Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

D DENGAN DIAGNOSA MEDIS


FEBRIS DI RUANG POLI ANAK PUSKESMAS
KAYON PALANGKA RAYA

SAPTO WIDIANTORO
(2017.C.09a.0908)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
BAB 1
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu
lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2010).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 2010).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada
juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih
dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2009).

B. ETIOLOGI
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2009 bahwa etiologi
febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain (Julia, 2010).
Menurut Guyton (2010) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi.

C.  KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena


proses patologis

Hyperthermi Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional


a pada makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas,
infrared), ultrasound atau obat – obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang


Hyperthermi menyertai kekakuan otot karena anestesi total
a
Tipe - tipe demam.diantaranya:
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana

4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya.

D.  PATOFISIOLOGI
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu
dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang
disebut hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set
point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu
tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang
sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya
progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan sebagai
berikut : Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus) à menginduksi
sel darah putih untuk produksi pirogen endogen àyang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a,
selain itu ada IL-6 dan IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum
pada lamina terminalis (OVLT) à OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-
optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum. Mekanisme sirkulasi sitokin di
sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum jelas. hipotesanya adanya
kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk
merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif
sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature,
yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons
pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan
rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan
produksi pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2
(COX-2) di neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris
oleh lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada
cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor
pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok
panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil
akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial
untuk penyelamatan seluler.
Sitokin proinflamotori  masuk ke sirkulasi hipotalamik stimulasi pengeluaran PG
lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin proinflamatori vs kontrainflamatori
(misalya seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin vasopresin, MSH,
glukokortikoid) membatasi besar dan lamanya demam

E. MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase
demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan  gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

Fase 2 ( proses demam)


Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.

Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji coba darah,
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3.
Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih
normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor
II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat (SGPT), ureum, dan pH darah
mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa

G. PENATALAKSANAAN
1.    Secara Fisik
a.    Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b.    Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c.    Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d.   Memberikan kompres

Berikut ini cara mengkompres yang benar :


a. Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es
b. Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah
dibasahi air hangat
c. Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
d. Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air
hangat
2.  Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini tidak
menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat
total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah
makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun
singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi
kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid
adalah antibiotika golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran
obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan
kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang
berisiko kejang demam

H. KOMPLIKASI FEBRIS                                                    
Menurut Corwin (2010),komplikasi febris diantaranya:
1.   Takikardi
2.   Insufisiensi jantung
3.   Insufisiensi pulmonal
4.   Kejang demam

II. KONSEP KEPERAWATAN


1.     Pengkajian
a.  Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b.  Riwayat kesehatan
c.  Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam
(misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah
menggigil, gelisah.
e.  Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien).
f.  Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
g. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
h. Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi sensori
2) Sistem persyarafan: kesadaran
3) Sistem pernafasan
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem gastrointestinal
6) Sistem integument
7) Sistem perkemihan
i. Pada fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolism
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
j. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
2) Foto rontgent
3) USG
2. Pathway

Exogenous pyrogens
(seperti : bakteri, virus, kompleks antigen antibody)

Sel host inflamasi

(seperti : makrofag, netrofil, sel kuffer, makrofag splenic dan alveolar)

Memproduksi endogenous pyrogens

(interleukin 1, interieukin 6, factor nekrosis tumor, dan cytokine pyrogenic lain)

Sintesis PGE2 dalam hipotalamus

Kurang informasi Pusat termoregulator

(neuron preoptik pada hipotalamus anterior)

Cemas Perubahan fisiologi dan tingkah laku

Kurang  
pengetahuan Peningkatan suhu tubuh Penurunan nafsu makan
mengenai
penyakitnya b/d
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kurang
informasi.

3. Fokus Intervensi
Diagnosa Keperawatan I
Peningkatan suhu tubuh b/d proses penyakit.
Tujuan                   : kenaikan suhu tubuh dapat teratasi.
KH                        : suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5 C).
                                tidak terjadi tanda-tanda hypertensi.
Rencana tindakan :
a. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang terjadinya peningkatan suhu tubuh akibat-akibat
dari suhu tubuh yang tinggi.
b. Berikan kompres kompres dingin pada daerah axila.
c. Anjurkan kx untuk menggunakan baju yang tipis dan longgar serta menyerap keringat.
d. Obs. gejala kordinal tiap 2 jam atau bilamana diperlukan.
e. Anjurkan pada klien minum 2-3 liter/hari.
f. Berikan kesempatan pada kx untuk beristirahat.
g. Ciptakan suasana yang aman dan nyaman.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Rasional :
a. Dengan penjelasan maka kx dan keluarga dapat diajak untuk bekerja sama dalam mengatasi
masalah tersebut.
b. Daerah axila banyak terdapat pembuluh darah dan saraf yang dapat mempengaruhi
hipotalamus.
c. Pakaian longgar dan tipis menimbulkan proses penguapan panas akan lebih cepat.
d. Dapat diketahui perkembangan kondisi dan adanya kelainan secara dini.
e. Minum air yang cukup dapat mengganti cairan yang hilang akibat penguapan yang
meningkat.
f. Istirahat dapat menurunkan metabolisme tubuh bekerja karena dengan peningkatan
metabolisme dapat menimbulkan panas.
g. Ketegangan dan kecemasan menimbulkan peningkatan metabolisme tubuh yang
mempengaruhi hipotalamus yang berhubungan dengan stres adaptasi.
h. Membantu mempercepat penurunan suhu tubuh.
Diagnosa Keperawatan II
Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya b/d kurang informasi.
Tujuan : rasa cemas berkurang atau hilang.
KH      : pasien mampu mengungkapkan tentang proses penyakit dan perawatannya.
              pasien mampu mengidentifikasi faktor penyebab penyakit.
Rencana tindakan :
a. Jelaskan pada klien tentang penyakit dan gejala-gejala dan perawatan yang akan dilakukan.
b. Bantu pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan identifikasikan kecemasan.
c. Alihkan perhatian pasien dan melakukan aktifitas yang diperbolehkan.
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman.
Rasional
a. Diharapkan pasien dapat mengerti tentang penyakitnya dan juga dapat melakukan perawatan
serta bersifat kooperatif.
b. Diharapkan dapat mengurangi beban perasaan dan untuk mengetahui tingkat kecemasan.
c. Dengan melakukan aktivitas dapat melupakan masalah yang dihadapi.
d. Diharapkan dapat memberikan ketenangan perasaan yang dapat mendukung proses
kesembuhan.   
Diagnosa Keperawatan III
Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d nafsu makan menurun.
Tujuan  : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi, dapat menstabilkan berat badan secara bertahap.
KH :     - pasien dapat menghabiskan porsi yang disediakan, BB meningkat.
Rencana tindakan :
a. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya nutrisi dan akibat bila kekurangan nutrisi.
b. Sajikan makanan dalam porsi kecil dan sering.
c. Anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi makanan tambahan tetapi yang tidak
bertentangan dengan diet.
d. Obs. Intake dan output dalam 24 jam.
e. Hidangkan menu dalam keadaan hangat.
f. Kolaborasi dengan tim dokter.
Rasional :
a. Diharapkan pasien dapat mengerti dan mau bekerja sama dalam pemberian askep.
b. Rasa mual dan muntah dapat berkurang.
c. Dapat menambah kebutuhan zat makanan.
d. Mengatur makanan yang dimakan oleh pasien dalam sehari, sehingga mempermudah
dideteksi dini pemasukan yang adekuat.
e. Diharapkan mampu merangsang nafsu makan pasien
f. Dapat memberikan diet yang sesuai dengan penyakit dan kondisi pasien
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian : 11 Juni 2020


Tanggal masuk : 11 Juni 2020
Jam : 10.00 WIB
Ruang : Poli anak
Mahasiswa / NIM : Sapto Widiantoro / 2017.C.09A.0908

A; Identitas
1; Identitas Klien

Nama : An. D
Tanggal lahir : 4 Januari 2013
Agama : Islam
Alamat : jl. Rajawali 7
Diagnosa Medis : Febris / Demam
Nama Ibu : Ny. T Nama Ayah : Tn. K
Usia : 25th Usia : 25th
Pendidikan Ibu : SMP Pendididkan Ayah : SD
Pekerjaan Ibu : Swasta Pekerjaan Ayah : Buruh
Agama Ibu : Islam Agama Ayah : Islam
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Satus Perkawinan : Janda Satatus Perkawinan : Duda
Alamat : Ungaran Alamat :
ungaranTidak terkaji

2; Penanggung Jawab

Nama : Ny. S
Umur : 54 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : jl rajawali 7
Hubungan : Nenek klien
B. Riwayat Keperawatan
1; Riwayat keperawatan sekarang
Nenek klien mengatakan sejak semalam (10 juni 2020) klien mengeluh
pusing. Klien juga batuk dan pilek. Sebelumnya klien jajan es di
sekolahnya. Tadi malam klien panas tetapi sudah diberi Bodrexin anak
tablet oleh neneknya lalu dikompres air hangat di dahi dan suhu badannya
belum turun. Kemudian klien dibawa berobat ke Puskesmas kayon poli
anak.
2; Riwayat keperawatan masa lalu
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya

3; Riwayat kesehatan keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang mederita hipertensi, DM, asma, penyakit
jantung atau penyakit herediter lainnya.

4; Riwayat kehamilan
P1A0,
Usia kehamilan cukup bulan lahir spontan.
ANC : >4 kali di bidan
Tidak pernah sakit saat hamil.

5; Riwayat imunisasi
Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
C. Data Umum Keseahatan Saat Ini
1; Keadaan umum: Baik, BB : 17 kg
2; Tanda vital: HR : 100 x/menit RR: 26 x/menit Suhu tubu: 37,80C
3; Kepala
a; Kepala : mesosefal, bersih, distribusi rambut rata, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada benjolan.

b; Mata : bentuk simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik,


konjungtiva tidak anemis.
c; Hidung : tidak ada polip, bersih, tidak ada nyeri tekan.

d; Mulut : bersih, tidak sianosis, membran mukosa lemab, tidak ada


stomatitis, lidah bersih, tidak ada pembesaran tonsil.

e; Telinga : letak simetris kanan kiri, jumlah serumen dalam batas


normal, tidak ada infeksi.

f; Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah


bening.
4; Dada
a; Jantung :
; Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
; Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, tidak terdengar bising
; Perkusi : tidak ada pembesaran
b; Paru :
; Inpeksi : pergerakan simetris
; Auskultasi : ronchi (-)
; Perkusi : tidak ada massa pada paru
5; Abdomen
; Inspeksi : bentuk datar
; Asukultasi : terdengar bising usus ±8 kali/menit
; Palpasi : tidak ada massa, tidak ada distensi abdomen,
kembung, turgor lembab
6; Genitalia : Tidak terkaji
7; Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedema, akral hangat.
8; Kulit : Kulit bersih, tidak ada laserasi, turgor lembab.

D. POLA FUNGSIONAL
1; Manajemen Kesehatan :
Kesehatan bagi keluarga adalah hal yang penting. Saat ada anggota
keluarga yang sakit biasanya membeli obat dahulu di warung, toko, atau
apotek terdekat. Setelah penyakit tidak kunjung sembuh baru diperiksakan
ke dokter atau rumah sakit/puskesmas.
2; Eliminasi :
Sebelum sakit: Nenek klien mengatakan BAB 1x sehari dengan
konsistensi lunak. BAK ± 8x sehari dengan karakteristik urin: warna
kuning jernih, bau khas.

Selama sakit: Nenek klien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi


cair, tidak berampas dan berwarna kuning. Pasien BAK ± 3 x sehari
dengan karakteristik urin: warna kuning jernih, bau khas.
3; Nutrisi dan Cairan :
Sebelum sakit: Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, dan lauk
pauk (tempe, tahu, dan lain-lain. Pasien suka jajan. Pasien minum air putih
± 500 ml/hari
Selama sakit: Tidak ada perubahan makan pasien selama sakit. Pasien
minum ± 500 ml/hari.
4; Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit: Pasien tidur dari jam 20.00-07.00 pada malam hari dan
kadang pasien tidur siang 2-3 jam.
Selama sakit: Pasien tetap bisa tidur namun kadang saat malam hari pasien
terangun dan merengek.
5; Mobilisasi dan Latihan
Sebelum sakit: Aktivitas sehari-hari pasien adalah dirumah bersama
dengan neneknya dan bersekolah.
Selama sakit: Pasien lebih banyak istirahat di tempat tidur karena masih
lemas.
6; Persepsi sensori dan kognitif
Sensori penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman dan perasa tidak
mengalami gangguan.
7; Pola seksual dan reproduksi:
Tidak ada gangguan dengan alat kelamin. Pasien adalah laki-laki.
8; Hubungan dan peran
Pasien merupakan anak pertama.

9; Mekanisme koping dan stress


Pasien mengatakan tidak masalah sakit, apabila sakit pasien mengatakan
minum obat lalu istirahat
10; Spiritual/keyakinan
Pasien beragama islam, sama seperti orang tuanya.
E. Terapi obat
Parasetamol 500mg 3x1/2 tab
F. Asuhan Keperawatan DAFTAR

MASALAH

No Tgl/jam Data fokus Etiologi Diagnosa ttd


1 11-06-2020 DS: proses Hyperthermia
10.00 Klien mengatakan sakit perut dan infeksi/penyakit
pusing. Nenek klien mengatakan klien
;
panas sejak semalam dan langsung
dibelikan obat di apotik dan hanya
dikompres di dahi

DO :
Apabila cucunya sakit neneknya akan
langsung membeli obat di apotik
dikompres di dahi saja Nenek klien
tidak mengetahui water tapid sponge,
;
terlihat bingung,dan belum pernah
dijelaskan, Klien terlihat agak lemas

;
RENCANA KEPERAWATAN

No Tgl/jam Diagnosa Tujuan Intervensi ttd


1 17-06-2015 Hyperthermia Setelah ; Anjurkan pantau
10.00 b/d proses dilakukan1 tindakan
suhu klien (derajat
infeksi keperawatan selama 1
dan pola) perhatikan
x 24 jam menujukan
temperatur menggigil/diaforsis
; Berikan penkes
dalan batas normal
-dengan kriteria: kompres
Bebas dari
hangat/water tepid
kedinginan
-
Suhu tubuh stabil sponge
36-37 C

No Tgl/jam Diagnosa Implementasi Respon Ttd


1 11-06-2020 Hyperthermia b/d1. Menganjurkan pantau 1. Nenek klien
10.00
proses infeksi mengatakan apabil
suhu klien (derajat dan
suhu tidak turun
pola) perhatikan;
aka dibawa ke
menggigil/diaforsis puskesma lagi
2. Nenek klien paham
2. Memberikan penkes
dan mengatakan
kompres hangat/water
akan mencoba
tepid sponge memberika water
tepid sponge dalam
keadaan hangat
saat di rumah

TINDAKAN KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)

Tanggal/ Catatan Perkembanagan/


Diagno Ttd
Jam sa Evaluasi
11-06- 2020/ Hyperthermia b/d proses S: Nenek klien mengatakan paham
10.15 infeksi
tentang cara water tepid sponge.
Yaitu di kompres di leher, ketiak
dan sela-sela kaki
O: Nenek klien mampu
menyebutkan cara untuk
melakukan water tepid sponge
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi. Anjurkan
untuk kembali ke tempat pelayanan
kesehatan jika dalam 1 minggu
kondisi klien memburuk/ tidak ada
perubahan
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2005). Buku keperawatan anak sakit.


Jakarta:EGC.   
Corwin.(2010). Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC.
Doenges,M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.(2010). Rencana Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan.
Jakarta:EGC.
Hidayat,A. A.(2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Nanda. (2009). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika.
Suriadi dan Yuliani, R.(2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
CV. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai