Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS ATAU DEMAM PADA ANAK

Oleh :

Nama : Nurhamidah

NIM: 1941232

Pembimbing :

Ns. Anita Syarifah, M.kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

TENGKU MAHARATU PEKANBARU

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS ATAU DEMAM PADA ANAK

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di


hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan demam jika suhu
orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Demam terjadi karena
pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang
oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau
merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi (Sjaifoellah Noer, 2004).
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur
suhu tubuh secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh
diatas variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada
pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:

Jenis Demam Ciri-ciri


Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi
hari turun hingga diatas normal,
sering disertai menggigil dan
berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari
tapi tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2
hari bebas demam diantara
2 serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus
menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia

2. Etiologi

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.


Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
2000 bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:

a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)


b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri


punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh
lebih tinggi dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan
batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan,
peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat
dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala
verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999,
Carpenito. 2000).
4. Patofisiologi

Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)


anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.

Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap


pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan
asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin
(PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam
pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh
(sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut
dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang
berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
6. Pemeriksaan Penunjang

Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir,


yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau
scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis
dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau
limfangiografi
7. Penatalaksanaan

a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara
berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering
terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung
melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam
yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel
otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai

oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.


4. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar
cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
5. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya
suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh
digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol

dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).


7. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat
suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka
suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan
bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan
luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori
kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari
tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga
set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh

sirup parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh

sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu
dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in
diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran
5 ml setiap
sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien
berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan
metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang
demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari
golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan
kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para
-aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang
disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15
mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan
baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan
kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun
rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka
n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik
dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa mual, perut
kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan
anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut
(terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik
yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin)
bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek
antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya
berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna.
Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan
unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai
antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia
hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia
kurang dari 6 bulan.
8. Komplikasi
Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh

Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering


terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24
jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang
demam ini juga tidak membahayakan otak

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan


b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain

yang pernah diderita oleh pasien).


f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak)
2. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi

3. Pemeriksaan persistem

a. Sistem persepsi sensori


b. Sistem persyarafan: kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integument
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran

5. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG

6. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.


b. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan

diaforesis.
d. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyaki
7. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Hasil (NIC)
(NOC)
Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
dengan proses infeksi, · Monitir suhu sesering mungkin
keperawatan selama…x24jam
proses penyakit. · Monitor IWL
klien· menunjukkan temperatur
· Monitor warna dan suhu kulit
Batasan karakeristik :
dalam batas normal dengan · Monitor tekanan darah, nadi dan RR
-Kenaikan suhu tubuh diatas kriteria hasil: · Monitor penurunan tingkat kesadaran
rentang normal · Monitor WBC, HB dan HCT
Suhu Tubuh dalam batas normal
· Monitor intake dan output
-Serangan atau konvulsi Bebas dari kedinginan
· Kolaborasikan pemberian antipiretik
(kejang)
· Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
-Kulit kemerahan Suhu tubuh stabil 36,50-37,50c
· Selimuti pasien
-Pertambahan RR Takikardi Termoregulasi dbn
· Berikan cairan intravena
-Saat disentuh tangan terasa Nadi dbn
· Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
hangat <1 bln : 90-170
· Tingkatkan sirkulasi udara
<1 thn : 80-160 · Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
2 thn : 80-120 Temperature regulation
· Monitor suhu minimal tiap 2 jam
6 thn : 75-115
· Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
10 thn : 70-110 · Monitor TD, nadi dan RR
·
14 thn : 65-100 · Monitor warna dan suhu kulit
>14thn : 60-100 · Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Respirasi dbn Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
BBL : 30-50 x/m · Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Anak-anak : 15-30 x/m · Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
Dewasa : 12-20 x/m kemungkinan efek negative dari kedinginan
Berikan antipiretik bila perlu
Vital Sign Monitoring
· Monitor TD, nadi, suhu dan RR · Catat adanya fluktuasi
tekanan darah · Monitor VS pada saat pasien berbaring, duduk
atau berdiri
· Monitor TD , nadi, RR, sebelum, selama dan sesudah aktivitas
· Monitor kualitas dari nadi
· Monitor frekuensi dan irama dari pernafasan
· Monitor suara paru
· Monitor pola pernafasan abnormal
· Monitor warna, suhu dan kelembaban kulit
· Monitor sianosis perifer
· Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
· Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Resiko injuri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
dengan infeksi mikroorganisme. keperawatan selama …x24jam · Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan

anak bebas dari cidera dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
Menghindari lingkungan yang berbahaya misalnya
kriteria hasil: memindahkan perabotan
· Menunjukan homeostatis · Memasang side rail tempat tidur
· Tidak ada perdarahan mukosa dan · Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih ·
bebas dari komplikasi lain Membatasi pengunjung
· Memberikan penerangan yang cukup
· Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien ·
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
· Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
· Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

Resiko kurang cairan Fluid management:


Setelah dilakukan tindakan
berhubungandengan intake yang · Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
keperawatan selama …x24jam
kurang dan diaphoresis, faktor yang · Monitor status dehidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
volume cairan adekuat dengan
mempengaruhi kebutuhan cairan adekuat, tekanan darah ortostatik)
kriteria hasil:
(hipermetabolik) · Monitor vital sign
· Mempertahankan urine output
· Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
harian
normal, HT normal
· Lakukan terapi IV
· Tekanan darah, nadi, suhu tubuh · Monitor status nutrisi
dalam batas normal · Berikan cairan
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
· Tidak ada tanda- tanda dehidrasi
Dorong masukan oral
elastisitas turgor kulit baik,
Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
membrane mukosa lembab, tidak ada
· Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
rasa haus yang berlebihan.
· Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing perhari
· Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk · Atur kemungkinan transfusi

Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang
hipertermi, efek proses keperawatan selama 2x24jam
dimiliki klien/keluarga mengenai hipertermi
penyakit ·
ansietas klien/keluarga hilang Berikan informasi pada klien/keluarga yang akurat tentang

dengan kriteria hasil : penyebab hipertermi


Validasi perasaan klien/keluarga dan yakinkan
Klien/keluarga dapat
· klien/keluarga bahwa kecemasan merupakan respon yang
mengidentifikasi hal-hal yang
normal
dapat meningkatkan dan
Diskusikan dengan klien/keluarga rencana tindakan yang
menurunkan suhu tubuh
dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan keadaan
Klien/keluarga mau berpartisipasi
penyakit
dalam setiap tidakan
·
yang dilakukan
Klien/keluarga
mengungkapkan penurunan
·
cemas yang berhubungan
dengan hipertermi,
proses penyakit
8. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
9. Evaluasi Keperawatan

Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi


keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
10. Discharge Planning
a. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan
dokter/perawat
b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d. Instruksikan untuk control ulang
e. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan


Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3.


Jakarta, EGC.

Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.

Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. Dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-demam.html diakses
pada Rabu, 15 September 2020, pukul : 20.00 WIB

NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


NANDA. Yogyakarta: Media Hardy

Anda mungkin juga menyukai