Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus
anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena
adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas
yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang.
Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu
dalam tubuh. (Ngastiyah, 2009)
Definisi demam (febris) adalah suhu rectal yang lebih dari 380C (100,4 0F). suhu
normal dapat berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,1 0C-380C (970F-100,4oF).
umumnya suhu tubuh pada anak-anak lebih tinggi, emudian menurun hingga padaa
tingkat dewasa pada usia 13-14 tahun pada anak perempuan, dan 17-18 tahun pada anak
laki-laki. (Robert, 2010)
Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 38 0C. demam
merpakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, buakan suatu penyakit dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Data klinis terkait menemukan tanda yang menunjukkan
keseriusan demam (missal: anak yang aktif dan sadar memiliki suhu 40 0C secara umum
kurang mengkhawatirkan dibandingkan dengan bayi yang lesu dan letargik dengan suhu
390C. (Muscari, 2009)

B. Klasifikasi Febris/Demam
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain adalah:
1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan mengigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badanturun ketingkat yang normalselama beberapa jam dalamsatu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang etrus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu


misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti: abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. (Nurarif & Kusuma, 2013)

C. Etiologi

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat


berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam (Julia, 2009).
Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal etiologi febris,diantaranya :
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi

D. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point (Julia,2009)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen.Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen
endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (noninfeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan
suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi
zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang
berperan dalam pembentukan antibodi atau system kekebalan tubuh. Sedangkan sifat-sifat
demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil, bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat
pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai
suhu baru.
Krisis/flush, bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin
malahan kembali ke tingkat normal. (Corwin, 2010)

E. Pathway

Infeksi zat asing masuk ke Merangsang sistem Melapaskan


dalam tubuh pertahanan pirogen

Dari dalam tubuh Dari luar tubuh


(pirogen endogen)
(pirogen eksogen)

Reaksi menaikkan Dirangsang pelepasan asam


suhu tubuh arakidonat & produksi Membawa pesan ke
prostaglandin meningkat hipotalamus

Pembuluh di arteri sempit


febri hipertermi Metabolisme basal
&sekresi kelenjar keringat
meningkat
terhambat

Kekurangan volume Oksigen ke otak menurun Ketidakseimbangan nutrisi


cairan kurang dari kebutuhan
tubuh

Kejang demam TIK meningkat

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
F. Manifestasi Klinis
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

(Nurarif & Kusuma, 2013)

G. Pemeriksaan Penunjang

Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia


untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar
tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti
melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan
seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi (Nurarif & Kusuma, 2013).

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.

Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan


air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen
merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan
prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara
10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis
besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat
seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini
bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa
mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali
tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan
prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek
samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han
saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak
dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20
mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh
diberikan anak usia kurang dari 6 bulan (Ngastiyah, 2009).

2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Pengkajian
 Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
 Riwayat kesehatan
 Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
 Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
 Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
 Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
 Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
1) Aktivitas atau istirahat
Gejala yang ditemukan pada kasus febris antara lain kelemahan,
malaise, kelelahan, merasa gelisah dan ansietas, cepat lelah dan
insomnia.
2) Sirkulasi
Tanda takikardi, kemerahan, tekanan darah hipotensi, kulit
membrane mukosa kotor, turgor buruk, kering dan lidah pecah-pecah
akan ditemukan pada pasien febris.
3) Integritas ego
Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta tanda
seperti menolak dan depresi juga akan ditemukan dalam pengkajian
integrits ego pasien.
4) Eliminasi
Pengkajian eliminasi akan menemukan gejala tekstur feses yang
bervariasi dari lunak sampai bau atau berair, perdarahan per rectal
dan riwayat batu ginjal dengan tanda menurunnya bising usus, tidak
ada peristaltik dan ada haemoroid.
5) Makanan dan cairan
Pasien akan mengalami anoreksia, mual, muntah, penurunan berat
badan dan tidak toleran terhadap diet. Dan tanda yang ditemukan
berupa penurunan lemak sub kutan, kelemahan hingga inflamasi
rongga mulut.
6) Hygiene
Pasien akan mengalami ketidakmampuan mempertahankan
perawatan diri dan bau badan.
7) Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien dengan
titik nyeri yang dapat berpindah.
8) Keamanan
Pasien mengalami anemia hemolitik, vaskulotis, arthritis dan
peningkatan suhu tubuh dengan kemungkinan muncul lesi kulit.
 Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi sensori
2) Sistem persyarafan: kesadaran
3) Sistem pernafasan
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem gastrointestinal
6) Sistem integument
7) Sistem perkemihan
8) USG
b. Diagnosa Keperawatan
1) Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi. (SDKI,2017)
2) Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
4) Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan
pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi
atau informasi yang tidak adekuat. (SDKI, 2017)

c. Intervensi

Dx Tujuan Intervensi Rasional


Hyperthermia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan minimal tiap dua perkembangan
dengan proses selama 3x24 jam jam suhu tubuh pasien
infeksi. diharapkan demam 2. Mengetahui
pasien turun dengan 2. Monitor tekanan keadaan umum
kriteria hasil : darah, nadi dan pasien
1. Keseimbangan respiratory rate
produksi panas 3. Monitor warna dan 3. Mengetahui
antara panas yang suhu kulit tanda-tanda
diterima dan hipertermi
kehilangan panas 4. Beri kompres 4. Membantu
2. Temperature hangat perpindahan suhu
stabil : 36,5°C – secara konveksi
37,5°C
3. Tidak ada 5. Edukasi keluarga 5. Membantu proses
perubahan warna untuk penguapan dan
kulit menggunakan baju tubuh tidak mudah
yang tipis dan basah karena
longgar serta keringat
menyerap keringat.
6. Berikan anti 6. Obat antipiretik
piretik dapat menurunkan
suhu pasien

Resiko injuri Setelah dilakukan 1. Sediakan 1. Menjauhkan


berhubungan tindakan keperawatan lingkungan pasien dari
dengan infeksi selama 3x24 jam yang aman benda yang
mikroorganisme. diharapkan pasien bebas untuk pasien membahayakan
dari cedera dengan 2. Pasang side 2. Menjegah
kriteria hasil : rail tempat resiko terjatuh
1. Menunjukan tidur
homeostatis 3. Berikan 3. Membantu
2. Tidak ada penerangan memperjelas
perdarahan yang cukup penglihatan
mukosa sehingga
3. Bebas dari mencegah
komplikasi lain terjadi cedera
4. Anjurkan 4. Terdapat orang
keluarga untuk yang
menemani mengawasi
pasien
5. Berikan 5. Memberi
penjelasan pengetahuan
pada pasien sehingga dapat
dan keluarga membantu
adanya pasien
perubahan meningkatkan
status kesehatannnya.
kesehatan dan
penyebab
penyakit.
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Pilihan intervensi
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan faktor yang tergantung pada
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam menimbulkan penyebab masalah
berhubungan diharapkan nutrisi pasien mual/muntah,
dengan nafsu sesuai dengan kebutuhan misalnya
makan yang tubuh dengan kriteria sputum atau
menurun. hasil : nyeri.
1. Berat badan ideal 2. Berikan makan 2. Menurun efek
sesuai dengan tinggi porsi kecil dan manual dan
badan sering menambah nafsu
2. Mampu termasuk makan
mengidentifikasi makanan
kebutuhan nutrisi kering atau
3. Tidak ada tanda makanan yang
malnutrisi menarik oleh
4. Menunjukan pasien.
peningkatan fungsi 3. Evaluasi status 3. Mengetahui cepat
pengecapan dari nutrisi umum, /lambatnya respon
menelan ukur berat terhadap terapi.
badan dasar.
Kurang Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan 1. Orangtua
pengetahuan tindakan keperawatan orang tua pasien mampu
tentang kondisi selama 1x24 jam tentang pentingnya berupaya
penyakit, diharapkan ibu pasien pengaturan suhu menurunkan
kebutuhan memiliki pengetahuan dan kemungkinan suhu pasien
pengobatan dan mengenai penyakit anak efek negative dari menjadi normal
prognosis dengan kriteria hasil : hipertermi kembali
berhubungan 1. Orang tua 2. Edukasi orangtua 2. Orangtua
dengan kurang terutama ibu penyebab dan mampu
informasi atau mengerti tentang gejala hipertermi menjauhkan
informasi yang pentingnya pasien dari hal-
tidak adekuat. pengaturan suhu hal yang
dan kemungkinan berpotensi
efek negative dari menyebabkan
hipertermi hipertermi
2. Orangtua atau ibu
mampu 3. Edukasi keluarga 3. Keluarga selalu
memberikan untuk kompres di samping
kompres hangat hangat ketika pasien sehingga
pasien demam lebih mampu
memantau dan
mengkontrol
kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2009. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Robert, 2010, Penyakit – Penyakit Tropis, Artikel diakses dari ww.who_peditric.com

Muscari, Mary E. 2009. Panduan Balajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction

Corwin. 2000. Hand Book Of Pathofisiologi. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai