Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis
yang lemah pada dinding rongga. Dinding yang lemah ini membentuk
suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di
daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian usus sehingga orang
sering menyebut turun perut. Bagian-bagian hernia terdiri dari kantong
hernia, isi hernia, pintu hernia, leher hernia dan lokus minoris.
Macam-macam hernia berdasarkan sifat klinisnya :
a. Hernia Reponibilis yaitu hernia yang dapat direposisi tanpa operasi
b. Hernia Irreponibilis yaitu organ yang mengalami hernia tidak dapat
kembali ke cavum abdominale kecuali dengan bantuan operasi. Jika
telah mengalami perlekatan organ disebut Hernia Akreta.
c. Hernia Strangulasi yaitu organ yang mengalami hernia sudah
mengalami gangguan vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam
kantung hernia (isi hernia).
d. Hernia Incarserata yaitu hernia irreponibilis yang sudah disertai tanda-
tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa
lewat).
Macam-macam hernia berdasarkan arah hernia :
a. Hernia Eksterna yaitu hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar
karena menonjolnya ke arah luar, misalnya; hernia inguinalis lateralis
dan medialis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia lumbalis dsb.
b. Hernia Interna yaitu apabila isi hernia masuk ke dalam rongga lain,
misalnya ke cavum thorax atau masuk ke dalam recessus dalam cavum
abdomen.
c. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
abdominalis/lateralis/internus dan mengikuti jalannya spermatic cord di
canalis inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subkutan
(externus) sampai skrotum. Hernia inguinalis paling sering timbul pada
pria dan lebih sering pada sisi kanan.
2. ETIOLOGI
a. Kongenital
1) Hernia Kongenital Sempurna terjadi karena adanya defek pada
tempat-tempat tertentu yang langsung muncul pada saat dia
dilahirkan.
2) Hernia Kongenital Tak Sempurna, bayi dilahirkan normal (kelainan
belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat-tempat
tertentu (perdisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intra abdominal.
b. Akuisital
Faktor penyebab hernia :
1) Tekanan intra abdominal yang tinggi, misalnya sering mengejan,
batuk, menangis, pada peniup terompet, ibu yang sering melahirkan,
pekerja angkat berat dll.
2) Konstitusi tubuh, misalnya pada orang kurus dan orang gemuk.
3) Banyaknya preperitoneal fat.
4) Distensi dinding perut.
5) Cicatrix
6) Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut.
Pada anak-anak terjadinya hernia berhubungan dengan proses
perkembangan alat reproduksi ketika si anak masih di dalam kandungan.
Karena itu pada bayi dan anak-anak lebih sering merupakan keadaan
bawaan sejak lahir (kongenital) dan berisi cairan. Di selangkangan pada
bayi yang belum lahir terdapat pipa saluran, pada bayi laki-laki saluran ini
menjadi tempat turunnya buah zakar yaitu rata-rata pada umur 8 bulan.
Pipa saluran ini akan menutup pada saat bayi dilahirkan, dalam
keadaan normal saluran ini akan segera menutup setelah bayi berusia 2
bulan. Namun ada kalanya saluran ini belum menutup setelah bayi lahir
sehingga memungkinkan isi perut, baik itu usus maupun bagian lain dari
usus untuk memasuki saluran ini.
3. MANIFESTASI KLINIK
Sebagian besar hernia adalah asimtomatik dan kebanyakan
ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada
anulus inguinalis superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus
inguinalis profundus. Benjolan ini baru akan terlihat pada saat pasien
berdiri, batuk, bersin, mengejan, menangis, atau mengangkat barang-
barang yang berat. Benjolan ini akan menghilang jika pasien berbaring
Manifestasi klinik yang mungkin muncul antara lain :
a. Adanya masa dalam daerah inguinal maupun bagian atas skrotum.
b. Pembesaran skrotum sehingga terasa pegal dan rasa tidak nyaman.
c. Terasa nyeri apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga
pembuluh darah disekitarnya terjepit dan akan merangsang terjadinya
nyeri. Apabila berlangsung lama pembuluh darah akan mati.
4. PATOFISIOLOGI

Defek pada suatu rongga


Peningkatan
tekanan intra
abdomen

Tonjolan perineum
membentuk benjolan

Hernia inguinalis

Hernia reponable

Hernia irreponable

Hernia inkarserata

Hernia strangulata

Acute abdomen

Adanya defek pada suatu dinding rongga menyebabkan lubang pada


rongga perut sehingga terjadi penonjolan perineum parietal yang berisi
viskus yang membentuk benjolan. Tonjolan bisa muncul sewaktu-waktu
saat tekanan intra abdomen meningkat. Pada awalnya tonjolan ini bisa
masuk kembali setelah dibawa berbaring dan akan muncul lagi saat
tekanan intra abdomen meningkat. Semakin sering tonjolan itu muncul,
semakin menjadi besar ukurannya berarti jadi makin lemah liang saluran di
dinding perut dan semakin banyak isi perut yang keluar dari dinding perut.
Lama kelamaan tonjolan yang semakin besar itu mungkin tidak bisa
spontan masuk dengan jari (hernia reponable), jika dibiarkan bisa saja
terjadi perlengketan di dalamnya bisa sampai ke tahapan tonjolan sudah
tidak dapat dimasukkan lagi (hernia irreponable). Apabila isi jeroan dalam
tonjolan ini sudah mulai bermasalah karena usus sendiri punya mobilitas
sehingga usus dapat terpelintir dalam kantong hernia maka terjadi
penjepitan pada usus tadi (hernia inkarserata). Bila isi hernia yang terjepit
semakin membesar, lama kelamaan usus akan tercekik lalu tak dapat aliran
darah lagi. Kondisi terminal hernia inilah yang perlu tindakan gawat
darurat (hernia strangulata). Bila keadaan ini dibiarkan jaringan usus akan
membusuk, mati dan rusak lalu terjadi gawat darurat perut (acute
abdomen).
PATHWAY

Proximal prosesus vaginalis

Gagal menutup

Membentuk kantung hernia

Viskus abdomen masuk

Terbuka pindah lokasi  p’ngkatan tek intra


abdomen&kelemahan
otot dinding trigonum
HasselBach
testis turun keskrotum
Membentang dalam kantung testis menonjol kebelakang
canalis
inguinalis

Turun
keinguinal

H. Medialis

Vasokontriksi
vaskuler

Desakan/teka
nan

Nyeri

Gg.rasa
Gg. rasa
nyaman nyeri
nyaman nyeri
Menyatu dg. Tunika vaginalis tdk menutupnya prosesus vaginalis
Vagianalis peritoneum
Hernia lengkap penonjolan perut di lateral
pembuluh epigastrika inferior

Jepitan cincin hernia fenikulus spermatikus H.lateralis 

Gg.perfusi jaringan
canalis inguinalis

pembesaran inguinal
Heriography

Post Herniography

Dampak anetesi

Gg. fi. Sirkulasi


Hipersalivasi
COP meningkat

TD&HR meningkat

Suplai O2 berkurang

Gg. perfusi jaringan

Penumpukan sekret

Obs. Jln nfs

Bersihan jln nfs


Bersihan jln nafas

5. KOMPLIKASI
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
b. Terjadi penekanan pada cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk.
c. Terjadi penjepitan pada usus sehingga tercekik dan tidak mendapatkan
aliran darah lagi. Lama kelamaan akan membusuk, rusak dan mati.

6. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah melakukan inspeksi pada
daerah inguinal (lipat paha). Kemudian jari telunjuk ditempatkan pada sisi
lateral kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus
sampai ujung jari tengah mencapai anulus inguinalis profundus. Jika jari
tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus karena adanya
masa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Hernia juga
diindikasikan, bila seorang meraba jaringan yang bergerak turun ke dalam
kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa selama batuk.
Pada umumnya dengan jari tangan pemeriksa di dalam kanalis
inguinalis, maka hernia inguinalis indirek menuruni kanalis pada samping
jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung ke ujung jari tangan
adalah khas dari hernia direk. Diagnosa banding hernia inguinalis
mencakup masa lain dalam lipat paha seperti limfadenopati, testis yang
tidak turun, lipoma dan hematoma.
7. PENATALAKSANAAN
a. Medis
Prinsip penatalaksanaaan hernia adalah mencegah inkarserasi atau
strangulasi, semua hernia harus direpair kecuali hernia direk yang kecil.
Pada dasarnya hernia tidak dapat diobati dengan obat karena hernia
disebabkan oleh keadaan anatomi yang melemah atau mengalami
kelainan. Terapi yang sering dilakukan adalah dengan
pembedahan/operasi. Pada keadaan strangulasi/inkarserata dilakukan
operasi cito namun keadaan umum diperbaiki terlebih dahulu.
Tujuannya adalah reposisi hernia, menutup pintu hernia dan
mencegah residif dengan memperkuat dinding perut. Operasi hernia ada
3 tahap yaitu:
1) Herniotomi : membuka dan memotong kantong hernia ke cavum
abdominalis
2) Hernoiraphy : mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
tendon supaya tidak masuk lagi.
3) Hernioplasty : memberi kekuatan pada dinding perut dan
menghilangkan (menutup pintu hernia) sehingga tidak residif dengan
cara mengikatkan conjoin ke ligamentum inguinale. Hal ini tidak
dilakukan pada pasien anak-anak.
b. Keperawatan
Asuhan keperawatan perioperatif meliputi asuhan keperawatan
yang diberikan sebelum (preoperatif), selama (intraoperatif) dan
sesudah (pascaoperatif). Tindakan yang dapat dilakukan pada tiap-tiap
fase antara lain :
1) Fase Preoperatif
Pengkajian secara menyeluruh mengenai kesehatan fisik dan
emosional, mengetahui tingkat resiko pembedahan, mengkoordinasi
berbagai pemeriksaan diagnostik, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan yang menggambarkan kebutuhan klien (keluarga) dan
melakukan intervensi serta evaluasi tehadap tindakan yang
dilakukan, mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk
menghadapi pembedahan, serta mengkomunikasikan informasi yang
berkaitan dengan pembedahan kepada tim bedah. Klien akan lebih
mampu bekerjasama dan berpartisipasi dalam perawatan jika
perawat memberi informasi tentang peristiwa yang terjadi sebelum
dan sesudah pembedahan, untuk itu perlu adanya penyuluhan
preoperatif. Satu hal yang tidak boleh dilupakan sebelum klien
menjalani pembedahan adalah adanya inform consent (persetujuan
tindakan)
2) Fase Intraoperatif
Perawat disini perlu persiapan yang baik dan pengetahuan
tentang proses yang terjadi selama prosedur pembedahan
dilaksanakan. Tindakan yang dilakukan antara lain :
a) Memasang kateter infuse ke tangan klien untuk memberikan
prosedur rutin penggantian cairan dan obat-pbatan melalui intra
vena.
b) Perawat memasang manset tekanan darah untuk memantau
tekanan darah selama operasi berlangsung
c) Karena suhu ruangan tahanan sementara dan ruang operasi dingin
maka klien harus diberikan selimut tambahan.
d) Memasang oksimetri denyut jantung untuk memonitor saturasi
oksigen sebagai indeks kualitas ventilasi
e) Memberi dukungan mental kepada klien dan mendorong klien
untuk bertanya.
f) Melakukan pencatatan aktivitas perawatan dan prosedur yang
dilakukan oleh petugas ruang operasi
3) Fase Pascaoperatif
Tindakan pasca operatif dilakukan dalam dua tahap yaitu
periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase
pascaoperatif. Perawat di ruang UPPA (unit perawatan pasca
anestesi) melakukan pengkajian ulang terhadap hal-hal yang terjadi
selama di ruang operasi yaitu dengan membaca di status klien.
Perawat UPPA membuat pengkajian lengkap tentang status klien.
Klien tetap berada dalam UPPA sampai keadaannya stabil. Perawat
harus siap bila keluarga mengalami syok awal dan berperan sebagai
sumber bagi keluarga. Selanjutnya perawat melakukan evaluasi
terhadap tanda-tanda vital dan melakukan observasi penting lainnya
minimal setiap 15 menit atau kurang tergantung kondisi klien dan
kebijakan unit. Pengkajian dilakukan terus menerus sampai klien
dipindahkan dari UPPA.
Tindakan yang dapat dilakukan di ruang perawatan pasca operatif
antara lain :
1) perawat menerima pasien dan memeriksa kelengkapan status pasien.
2) Mengkaji klien secara rutin minimal setiap 15 menit pada satu jam
pertama, setiap 30 menit selama satu sampai dua jam berikutnya,
setiap 1 jam selama 4 jam berikutnya dan selanjutnya setiap 4 jam.
Seringnya pemeriksaan bergantung pada kondisi klien.
3) Perawat mendokumentasikan seluruh pemeriksaan awal dan
memasukkannya ke dalam catatan perawat.
4) Pantau tanda vital, asupan cairan melalui intravena, dan haluaran
urin
5) Perawat menjelaskan tujuan prosedur atau peralatan pasca operatif
dan menjelaskan tentang keadaan klien. Keluarga harus mengetahui
bahwa klien akan mengantuk dan tertidur pada sisa waktu hari itu
akibat pengaruh anestesi umum. Apabila klien mendapatkan anestesi
spinal, keluarga harus diingatkan bahwa klien akan diperiksa secara
rutrin dan ia akan kehilangan sensasi dan pergerakan ekstremitasnya
selama beberapa jam.
6) Perawat mengkaji keluhan klien, merumuskan diagnosa, melakukan
intervensi dan mengevaluasi semua tindakan yang telah dilakukan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pasien mengeluh adanya benjolan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa keperawatan pada klien preoperatif :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d berkurangnya batuk dan
peningkatan kongesti paru
b. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan
dilaksanakan, adanya ancaman kehilangan bagian tubuh
c. Ketidakefektifan koping keluarga; menurun b.d perubahan sementara
pada peran klien, beratnya operasi yang akan dilaksanakan
d. Ketakutan b.d pembedahan yang akan dilaksanakan, antisipasi nyeri
pasca operatif.
e. Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan b.d kurang
pengalaman tentang operasi, kesalahpahaman tentang informasi.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nutrisi preoperatif
g. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d asupan nutrisi yang
berlebihan.
h. Ketidakberdayaan b.d operasi darurat
i. Resiko gangguian integritas kulit b.d radiasi preoperatif, imobilisasi
selama operasi
j. Gangguan pola tidur b.d ketakutan menghadapi operasi, jadwal
preoperatif rutin di rumah sakit
Diagnosa keperawatan untuk pasien pasca operatif :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d hilangnya batuk,
penumpukan sekret, sedasi yang berkepanjangan.
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d nyeri insisi, efek analgesik pada
ventilasi.
c. Nyeri b.d insisi bedah.
d. Ketidakefektifan koping individu b.d paksaan menjalani pembedahan,
terapi pasca operatif.
e. Resiko kekurangan volume cairan b.d drainase luka, asupan cairan
yang tidak adekuat.
f. Resiko kerusakan integritas kulit b.d drainase luka, gangguan
mobilitas
g. Berduka adaptif b.d kondisi kritis klien
h. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, pembatasan aktivitas pasca
operatif.
i. Perubahan membran mukosa oral b.d puasa.
j. Defisit perawatan diri : makan, membeersihkan diri, memakai baju,.
toileting b.d pembatasan aktivitas pasca operasi.
k. Resiko perubahan suhu tubuh b.d penurunan metabolisme.
l. Resiko infeksi b.d luka insisi
m. Gangguan komunikasi verbal b.d pemasangan selang endotrakhea atau
selang pada jalan nafas.
3. TUJUAN, INTERVENSI DAN RASIONALISASI
a. Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan b.d pengalaman
pertama menjalani pembedahan.
Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Klien akan Kirimkan booklet Penyuluhan preoperatif
memahami proses penyuluhan dan video yang terstruktur
yang terjadi selama ke rumah klien. mempunyai pengaruh
intraoperatif dan Sediakan waktu yang positif pada masa
pasca operatif penyuluhan preoperatif pemulihan
sebelum jadwal untuk menjelaskan Informasi tentang
pembedahannya keadaan umum yang persiapan membantu
terjadi setelah operasi klien untuk membentuk
Jelaskan yang akan bayangan yang realistik
terjadi di holding area, tentang pengalaman
ruang operasi. pembedahan dan akan
lebih mampu untuk
mengatasi dan
menangani pengalaman
bedah tersebut jika
terjadi.

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d nyeri insisi


Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Klien mencapai Minta klien melakukan Ekspansi paru-paru yang
fungsi ventilasi pernafsan diafragma adekuat dapat
normal dengan jalan dengan menggunakan ,mencegah terjadinya
nafas yang paten spirometer stimulatif atelektasis
pada hari kedua setiap 2 jam pada saat Menekan insisi akan
pasca operatif klien terjaga membantu mencegah
Minta klien menekan timbulnya
insisi abdomen saat ketidaknyamanan saat
melakukan latihan melakukan latihan
batuk batuk.
Berikan caaran yang Meningkatkan asupan
disukai klien, minimal cairan membantu
1500 ml per hari mencegah pengentalan
Pindahkan posisi klien ke lendir.
kanan dan ke kiri setiap Posisi miring
1-2 jam saat klien memungkinkan
terjaga ekspansi paru.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.M DENGAN POST OP HERNIA
INGUINALIS DEXTRA DI RUANG ......... RSUD......

Tgl/Jam masuk RS :
Tanggan dan jam Pengkajian :
Metode Pengkajian : Autoanamnesa dan alloanamnesa
Diagnosis Medis : Hernia inguinalis dextra
No. Registrasi :

PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama Pasien :Tn. M
Alamat :
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Umur : 50 tahun
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pagutan 3/5 Manyaran
Hubungan dengan pasien : Istri
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Tn.M mengatakan mengeluh Nyeri bagian selangkang kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn.M mengatakan datang ke IGD dengan nyeri selangkang kanan bawah,
terdapat benjolan tidak dapat dikendalikan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mondok di rumah sakit dan belum
pernah menjalani operasi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan
seperti asma, DM, jantung, hipertensi.
Genogram :

Keterangan
= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien tinggal di lingkungan rumah yang bersih, tidak terdapat hewan
vektor penyakit di lingkungan hunian

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan jarang memeriksakan diri ke tempat pelayanan
kesehatan, jika pasien sakit berobat ke puskesmas terdekat.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD)
Frekuensi makan : 3 kali sehari
BB/TB : 55 kg / 162 cm
BB 1 bulan terakhir : Tetap
Jenis makanan : Nasi
Makanan yang disukai : Pedas
Makanan pantang : Tidak
Alergi : Tidak
Nafsu makan : Tidak ada keluhan
Masalah pencernaan : Tidak ada
Riwayat operasi : Tidak
Konjungtiva : Tidak anemis
Diit RS : nasi, habis porsi
b. Pengkajian Pola Nutrisi
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 3 kali 3 kali
Jenis Nasi, lauk, sayur nasi
Porsi 1 porsi 1 porsi
Keluhan Tidak ada Anoreksia

3. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 1 kali Belum BAB
Konsistensi Lunak -
Warna Kuning -
Penggunaa pencahar Tidak Tidak
(laktasif)
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. BAK
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi Kurang lebih 8 kali Kurang lebih 7 kali
Jumlah urine @ 150cc – 200 cc @ 150cc – 200 cc
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Pancaran Lancar Lancar
Perasaan setelah Puas Puas
berkemih
Total produksi urine 1600cc – 2000 cc 1000cc – 1200 cc
Keluhan Tidak ada Tidak ada

c. Analisa keseimbangan cairan selama perawatan


Intake Output Analisa
a. Minuman100 a. Urine Intake 2800cc -
0 cc 1500cc output 2350cc
b. Makanan 300 b. Feses
cc 100 cc
c. Cairan IV c. IWL
1500 cc 750 cc (15cc x
50 kg)
Total 2800 cc Total 2350 cc Balance + 450cc

4. Pola Aktifitas dan Latihan


Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Hasil skor : 12 (ADL Tergantung sebagian)
5. Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit Saat Sakit
Jumlah tidur siang Tidak pernah Tidak pernah
Jumlah tidur malam 8 jam 6 jam
Penggunaan obat tidur Tidak Tidak
Gangguan tidur Tidak Tidak
Perasaan waktu bangun Segar Segar
Kebiasaan sebelum Menonton TV Tidak ada
tidur

6. Pola Kognitif – Perseptual


a. Status mental
b. Kemampuan penginderaan
1) Penglihatan
Visus asien 6/6, tidak gangguan sensori penglihatan
2) Pendengaran
Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran
3) Pengecapan
Pasien mengatakan bisa membedakan rasa pahit, asam, asin dll
4) Penciuman
Pasien tidak mengalami gangguan penciuman
5) Sensasi
Pasien tidak mengalami gangguan sensasi
c. Pengkajian nyeri
P = jepitan cincin hernia
Q = seperti tertindih
R = perut kanan bawah
S = Skala 6
T = Terus menerus
7. Pola Persepsi Konsep Diri
a. Body image: pasien dapat menerima keadaan dirinya saat ini
b. Identitas diri: pasien seorang laki-laki berumur 50 tahun
c. Harga diri: pasien tidak malu dengan keadaannya saat ini
d. Peran diri: pasien seorang ayah dan suami dengan rumah tangga
harmonis
e. Ideal diri: pasien ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang
8. Pola Hubungan peran
Pasien berperan sebagai anak ketiga dari 3 bersaudara. Hubungan pasien
dengan keluarga terjalin dengan baik
Pasien mengatakan sedih karena tidak mampu memenuhi kebutuhan anak
anaknya dikarenakan kondisi sakitnya
9. Pola seksualitas reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki.
10. Pola mekanisme koping
Pasien tinggal 1 rumah dengan ayah, ibu dan kakak, dan bersyukur dengan
kehidupan yang sekaran dijalani.
11. Pola nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam dan taat menjalankan ibadah shalat 5 waktu dan
selalu berdoa agar diberikan kesembuhan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
b. Tanda-tanda vital :
1) Tekanan darah : 120/75 mmHg
2) Nadi :
- Frekuensi : 64 x/menit
- Irama : Teratur
- Kekuatan : Teraba kuat
3) Pernafasan :
- Frekuensi : 20 x/ menit
- Irama : Teratur
4) Suhu : 36,2 ºC
2. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesocephal
b. Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe
c. Rambut : Hitam, bersih
3. Muka
a. Mata :
1) Palpebra : Tidak oedema
2) Konjungtiva : Tidak anemis
3) Sclera : Putih
4) Pupil : Isokhor
5) Diameter pupil ki/ka : ±2mm/±2mm
6) Reflek terhadap cahaya : +/+
7) Penggunaan alat Bantu penglihatan : Tidak ada
b. Hidung : Tidak ada sinusitis, penciuman normal
c. Mulut : tidak ada karies, sariawan
d. Telinga : bersih, tidak ada tinitus
4. Leher
a. Kelenjar tiroid : Tidak ada benjolan
b. Kelenjar limfe : Tidak ada benjolan
c. JVP :-
5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru :
I ; Tarikan dinding dada kanan dan kiri simetris
P ; Tidak ada benjolan, tidak teraba adanya oedema
P ; Suara paru sonor
A ; Bronkovesikuler
b. Jantung :
I ; Iktus cordis tidak tampak
P ; Intercosta teraba
P ; Suara jantung pekak
A ; Terdengar bunyi jantung I dan II
6. Abdomen
I :Ada luka post op hernia ingunalis dextra di kuadran 4
A ; Peristaltik usus 20x/menit
P ; Tidak teraba adanya penumpukkan cairan atau nyeri tekan
P ; Tympani
7. Genetalia
Tidak ada oedema
8. Rektum
Tidak ada oedema
9. Ekstremitas
a. Atas
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Tidak terganggu Tidak terganggu
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Tidak terganggu Tidak Terbatas
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Ada
CRT < 2 detik < 2 detik
Keluhan Tidak ada Nyeri post op

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tangga Jenis Nilai Normal Satuan Hasil Keterangan
/Jam Pemeriksaan hasil
Hari 1 KIMIA :
GDS < 170 Mg/dl 99 Normal
Ureum 10 – 50 Mg/dl 24 Normal
Kreatinin 0.6 – 1.1 Mg/dl 0.86 Normal
Hb Sag negatif Negatif Normal

Darah Rutin :
WBC 4.1 – 10.9 K/ul 8.2 Normal
RBC 4.2 – 6.3 M/ul 4.41 Normal
HB 12 – 18 gr/dl 13.9 Normal
HCT 37 – 51 % 42.4 Normal
AT 140 – 440 K/ul 217 Normal

RONTGENT :

Hasil :

VI. TERAPI MEDIS


Hari/Tanggal Fungsi &
Jenis Terapi Dosis
/Jam Farmakologi
Hari 1 Infus Rl 20 tpm Isotonik
Infus Futrolid 20 tpm Isotonik

Cefazolin 500mg Antibiotik


ANALISA DATA

Nama : Tn.M No. CM :


Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Post OP Hernia inguinalis dextra

Hari/
No Tanggal/ Data Fokus Problem Etilogi Ttd
Jam
1 Hari 1 DS: Nyeri akut Diskontuinitas jaringan
Pasien mengatakan nyeri pada bekas post OP Hernia inguinalis akibat tin-dakan operasi
dextra
DO
Pasien tampak kesakitan, skala nyeri 6(skala1-10)
P = jepitan cincin hernia
Q = seperti tertindih
R = perut kanan bawah
S = Skala 6
T = Terus menerus
TD : 120/75 mmHg
2 Hari 1 DS : Resiko infeksi Luka insisi bedah/ operasi
DO :
Ada luka insisi regio kanan bawah kurang lebih 7 cm
WBC : 8,2 ribu k/ul

3 Hari 1 DS : Kecemasan kurang pengetahuan dan


Pasien mengatakan bingung dan mencemaskan tentang berbagai hospitalisasi
tindakan yang dilakukan di rumah sakit
DO :
Pasien tampak kusut,tidak segar

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka incise operasi
3. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi

RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn.M No. CM :
Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Post OP Hernia inguinalis dextra

Hari/
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
Tgl
-
Hari 1 1 NOC NIC
- Pain level Pain Management
- Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
- Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil :
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nyeri, mampu menggunakan tekhnik nonfar- - Kurangi faktor presipitasi
makologi untuk mengurangi nyeri, mencari - Ajarkan teknik relaksasi
bantuan) - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan tindakan nyeri tidak berhasil
menggunakan manajemen nyeri. Analgesik Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, YANI
sebelum pemberian obat
frekuensi dan tanda nyeri)
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri frekuensi
berkurang - Cek riwayat alergi
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Hari 1 2 NOC NIC
- Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
- Knowledge : Infection control - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Risk control - Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
Kriteria Hasil : - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi keperawatan
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, - Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik
faktor yang mempengaruhi penularan serta YANI
penatalaksanaanya
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Hari 1 3 NOC : NIC :
- Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Coping - Gunakan pendekatan yang menenangkan
Kriteria Hasil : - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
- Klien mampu mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala cemas - Mengukur vital sign
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
menunjukkan tehnik untuk mengontol selama prosedur
cemas - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
- Vital sign dalam batas normal mengurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa - Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan tindakan prognosis
berkurangnya kecemasan - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

TINDAKAN KEPERAWATAN / IMPLEMENTASI


Nama : Tn.M No. CM :
Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Post OP Hernia inguinalis dextra

Hari/
No Dx Implementasi Respon Ttd
Tgl
Hari 1
Pukul 15.00 1 - Melakukan pengkajian nyeri secara S :
komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, P = jepitan cincin hernia
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor Q = seperti tertindih
presipitasi R = perut kanan bawah
S = Skala 6
T = Terus menerus
YANI

O : Sklala nyeri 6(skala 1-10)

Pukul 15.05 1 - Mengajarkan tehnik relaksasi S: Pasien menyatakan mengerti apa yang diajarkan perawat
O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
YANI
Pukul 15.10 1 - Menganjurkan untuk mengurangi faktor S :-
presipitasi nyeri dengan menghindari miring O:Posisi tidur telentang
YANI
ke kanan

Pukul 15.15 1 - Memberikan injeksi Ketorolac 1 Ampl S: Pasien mengatakan tangan terasa kemeng
O: Obat masuk Ketorolac 1amp tidak ada alergi YANI

Pukul 15.20 2 - Membersihkan lingkungan setelah alat S : Pasien mengatakan kamar terlihat bersih dan tempat
dipakai pasien lain tidur bersih
O : mengganti laken dengan yang baru dan
YANI
meminta cleaning service untuk
membersihkan kamar

Pukul 15.25 2 - Memberikan injeksi Cefoperazon 1 gr intra S : Pasien mengatakan tangan terasa agak
selang kemeng
O : Obat masuk YANI
Pukul 15.30 3 - Jelaskan semua prosedur dan apa yang S: Pasien menyebutkan prosedur yang akan dijalani di
dirasakan selama prosedur Rumah Sakit
O : Prosedur yang dijelaskan secara prinsip sudah sesuai
YANI
dengan yang dijelaskan
Pukul 15.35 1,3 - Instruksikan pasien menggunakan teknik S: Pasien menyatakan mengerti apa yang diajarkan perawat
relaksasi O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
YANI
Hari 2
Pukul 15.00 1 - Melakukan pengkajian nyeri secara S :
komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, P = jepitan cincin hernia
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor Q = seperti tertindih
presipitasi R = perut kanan bawah
S = Skala 5
T = Kadang kadang
YANI

O : Sklala nyeri 5(skala 1-10)

Pukul 15.10 1 - Menganjurkan untuk mengurangi faktor S :-


presipitasi nyeri dengan menghindari miring O:Posisi tidur sesuai tingkat kenyamanan YANI
ke kanan
Pukul 15.15 1 - Memberikan injeksi Ketorolac 1 Ampl S: Pasien mengatakan tangan terasa kemeng
YANI
O: Obat masuk Ketorolac 1amp tidak ada alergi
Pukul 15.20 2 - Membersihkan lingkungan setelah alat S : Pasien mengatakan kamar terlihat bersih dan tempat YANI
dipakai pasien lain tidur bersih
O : mengganti laken dengan yang baru dan
meminta cleaning service untuk
membersihkan kamar
Pukul 15.25 2 - Memberikan injeksi Cefoperazon 1 gr intra S : Pasien mengatakan tangan terasa agak
selang kemeng
O : Obat masuk per iv YANI
Pukul 15.30 3 - Jelaskan semua prosedur dan apa yang S: Pasien menyebutkan prosedur yang akan dijalani di
dirasakan selama prosedur Rumah Sakit
O : Prosedur yang dijelaskan secara prinsip sudah sesuai
YANI
dengan yang dijelaskan
Pukul 15.35 1,3 - Instruksikan pasien menggunakan teknik S: Pasien menyatakan mengerti apa yang diajarkan perawat
relaksasi O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
YANI
Hari 3
Pukul 15.00 1 - Melakukan pengkajian nyeri secara S :
komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, P = jepitan cincin hernia
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor Q = seperti tertindih
presipitasi R = perut kanan bawah YANI
S = Skala 4
T = Kadang kadang

O : Sklala nyeri 4(skala 1-10)


Pukul 15.10 1 - Menganjurkan untuk mengurangi faktor S :-
presipitasi nyeri dengan menghindari miring O:Posisi tidur sesuai tingkat kenyamanan YANI
ke kanan
Pukul 15.15 1 - Memberikan injeksi Ketorolac 1 Ampl S: Pasien mengatakan tangan terasa kemeng
YANI
O: Obat masuk Ketorolac 1amp tidak ada alergi
Pukul 15.20 2 - Membersihkan lingkungan setelah alat S : Pasien mengatakan kamar terlihat bersih dan tempat
dipakai pasien lain tidur bersih
O : mengganti laken dengan yang baru dan
YANI
meminta cleaning service untuk
membersihkan kamar

Pukul 15.25 2 - Memberikan injeksi Cefoperazon 1 gr intra S : Pasien mengatakan tangan terasa agak
selang kemeng
O : Obat masuk YANI
Pukul 15.30 3 - Jelaskan semua prosedur dan apa yang S: Pasien menyebutkan prosedur yang akan dijalani di
dirasakan selama prosedur Rumah Sakit
O : Prosedur yang dijelaskan secara prinsip sudah sesuai
YANI
dengan yang dijelaskan
Pukul 15.35 1,3 - Instruksikan pasien menggunakan teknik S: Pasien menyatakan mengerti apa yang diajarkan perawat
relaksasi O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
O: Pasien bisa mempraktekan tehnik relaksasi
YANI
CATATAN KEPERAWATAN

Nama : Tn.M No. CM :


Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Post OP Hernia inguinalis dextra

No Dx Waktu Evaluasi Ttd


Hari 1
1 Pukul 20.00 S : Pasien mengatakan mengerti tatacara teknik relaksasi
O: Pasien mencoba lebih tenang
A : skor nyeri 6(skala 1-10)
P: Lanjutkan intervensi
YANI
Pukul 20.10 S : Pasien menyatakan tangan kemeng
2 O: Tidak ada tanda –tanda infeksi
A: Masalah sementara teratasi
Tidak ada :tumor,color,dolor
P: Lanjutkan intervensi YANI
3 S : Pasien menyatakan memahami penyakitnya
O: pasien mulai memaklumi keadaan dirinya
A: tindakan sesuai rencana, masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Hari 2
Pukul 20.00 S : Pasien Melaksanakan teknik relaksasi
O: Pasien tampak lebih tenang
A : skor nyeri 5(skala 1-10)
P: Lanjutkan intervensi
YANI
Pukul 20.10 S : Pasien menyatakan tangan kemeng
O: Tidak ada tanda –tanda infeksi
A: Masalah sementara teratasi
Tidak ada :tumor,color,dolor
P: Lanjutkan intervensi YANI
S : Pasien menyatakan memahami penyakitnya
O: pasien mulai memaklumi keadaan dirinya
A: tindakan sesuai rencana, masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Hari 3
Pukul 20.00 S : Pasien Melaksanakan teknik relaksasi dengan terampil
O: Pasien tampak tenang
A : skor nyeri 4 (skala 1-10)
P: Lanjutkan intervensi
YANI
Pukul 20.10 S : Pasien menyatakan tubuhnya tidak demam
O: Tidak ada tanda –tanda infeksi
A: Masalah sementara teratasi
Tidak ada :tumor,color,dolor
P: Lanjutkan intervensi YANI
S : Pasien menyatakan memahami penyakitnya
O: pasien menerima penyakitnya dan bersyukur masih bisa berobat
A: tindakan sesuai rencana, masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin, 2009, Buku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.


Johnson, M.,et all, 2012, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A, 2011, Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2012, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Amin HN, Hardhi K, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta, Medi
Action.
Smeltzer, Bare (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai