Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS ATAU DEMAM PADA ANAK

A.    Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan demam jika suhu orang
menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Demam terjadi karena
pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh
pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan
suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi
(Sjaifoellah Noer, 2004).
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu
tubuh secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas
variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat
termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
Jenis Demam Ciri-ciri
Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi
hari turun hingga diatas normal,
sering disertai menggigil dan
berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari
tapi tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai
2 derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam terjadi dua hari
sekali disebut tertiana dan apabila
terjadi 2 hari bebas demam diantara
2 serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia

2. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai
demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
2000 bahwa etiologi febris,diantaranya
a) Suhu lingkungan.
b) Adanya infeksi.
c) Pneumonia.
d) Malaria.
e) Otitis media.
f) Imunisasi
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b) Kulit kemerahan
c) Hangat pada sentuhan
d) Peningkatan frekuensi pernapasan
e) Menggigil
f) Dehidrasi
g) Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik
minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman
pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit
yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan,
dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

4. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan
tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam,
ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan
reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat
berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida,
yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan
tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula
besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam
cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada
anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
PATHWAY FEBRIS
5. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang
siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning,
masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan
tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis
dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau
limfangiografi

6. Penatalaksanaan
a.   Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala
setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau
apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang
terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak
mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat
rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat
terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen
ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
d) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya Minuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan),
air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang
menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
e) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan
untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es
karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas
tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi
dan intoksikasi (keracunan).
g) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di
luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol
pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga
akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah
pengeluaran panas dari tubuh.

b.      Obat-obatan Antipiretik


Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a) Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
b) Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup
parasetamol
c) Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh
sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan
dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali
sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat
anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-
macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai
kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point
hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para
-aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang
disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15
mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis
besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam
propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan
prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek
samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi
lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang berat
meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa
gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis
terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole
(antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek
antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa
agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis terap
eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang
dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena.
Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih
kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan
anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari
6 bulan.
7. Komplikasi
a) Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b) Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayakan otak

B.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1.     Pengkajian
a) Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b) Riwayat kesehatan
c) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
d) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil,
gelisah.
e) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
f) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)

2.     Pemeriksaan fisik


Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi

3.     Pemeriksaan persistem


a) Sistem persepsi sensori
b) Sistem persyarafan: kesadaran
c) Sistem pernafasan
d) Sistem kardiovaskuler
e) Sistem gastrointestinal
f) Sistem integument
g) Sistem perkemihan

4.     Pada fungsi kesehatan


a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi dan metabolism
c) Pola eliminasi
d) Pola aktivitas dan latihan
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola kognitif dan perseptual
g) Pola toleransi dan koping stress
h) Pola nilai dan keyakinan
i) Pola hubungan dan peran

5.     Pemeriksaan penunjang


a)     Laboratorium

6.     Diagnosa Keperawatan.


a) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit
b) Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c) Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaforesis.
d) Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyaki
7.     Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o (NOC) (NIC)
1. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
dengan proses infeksi, proses keperawatan selama…x24jam klien·     Monitir suhu sesering mungkin
penyakit. menunjukkan temperatur dalam ·     Monitor IWL
Batasan karakeristik : batas normal dengan kriteria hasil: ·     Monitor warna dan suhu kulit
·Kenaikan suhu tubuh diatas ·  Suhu Tubuh dalam batas normal ·     Monitor tekanan darah, nadi dan RR
rentang normal ·  Bebas dari kedinginan ·     Monitor penurunan tingkat kesadaran
·   Serangan atau konvulsi ·  Suhu tubuh stabil 36,50-37,50c ·     Monitor WBC, HB dan HCT
(kejang) ·  Termoregulasi dbn ·     Monitor intake dan output
·   Kulit kemerahan ·  Nadi dbn ·     Kolaborasikan pemberian antipiretik
·   Pertambahan RR <1 bln : 90-170 ·     Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
·   Takikardi <1 thn : 80-160 ·     Selimuti pasien
·   Saat disentuh tangan terasa 2 thn   : 80-120 ·     Berikan cairan intravena
hangat 6 thn   : 75-115 ·     Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
10 thn : 70-110 ·     Tingkatkan sirkulasi udara
14 thn : 65-100 ·     Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
>14thn : 60-100 Temperature regulation
·  Respirasi dbn ·     Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 BBL : 30-50 x/m ·     Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Anak-anak : 15-30 x/m ·     Monitor TD, nadi dan RR
Dewasa : 12-20 x/m ·     Monitor warna dan suhu kulit
·     Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
·     Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
·     Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
·     Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari kedinginan
·     Berikan antipiretik bila perlu
Vital Sign Monitoring
·    Monitor TD, nadi, suhu dan RR
·    Catat adanya fluktuasi tekanan darah
·    Monitor VS pada saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
·    Monitor TD , nadi, RR, sebelum, selama dan sesudah
aktivitas
·    Monitor kualitas dari nadi
·    Monitor frekuensi dan irama dari pernafasan
·    Monitor suara paru
·    Monitor pola pernafasan abnormal
·    Monitor warna, suhu dan kelembaban kulit
·    Monitor sianosis perifer
·    Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
·    Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2. Resiko injuri berhubungan Setelah dilakukan tindakan ·     Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
dengan infeksi mikroorganisme. keperawatan selama …x24jam ·     Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan
anak bebas dari cidera dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
kriteria hasil: penyakit terdahulu pasien
·  Menunjukan homeostatis ·     Menghindari lingkungan yang berbahaya misalnya
·  Tidak ada perdarahan mukosa dan memindahkan perabotan
bebas dari komplikasi lain ·     Memasang side rail tempat tidur
·     Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
·     Membatasi pengunjung
·     Memberikan penerangan yang cukup
·     Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
·     Mengontrol lingkungan dari kebisingan
·     Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
·     Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
3. Resiko kurang cairan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
berhubungan dengan intake keperawatan selama …x24jam ·    Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
yang kurang dan diaphoresis, volume cairan adekuat dengan ·    Monitor status dehidrasi (kelembaban membrane mukosa,
faktor yang mempengaruhi kriteria hasil: nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
kebutuhan cairan ·   Mempertahankan urine output·    Monitor vital sign
(hipermetabolik). sesuai dengan usia dan BB, BJ·    Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
urine normal, HT normal harian
·   Tekanan darah, nadi, suhu tubuh·    Lakukan terapi IV
dalam batas normal ·    Monitor status nutrisi
·   Tidak ada tanda- tanda dehidrasi,·    Berikan cairan
elastisitas turgor kulit baik,·    Berikan cairan IV pada suhu ruangan
membrane mukosa lembab, tidak·    Dorong masukan oral
ada rasa haus yang berlebihan. ·    Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
·    Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·    Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing perhari
·    Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
·    Atur kemungkinan transfusi
4. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan ·     Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang
hipertermi, efek proses penyakit keperawatan selama 2x24jam dimiliki klien/keluarga mengenai hipertermi
ansietas klien/keluarga hilang ·     Berikan informasi pada klien/keluarga yang akurat
dengan kriteria hasil: tentang penyebab hipertermi
·   Klien/keluarga dapat ·     Validasi perasaan klien/keluarga dan yakinkan
mengidentifikasi hal-hal yang dapat klien/keluarga bahwa kecemasan merupakan respon yang
meningkatkan dan menurunkan normal
suhu tubuh ·     Diskusikan dengan klien/keluarga rencana tindakan yang
·   Klien/keluarga mau berpartisipasi dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan keadaan
dalam setiap tidakan yang penyakit
dilakukan
·   Klien/keluarga mengungkapkan
penurunan cemas yang
berhubungan dengan hipertermi,
proses penyakit
8.    Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang
telah direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan
analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga
kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah
tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

9.    Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi
keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.

10.  Discharge Planning


a) Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan
dan laporkan dokter/perawat
b) Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan
dosis dan waktu
c) Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d) Instruksikan untuk control ulang
e) Jelaskan factor penyebab demand an menghindari factor
pencetus
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan


Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit.


Ed. 3. Jakarta, EGC.

Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9.


Jakarta, EGC.

Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam.


Dalam http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-
demam.html diakses pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00
WITA

NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


NANDA. Yogyakarta: Media Hardy

Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition.
Santa Luis: Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai