A DENGAN
FEBRIS DI PUSKESMAS 1 DENPASAR SELATAN
OLEH:
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas
normal yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2010).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat
disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi(Guyton, 2010).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C
atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C.
Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi
(hiperpireksia) (Julia, 2009).
B. ETIOLOGI
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2009 bahwa
etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2010).
Menurut Guyton (2010) demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan
suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
C. KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
D. PATOFISIOLOGI
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat
pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang
sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada
demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme
pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu
yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam
lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang
dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga
dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat
digambarkan sebagai berikut : Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal
erythoxin dan virus) à menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen
endogen àyang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan
IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada
lamina terminalis (OVLT) à OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral
pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum.
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan
neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak
di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya
pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif
sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural
vasculature, yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang
merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic
nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada
hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid
pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural
vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris
oleh lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan COX-2
mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel
efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok
panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk
sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi
heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan
seluler.
Sitokin proinflamotori masuk ke sirkulasi hipotalamik stimulasi
pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin
proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain
seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi besar dan
lamanya demam
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung
pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji coba darah,
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2
atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang,
dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan
kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT,
serum glutamit piruvat (SGPT), ureum, dan pH darah mungkin
meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
G. PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b. Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d. Memberikan kompres
H. KOMPLIKASI FEBRIS
Menurut Corwin (2010),komplikasi febris diantaranya:
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Fokus Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang
diaplikasikan kekasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status
imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami
dan istri.
5) Genogram
Bagian yang menggambarkan pohon keluarga yang mencatat
informasi tentang silsilah genetik dari keluarga dan hubungan
(psikososial) antara mereka selama paling sedikit 3 generasi dengan
menggunakan simbol-simbol yang telah baku.
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah
ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta
dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta
memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang
dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan
tujuan kesehatan keluara (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yang dirasa :
keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang
membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan
(Friedman, 2010).
c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang
dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang
dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan
(Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang
dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan
penyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga
dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak,
kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam
mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
5) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi
sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status
kesehatan.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang di
gunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
2. Fokus Diagnosa Keperawatan Keluarga
a. Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke
sistem keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa
keperawatan adalah:
1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan
suatu kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2013) :
a) Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga.
b) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan
informasi yang dipeoleh keluarga.
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga.
d) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya
perhatian orang tua tentang kebutuhan asupan cairan.
e) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya perhatian orang tua tentang
kebutuhan asupan nutrisi.
b. Skala Prioritas Masalah
Table 2.3 Skala Prioritas Masalah Keluarga
b) Ancaman kesehatan 2
c) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
a) Mudah 2
b) Sebagian 1 2
c) Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a) Tinggi 3
b) Cukup 2 1
c) Rendah 1
4) Menonjolnya masalah :
Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai Angka tertinggi dalam skor
Cara melakukan Skoring adalah :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
(Intevensi)
Evaluasi merupakan suatu proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan
kontak dengan klien. Setelah melaksanakan implementasi, mengumpulkan
dat subjektif dan objektif dari klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan
selain itu, anda meninjau ulang pngetahuan tentang status terbaru dari
kondisi, terapi, sumber daya pemulihan, dan hasil yang diharpkan dengan
bekal pengalaman sebelumnnya, anda dapat mengevaluasi klien secara lebih
baik. Gunakan pemikiran kritis dan standar untuk menentukan apakah hasil
telah tercapai. Jika hasil telah dipenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah
terpenuhi. Bandingkan prilaku dan respon klien sebeluh dah setelah
dilakukan asuhan keperawatan.
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. PENGKAJIAN
Pengumpulan data dilaksanakan pada hari Senin, 20 Januari 2020 pukul
13.30 wita. Data diperoleh dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik dan dokumentasi.
a. Data Umum
1) Kepala Keluarga
a) Nama : An. A
b) Umur : 1 Tahun
c) Jenis kelamin : Laki-laki
d) Pendidikan : Belum Sekolah
e) Pekerjaan : Belum Bekerja
f) Agama : Hindu
g) Suku / Bangsa : Indonesia
h) Alamat : Br. Pegok/ Jl. Palapa 1 no 20 sst
i) Tanggal pengkajian: 20 Januari 2020
2) Komposisi Keluarga
Tabel 1
Komposisi Keluarga An.A
3) Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien/pasien
: Menikah
Penjelasan :
An. A adalah anak pertama dari Tn.S dan Ny. M Saat ini An. A tinggal
bersama ayah dan ibunya.
4) Tipe Keluarga
Keluarga An.A adalah keluarga dengan tipe nuclear family, dimana
dalam keluarga hanya terdapat keluarga inti saja yaitu : ayah, ibu, dan
1 orang anak.
5) Latar Belakang Budaya (Etnis)
Latar belakang budaya keluarga An. A termasuk etnis budaya Bali
yang dalam kesehariannya menggunakan bahasa Bali dan Indonesia
dalam berinteraksi dengan anggota keluarga maupun masyarakat
sekitar.
6) Agama
Tabel 2
Penjelasan :
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati keluarga An. A adalah rumah kos dengan luas
rumah ± 3 are yang terdiri dari 12 kamar tidur, 1 ruang tamu, 12
dapur, 12 kamar mandi, 1 pura, dan 1 gudang. Rumah terdiri atas dua
lantai, lantai keramik dalam keadaan bersih. Halaman rumah pasien
menggunakan paping. Penataan peralatan rumah tangga tertata rapi.
Ventilasi dan pencahayaan rumah baik keluarga memiliki kamar
mandi sendiri dan jamban sendiri, keadaan bersih, sumber air dari
PAM untuk kebutuhan sehari-hari. Air tidak berasa, berbau dan dalam
keadaan bersih. Cahaya matahari dapat masuk terutama dari arah
timur.
2 5 6 4
2 1 3
Keterangan :
1: Tempat Tidur
2: Jendela
3: Dapur
4: Kamar mandi
5: Lemari
6: televisi
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi
Setiap anggota keluarga saling terbuka satu sama lain. Dalam
kegiatan Tn. S apabila ada masalah didiskusikan dengan Ny. M dan
terkadang meminta nasehat dari sanak saudaranya. Dalam keluarga
semua anggota keluarga bebas menyatakan pendapat tetapi yang
mengambil keputusan adalah Tn. S sebagai kepala keluarga.
Pengambilan keputusan didahului dengan cara berdiskusi.
2) Struktur Kekuasaan
Keluarga Tn. A saling menghargai satu sama lain, saling membantu
serta saling mendukung. Apabila ada masalah, keluarga akan
berdiskusi terlebih dahulu dan secara bersama-sama mencari jalan
keluarnya.
3) Struktur Peran
Tn. S adalah kepala keluarga dan bekerja sebagai karyawan swasta.
Ny. M berperan sebagai ibu.
4) Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga An. A menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran
agama Hindu, memberikan kebebasan pada keluarga tanpa
mengabaikan adat istiadat yang ada serta menghormati orang yang
lebih tua. Di keluarga diterapkan hidup bersih seperti mencuci tangan
sebelum makan, gosok gigi sebelum tidur, membuang sampah pada
tempatnya.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga Tn. S saling menyayangi satu sama lain,
membina hubungan saling percaya, saling bertukar pikiran dalam
menyelesaikan masalah dan menghormati satu dengan yang lain.
Apabila ada yang menderita sakit mereka saling membantu.
2) Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. S mengatakan berhubungan baik dengan orang lain,
tetangga, petugas kesehatan serta dapat melakukan komunikasi
dengan baik sesuai adat yang berlaku di daerah tempat tinggalnya.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
a) Keyakinan, nilai dan prilaku keluarga
Keluarga An. A mengatakan kesehatan adalah hal yang penting
sehingga perlu dijaga dan dipertahankan. Ny. M mengatakan tidak
tahu mengapa anaknya bisa sakit panas. Ny. M mengatakan tidak
menantar anaknya ke puskesmas hanya memberikan obat ke
anaknya saja jika sakit.
b) Definisi keluarga tentang sehat dan sakit
Keluarga mengatakan sehat adalah keadaan dimana semua
anggota tubuh tidak ada yang terganggu dan sakit adalah keadaan
dimana ada salah satu anggota tubuh yang terganggu atau terasa
sakit.
c) Status kesehatan dan kerentanan sakit yang dirasakan
oleh keluarga. Keluarga Tn. S mengatakan status keluarga dalam
keadaan sehat kecuali anaknya yang memiliki penyakit panas
sejak 5 hari yang lalu.
d) Praktek diet keluarga
Dalam keluarga Tn. S tidak ada pembatasan atau pantangan
terhadap suatu makanan.
e) Kebiasaan tidur dan istirahat
Keluarga mengatakan tidak mengalami gangguan tidur, biasa tidur
nyenyak dan tidak terbangun pada malam hari. Ny. M mengatakan
keluarganya biasa tidur mulai pukul 22.00 – 06.00 WITA. Serta
tidur siang ± 1 jam/hari.
Keadaan Bentuk tubuh tegak, Bentuk tubuh tegak, Bentuk tubuh tegak,
Umum bangun tubuh bangun tubuh bangun tubuh sedang,
sedang, kesadaran sedang, kesadaran kesadaran Compos
Compos Mentis Compos Mentis Mentis (CM).
(CM). (CM).
Hidung Kondisi bersih, Kondisi bersih, tidak Kondisi bersih, tidak ada
tidak ada sekret, ada sekret, sekret, penciuman baik
penciuman baik penciuman baik
Leher Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan dan
dan tidak ada dan tidak ada tidak ada pembesaran
pembesaran pembesaran kelenjar kelenjar limfe atau vena
kelenjar limfe atau limfe atau vena jugularis
vena jugularis jugularis
Ekstremi Tidak ada luka Tidak ada luka Tidak ada luka ataupun
tas ataupun edema ataupun edema edema
555 555 555 555 555 555
555 555 555 555 555 555
Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
Tn. S mengatakan khawatir dengan keadaan penyakit yang diderita
anaknya.
2) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi/stressor
Keluarga mengatakan mampu menghadapi masalah yang ada dan
bertindak secara obyektif. Ny.M mengatakan dalam mengatasi stress
keluarga biasanya bermain dengan anaknya dan banyak berdoa.
3) Penggunaan strategi koping
Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam
keluarga sehingga masukan dari keluarga (terutama orang tua) dapat
membantu menyelesaikan masalahnya dan dapat mencari pemecahan
masalah yang tepat.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya keluarga mengatasi
masalah dengan cara maladaptive.
g. Analisa Data
Analisa Data Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. Sm
No
Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan
.
1. Ibu pasien Pasien tampak Hipertermi
mengatakan rewel,badan pasien
anaknya panas sejak teraba panas,
0
5 hari yang lalu, S= 38,7 C
panasnya naik turun
dirumah anaknya
hanya diberi obat
penurun panas
(sanmol).
h. Skoring
1) Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga ditandai dengan Ibu pasien mengatakan
anaknya panas sejak 5 hari yang lalu, panasnya naik turun
dirumah anaknya hanya diberi obat penurun panas, Pasien tampak
rewel,badan pasien teraba panas, S= 38,70C.
Per
No Kriteria Score Pembenaran
Hitungan
1 Sifat masalah (actual, resiko, 3/3x1 1 Keluarga dalam keadaan
potensial) sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat 2/2x2 2 Dengan memberikan
diubah (mudah, hanya sebagian, pengetahuan yang benar
tidak dapat) tentang hipertermi maka
kemungkinan masalah dapat
diubah dengan mudah
3 Potensi masalah untuk dicegah 3/3x1 1 Merupakan suatu penyakit
(tinggi, cukup, rendah) yang dapat dicegah dengan
memberikan pengetahuan
tentang penyakit hipertermi
4 Menonjolkan masalah (segera 2/2x1 1 Pengetahuan yang salah
diatasi, masalah yang tidak mengenai penyakit hipertermi
perlu segera ditangani, masalah dan dampak pada perawatan
tidak dirasakan) yang salah sehingga perlu
penanganan segera.
Jumlah 5
3. INTERVENSI
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia
b. Rencana Perawatan
Tabel Intervensi
Perencanaan Perawatan Pada Tn. Sm Dengan Hipertensi
Hari/Tgl/ No
No Implementasi Evaluasi Paraf
Jam Dx
- Lanjutkan TUPEN
berikutnya.
2. Selasa, 1 Tupen 2 : S:
21 januari - Menyebutkan penyebab - Keluarga menyebutkan
2020 hipertermi penyebab hipertermi yaitu
13.00Wita - Menyebutkan cara karena suhu lingkungan,
merawat keluarga infeksi, pneumonia, malaria,
dengan hipertermi otitis media, imunisasi
- Menyebutkan - Keluarga mengatakan sudah
pengobatan hipertermi merawat anggota keluarga
sesuai yang dianjurkan
kemarin
- Keluarga mengatakan sudah
memberikan anak obat
penurun panas
O:
- Keluarga tampak
memahami penjelasan yang
disampaikan
- Keluarga tampak
menerapkan perawatan
anggota keluarga yang telah
diajarkan
A:
- Keluarga memahami
penyebab hipertermi
- Keluarga memahami dan
menerapkan perawatan pada
An. A
P:
- Lanjutkan TUPEN
berikutnya.
3. Rabu, 1 Tupen 3 : S:
22 januari - Menyebutkan kembali - Keluarga mengatakan akan
2020 manfaat kunjungan ke mengantar An. A ke
14.00Wita fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan
- Memanfaatkan terdekat/ puskesmas bila
pelayanan kesehatan panas tidak kunjung turun
dalam merawat anggota O :
keluarga yang
- Keluarga antusias
mengalami hipertermia
mendengarkan penjelasan
yang diberikan
A:
- Tupen 3 teratasi
P:
Hari/Tgl/
Dx Kep Evaluasi Paraf
Jam
Rabu, Hipertermia S:
22 januari berhubungan dengan - Keluarga menyetujui pertemuan saat
2020 ketidakmampuan ini selama 30 menit
14.00Wita keluarga merawat - Keluarga mengatakan akan
anggota keluarga mengompres anak dengan air biasa
ditandai dengan Ibu - Keluarga mengatakan akan
pasien mengatakan menggunakan anak pakaian tipis
anaknya panas sejak - Keluarga menyebutkan penyebab
5 hari yang lalu, hipertermi yaitu karena suhu
panasnya naik turun lingkungan, infeksi, pneumonia,
dirumah anaknya malaria, otitis media, imunisasi
hanya diberi obat - Keluarga mengatakan sudah merawat
penurun panas, anggota keluarga sesuai yang
pasien tampak dianjurkan kemarin
rewel,badan pasien - Keluarga mengatakan sudah
teraba panas, S= memberikan anak obat penurun panas
38,70C. - Keluarga mengatakan akan mengantar
An. A ke pelayanan kesehatan terdekat/
puskesmas bila panas tidak kunjung
turun
O:
- Suhu tubuh anak 38,7oC
- Keluarga tampak memahami penjelasan
yang disampaikan
- Keluarga tampak menerapkan
perawatan anggota keluarga yang telah
diajarkan
Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta :Kemenkes RI; 2014.