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di
dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan
tekanan intra abdominal
5. Riwayat kesehatam keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular
lainnya.
Pola Gordon
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada
keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual
muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
3. Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
4. Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah satu
ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.
5. Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di
selangkangan
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
7. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat ko
ndisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
8. Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan scortumnya mengalami pembesaran
sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas
9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini
lagi
10. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini
merupakan cobaan dari Allah SWT.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia.
Pada surveu umum pasien hernia reponibel berada pada kondisi optimal.
Sedangkan pada pasien hernia inkarserata dan strangulata pasin terlihat lemah
dan kesakitan, TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan gejala
dehidrasi. Suhu badan pasien akan naik ≥ 38,5 oC dan tejadi takikardi.
Inspeksi: secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada lipatan paha.
Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan
pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan aktivitas peningkatan
intra abdominal, serta mengedan untuk menilai adanya penonjolan pada lipatan
paha.
Palpasi: turgor kulit < 3 detik menandaka gejala dehidrasi, palpasi pada
kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tanga sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditemukan. Kantong hernia mungkin berisi organ, tergantung
isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum, (seperti karet), atau
ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingkingan, pada anak dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah ini hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam
hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Apabila ujung jari menyentuh henia,
berarti hernia inguinalis lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang
menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Sjamsuhidayat dalam
muttaqin, (2013).
Perkusi: nyeri ketuk dan timpani terjadi akibat adanya flatulen, menandakan
sekunder dari adanya obstruksi intestinal atau hernia srangulasi.
Auskultasi: penurunan bising usus atau tidak ada bising usus menandakan
gejala obstruksi intestinal
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah.
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko perdarahan
5. Resiko infeksi b.d luka insisi bedah/operasi

B. Intervensi Keperawatan
Pre operasi

No
DiagnosaKeperawatan NOC NIC
.
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan
dengan agen injuri biologi tindakan keperawatan karasteristik nyeri.
(distensi jaringan intestinal selama 3 x 24 jam 2. Jelaskan pada pasien tentang
oleh inflamasi) nyeri berkurang penyebab nyeri
dengan kriteria : 3. Ajarkan tehnik untuk
- Klien mengatakan pernafasan diafragmatik
nyeri berkurang. lambat / napas dalam.
- Klien tidak 4. Berikan aktivitas hiburan
gelisah. (ngobrol dengan anggota
- Durasi nyeri keluarga)
berkurang. 5. Observasi tanda-tanda vital
- Wajah klien tidak 6. Kolaborasi dengan tim medis
meringis dalam pemberian analgetik
kesakitan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan 1. Tinjau faktor-faktor individual
kurang dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan yang mempengaruhi
berhubungan mual/muntah, selama 2 hari nutrisi kemampuan untuk mencerna
anorexia. terpenuhi dengan makanan.
kriteria : 2. Auskultasi bising usus;
 Adanya palpasi abdomen; catat
peningkatan berat pasase flatus.
badan sesuai 3. Identifikasi kesukaan /
dengan tujuan. ketidaksukaan diet dari pasien.
 Berat badan ideal Anjurkan pilihan makanan
sesuai dengan tinggi protein dan vitamin C.
tinggi badan. 4. Kolaborasi dalam pemberian
 Mampu obat-obatan sesuai indikasi:
mengidentifikasi Antimetik, mis: proklorperazin
kebutuhan nutrisi. (Compazine). Antasida dan
 Tidak ada tanda- inhibitor histamin, mis:
tanda malnutrisi. simetidin (tagamet).
 Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
 Tidak ada
nyeriperut

4. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan


berhubungan dengan tindakan keperawatan pasien
kurangpajanan tentang selama 2 x 24 jam 2. Berikan penjelasan mengenai
penyakit. pengetahuan klien hernia :pengertian, penyebab
bertambah dengan dan proses serta penanganan
kriteria : dengan jelas.
 Klien tampak 3. Berikan penguatan bila pasien
tenang mampu menyebutkan kembali
apa yang sudah dijelaskan.
4. Anjurkan pasien untuk
menanyakan kepada pasien di
samping untuk berbagi
pengalaman

Post operasi

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi
agen injuri fisik (lukainsisi keperawatan selama .. x 24 dan karasteristik nyeri.
post operasi appenditomi). jam nyeri berkurang 2. Jelaskan pada pasien
dengan kriteria : tentang penyebab nyeri
- Klien mengatakan 3. Ajarkan tehnik untuk
nyeri berkurang. pernafasan diafragmatik
- Klien tidak gelisah. lambat / napas dalam.
- Durasi nyeri 4. Berikan aktivitas hiburan
berkurang. (ngobrol dengan anggota
- Wajah klien tidak keluarga.
meringis kesakitan. 5. Observasi tanda-tanda
vital
6. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
analgetik
2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda–tanda
dengan tindakan invasif keperawatan selama 1 x 24 vital pasien sesuai kondisi
(insisi post pembedahan). jam infeksi tidak terjadi pasien.
dengan kriteria : 2. Kaji adanya tanda–tanda
- Tidak ada gejala dan infeksi dan peradangan
tanda infeksi meliputi adanya
(rubor,color,dolor,functi kemerahan sekitar luka
olaesa) dan pus padalukaoperasi.
- Tanda gejala infeksi 3. Lakukan medikasi luka
tidak meluas. steril/bersih tiaphari.
- Mengidentifikasi dan 4. Pertahankan tekhnik
mengoreksi pengobatan. aseptic
- TTV dalam Batas antiseptik/kesterilan dalam
normal perawatan luka dan
tindakan keperawatan
lainnya.
5. Jaga personal hygiene
pasien.
6. Manajemen kebersihan
lingkungan pasien.
7. Kolaborasi dengan
timmedis dalam
pemberian therapy
antibiotik

Anda mungkin juga menyukai