SAPTO WIDIANTORO
(2017.C.09a.0908)
A. DEFINISI
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu
lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2010).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 2010).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada
juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih
dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2009).
B. ETIOLOGI
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2009 bahwa etiologi
febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain (Julia, 2010).
Menurut Guyton (2010) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi.
C. KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya.
D. PATOFISIOLOGI
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu
dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang
disebut hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set
point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu
tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang
sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya
progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan sebagai
berikut : Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus) à menginduksi
sel darah putih untuk produksi pirogen endogen àyang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a,
selain itu ada IL-6 dan IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum
pada lamina terminalis (OVLT) à OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-
optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum. Mekanisme sirkulasi sitokin di
sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum jelas. hipotesanya adanya
kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk
merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif
sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature,
yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons
pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan
rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan
produksi pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2
(COX-2) di neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris
oleh lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada
cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor
pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok
panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil
akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial
untuk penyelamatan seluler.
Sitokin proinflamotori masuk ke sirkulasi hipotalamik stimulasi pengeluaran PG
lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin proinflamatori vs kontrainflamatori
(misalya seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin vasopresin, MSH,
glukokortikoid) membatasi besar dan lamanya demam
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase
demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji coba darah,
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3.
Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih
normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor
II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat (SGPT), ureum, dan pH darah
mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
G. PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b. Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d. Memberikan kompres
H. KOMPLIKASI FEBRIS
Menurut Corwin (2010),komplikasi febris diantaranya:
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
Exogenous pyrogens
(seperti : bakteri, virus, kompleks antigen antibody)
Kurang
pengetahuan Peningkatan suhu tubuh Penurunan nafsu makan
mengenai
penyakitnya b/d
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kurang
informasi.
3. Fokus Intervensi
Diagnosa Keperawatan I
Peningkatan suhu tubuh b/d proses penyakit.
Tujuan : kenaikan suhu tubuh dapat teratasi.
KH : suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5 C).
tidak terjadi tanda-tanda hypertensi.
Rencana tindakan :
a. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang terjadinya peningkatan suhu tubuh akibat-akibat
dari suhu tubuh yang tinggi.
b. Berikan kompres kompres dingin pada daerah axila.
c. Anjurkan kx untuk menggunakan baju yang tipis dan longgar serta menyerap keringat.
d. Obs. gejala kordinal tiap 2 jam atau bilamana diperlukan.
e. Anjurkan pada klien minum 2-3 liter/hari.
f. Berikan kesempatan pada kx untuk beristirahat.
g. Ciptakan suasana yang aman dan nyaman.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Rasional :
a. Dengan penjelasan maka kx dan keluarga dapat diajak untuk bekerja sama dalam mengatasi
masalah tersebut.
b. Daerah axila banyak terdapat pembuluh darah dan saraf yang dapat mempengaruhi
hipotalamus.
c. Pakaian longgar dan tipis menimbulkan proses penguapan panas akan lebih cepat.
d. Dapat diketahui perkembangan kondisi dan adanya kelainan secara dini.
e. Minum air yang cukup dapat mengganti cairan yang hilang akibat penguapan yang
meningkat.
f. Istirahat dapat menurunkan metabolisme tubuh bekerja karena dengan peningkatan
metabolisme dapat menimbulkan panas.
g. Ketegangan dan kecemasan menimbulkan peningkatan metabolisme tubuh yang
mempengaruhi hipotalamus yang berhubungan dengan stres adaptasi.
h. Membantu mempercepat penurunan suhu tubuh.
Diagnosa Keperawatan II
Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya b/d kurang informasi.
Tujuan : rasa cemas berkurang atau hilang.
KH : pasien mampu mengungkapkan tentang proses penyakit dan perawatannya.
pasien mampu mengidentifikasi faktor penyebab penyakit.
Rencana tindakan :
a. Jelaskan pada klien tentang penyakit dan gejala-gejala dan perawatan yang akan dilakukan.
b. Bantu pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan identifikasikan kecemasan.
c. Alihkan perhatian pasien dan melakukan aktifitas yang diperbolehkan.
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman.
Rasional
a. Diharapkan pasien dapat mengerti tentang penyakitnya dan juga dapat melakukan perawatan
serta bersifat kooperatif.
b. Diharapkan dapat mengurangi beban perasaan dan untuk mengetahui tingkat kecemasan.
c. Dengan melakukan aktivitas dapat melupakan masalah yang dihadapi.
d. Diharapkan dapat memberikan ketenangan perasaan yang dapat mendukung proses
kesembuhan.
Diagnosa Keperawatan III
Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d nafsu makan menurun.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi, dapat menstabilkan berat badan secara bertahap.
KH : - pasien dapat menghabiskan porsi yang disediakan, BB meningkat.
Rencana tindakan :
a. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya nutrisi dan akibat bila kekurangan nutrisi.
b. Sajikan makanan dalam porsi kecil dan sering.
c. Anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi makanan tambahan tetapi yang tidak
bertentangan dengan diet.
d. Obs. Intake dan output dalam 24 jam.
e. Hidangkan menu dalam keadaan hangat.
f. Kolaborasi dengan tim dokter.
Rasional :
a. Diharapkan pasien dapat mengerti dan mau bekerja sama dalam pemberian askep.
b. Rasa mual dan muntah dapat berkurang.
c. Dapat menambah kebutuhan zat makanan.
d. Mengatur makanan yang dimakan oleh pasien dalam sehari, sehingga mempermudah
dideteksi dini pemasukan yang adekuat.
e. Diharapkan mampu merangsang nafsu makan pasien
f. Dapat memberikan diet yang sesuai dengan penyakit dan kondisi pasien
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
A; Identitas
1; Identitas Klien
Nama : An. D
Tanggal lahir : 4 Januari 2013
Agama : Islam
Alamat : jl. Rajawali 7
Diagnosa Medis : Febris / Demam
Nama Ibu : Ny. T Nama Ayah : Tn. K
Usia : 25th Usia : 25th
Pendidikan Ibu : SMP Pendididkan Ayah : SD
Pekerjaan Ibu : Swasta Pekerjaan Ayah : Buruh
Agama Ibu : Islam Agama Ayah : Islam
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Satus Perkawinan : Janda Satatus Perkawinan : Duda
Alamat : Ungaran Alamat :
ungaranTidak terkaji
2; Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 54 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : jl rajawali 7
Hubungan : Nenek klien
B. Riwayat Keperawatan
1; Riwayat keperawatan sekarang
Nenek klien mengatakan sejak semalam (10 juni 2020) klien mengeluh
pusing. Klien juga batuk dan pilek. Sebelumnya klien jajan es di
sekolahnya. Tadi malam klien panas tetapi sudah diberi Bodrexin anak
tablet oleh neneknya lalu dikompres air hangat di dahi dan suhu badannya
belum turun. Kemudian klien dibawa berobat ke Puskesmas kayon poli
anak.
2; Riwayat keperawatan masa lalu
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
4; Riwayat kehamilan
P1A0,
Usia kehamilan cukup bulan lahir spontan.
ANC : >4 kali di bidan
Tidak pernah sakit saat hamil.
5; Riwayat imunisasi
Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
C. Data Umum Keseahatan Saat Ini
1; Keadaan umum: Baik, BB : 17 kg
2; Tanda vital: HR : 100 x/menit RR: 26 x/menit Suhu tubu: 37,80C
3; Kepala
a; Kepala : mesosefal, bersih, distribusi rambut rata, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada benjolan.
D. POLA FUNGSIONAL
1; Manajemen Kesehatan :
Kesehatan bagi keluarga adalah hal yang penting. Saat ada anggota
keluarga yang sakit biasanya membeli obat dahulu di warung, toko, atau
apotek terdekat. Setelah penyakit tidak kunjung sembuh baru diperiksakan
ke dokter atau rumah sakit/puskesmas.
2; Eliminasi :
Sebelum sakit: Nenek klien mengatakan BAB 1x sehari dengan
konsistensi lunak. BAK ± 8x sehari dengan karakteristik urin: warna
kuning jernih, bau khas.
MASALAH
DO :
Apabila cucunya sakit neneknya akan
langsung membeli obat di apotik
dikompres di dahi saja Nenek klien
tidak mengetahui water tapid sponge,
;
terlihat bingung,dan belum pernah
dijelaskan, Klien terlihat agak lemas
;
RENCANA KEPERAWATAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)