Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

Disusun Oleh :

TITANIA DAMAYANTI

(P27220017 040)

PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2018/2019
A. DEFINISI
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus
anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena
adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas
yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang.
Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu
dalam tubuh. (Ngastiyah, 2009)
Definisi demam (febris) adalah suhu rektal yang lebih dari 38 0 C. Suhu normal
dapat berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,10 C- 380C. Umumnya suhu tubuh
pada anak-anak lebih tinggi, emudian menurun hingga padaa tingkat dewasa pada usia
13-14 tahun pada anak perempuan, dan 17-18 tahun pada anak laki-laki. (Robert,2008)
Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 38 0C. Demam
merpakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, buakan suatu penyakit dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Data klinis terkait menemukan tanda yang menunjukkan
keseriusan demam (missal : anak yang aktif dan sadar memiliki suhu 40 0C secara umum
kurang mengkhawatirkan dibandingkan dengan bayi yang lesu dan letargik dengan suhu
390C. (Muscari, 2010)

B. KLASIFIKASI FEBRIS
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain adalah :
1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan mengigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badanturun ketingkat yang normalselama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti :
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. (Nurarif & Kusuma, 2013)
Menurut beberapa definisi tentang febris di atas, dapat disimpulkan bahwa febris
adalah peningkatan abnormal suhu badan minimal 380C. Sebagai akibat dari
perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.
(Suriadi dan Yuliani, R., 2008)

C. ETIOLOGI
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya : perdarahan otak, koma).Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam antara lain : ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus perlu dipeehatikan pada demam adalah cara timbul demam,
lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.
(aplikasi nanda)
Febris umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus, atau
sebaliknya dapat disebabkan oleh setiap gangguan berikut :
1. Penyebab umum febris pada bayi antara lain infeksi saluran pernapasan atas dan bawah,
faringitis, otitis media, dan infeksi virus umum dan enteric. Reaksi vaksinasi dan pakaian
yang terlalu tebal juga seringmenjadipenyebab demam pada bayi.
2. Penyebab febris yang lebih serius antara lain infeksi saluran kemih,pneumonia,
bakteremia, meningitis, osteomielitis, atritis septi", kanker,gangguan imunologik,
keracunan atau overdosis obat, dan dehidrasi.
(Muscari, 2010)

D. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point (Julia, 2008)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang system pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (noninfeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan
suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam
amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau system kekebalan tubuh.
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil, bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,7at
pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk men"apai
suhu baru.
Krisis/flush, bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin
malahan kembali ke tingkat normal. (Corwin, 2008)

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C- 40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Enggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
(NANDA, 15)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba
darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus
dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody di
dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil positif dinytakan
dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh karena antara
lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah
kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit
imunologik lain.
d. Urinalis
Protein : bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam) Leukosit dan eritrosit
normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus dibuat
dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang demam
disertai batuk dan batuk. Pemeriksaan kultur darah dan kultur "airan abnormal serta
urin diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan
untuk setiap penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan perbanyakan DNA
kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. 5elebihan uji
ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi)
serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spe"imen yang digunakan dapat berupa
darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi (Soedarto,2008)
G. PATHWAY

Infeksius agents toxius Monocytes macropages


mediator of inflamasi Phyrogenic cytokines
endothel cell other cell
types

Elevated
thermoregulatory set PGE meningkat Artherial
[point hyphotalamus

Heat conservation heart Metabolisme basal meningkat


Fever -> Hipertermi
produstion

Ketidakefekrifan O2 keotak menurun


termoregulasi

Kejang demam

Resiko cidera Gangguan pola tidur

(NANDA, 2015)
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Pemberian antipiretik bekerja secarasentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehingga set poin
hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas di atas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakan anak tidur gelisah, sering terkejut atau mengigau. Perhatikan
pula apakah mata anak cenderung melirik keatas atau apakah anak mengalami
kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya
bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam
keadaan demikian, catat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi
intelektual tertentu.
b. Memperhatikan aliranudara di dalam ruangan
c. Jalan napas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel-selotak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
e. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipatan paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh.
(Suriadi dan Yuliani, R., 2008)
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Biodata
a). Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b). Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
c). Catatan medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Panas dengan suhu diatas 37,8 C
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yangpernah diderita oleh
pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumahsakit): sejak kapan
timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam(misalnya:
mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah
menggigil, gelisah.
d. Riwayat kesehatan kelurga
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yangpernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
3. Pengkajian konseptual pola Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan sebelum dan sesudah sakit
b. Pola nutrisi metabolic sebelum dan sesudah sakit
c. Pola eliminasi, BAB dan BAK sebelum dan setelah sakit
d. Pola aktivitas dan latihan sebelum dan sesudah sakit
e. Pola kognitif proseptual sebelum dan sesudah sakit
f. Pola persepsi diri dan konsep diri sebelum dan setelah sakit
g. Pola peran dan hubungandengan orang terdekat, keluarga dan masyarakat
sebelum-sesudahsakit
h. Pola produksi seksual sebelum dan sesudah sakit
i. Pola koping dan toleransi stress, sebelumdan sesudah sakit
j. Pola nilai keyakinan sebelum dan sesudah sakit
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan kesadaran umum pasien
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
3) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala dan rambut : bentuk kepala, keadaan kepala (bersih/kotor/luka)

b) Mata : fungsi penglihatan, konjungtiva, sclera, pupil, reflek terhadap


cahaya, penggunaan alat bantu penglihatan
c) Leher : Pemeriksaan leher, inspeksi, palpasi
d) Pemeriksaan dada : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi

e) Abdomen: Pemeriksaan abdomen, inspeksi, auskultasi, palpasi,


perkusi.
f) Genetalia : Kebersihan, penggunaan alat bantu berkemih
g) Ekstremitas : pemeriksaan ekstremitas bawah dan ekstremitas atas
h) Integumen : Warna, turgor kulit, keadaan kulit

l. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit
perdarahan usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan
kreatinin harus dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi
adanya antibody di dalam darah terhadap antigen kuman
Salmonella typhi. Hasil positif dinytakan dengan adanya
aglutinasi. Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh karena
antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu
pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum
pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
d. Urinalis
Protein : bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi
penyulit
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan
vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum
diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk dan batuk.
Pemeriksaan kultur darah dan kultur "airan abnormal serta urin
diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari
pemeriksaan untuk setiap penyakit demam yang signifikan.

g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan
perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan
DNA probe yang spesifik. 5elebihan uji ini dapat mendeteksi
kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta
kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spe"imen yang digunakan
dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi
(Soedarto,2008)
b. Diagnosa
1. Hipertermia b.d proses penyakit
2. Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur
3. Ansietas b.d hospitalisasi

c. Intervensi Keperawatan
No Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan 1. Monotir TTV pasien 1. Untuk mengetahui
tindakan selama 3 X 24 2. Monitor warna dan kpndisi pasien dan
jam diharapkan suhu duhu kulit menentukan
tubuh pasien dalam 3. Anjurkan pasien untuk tindfakan
batas normal. Dengan memakai baju yang selanjutnya
kriteria hasil : tipis 2. Mengetahui
1. Suhu tubuh 4. Anjurkan pasien untuk perubahan panas
dalam rentang banyak minum 3. Menurunkan suhu
normal. 5. Berikan kompres tubuh pasien
2. Nadi dan RR hangat 4. Mempercepat
dalam batas 6. Edukasi keluarga penurunan suhu
normal pasien untuk mencegah tubuh
3. Tidak ada terjadinya menggigil 5. Mempercepat
perubahan 7. Kolaborasi dengan penguapan panas
warna kulit dokter dalam 6. Menjaga kondisi
pemberian antipiretik pasien agar
tetapstabil
7. Mempercapat
penurunan panas

2 Setelah dilakukan 1. Monitir kebutuhan 1. Untuk menentukan


tindakan selama 3 X 24 tidur pasien tindakan lebih lanjut
jam diharapkan pasien 2. Monitir waktu makan 2. Mneghindari susah
tidak mengalami dan minum dengan tidur
gangguan pola tidur. waktu tidur 3. Mempercepat proses
Dengan kriteria hasil : 3. Ciptakan lingkungan tidur
yang nyaman 4. Meningkatkan
pengetahuan

1. Jumlah jam 4. Jelaskan pentingnya 5. Mnegatur pola tidur


tidur dalam tidur yang adekuat pasien
batas normal 6- 5. Diskusikan dengan
8 jam/hari pasien dan keluarga
2. Pola tidur, tentang teknik tidur
kualitas dalam pasien
batas normal
3. Perasaan segar
sesudah tidur
atau istirahat
4. Mampu
mengidentifikas
i hal-hal yang
meningkatkan
tidur
3 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui TTV
tindakan selama 3 X 24 2. Kaji tingkat kecemasan pasien
jam diharapkan 3. Anjurkan pasien untuk 2. Menentukan tingkat
pasiendapat mengungkapkan kecemasan untuk
menurunkan stress, kecemasannya menentukan
emosional, ketakutan. 4. Instruksikan pasien tindakan yang tepat
Dengan kriteria hasil : menggunakan teknik 3. Mengurangi cemas
1. Pasien mampu relaksasi 4. Mengurangi cemas
mengidentifikas 5. Kolaborasi dengan 5. Pengetahuan yang
i dan dokter untuk cukup tentang
mengungkapkan menjelaskan kondisi kondisinya akan
gejala cemas kesehatannya mengurangi cemas
2. Postur tubuh
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
3. TTV dalam
keadaan normal

d. Implementasi
Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan intervensi yang telah
disusun
e. Evaluasi
Dilakukan setelah melakukan implementasi keperawatan kepada pasien dan sudah
terlihat bahwa masalah pada pasien sudah teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin. 2008. Hand Book Of Pathofisiologi. Jakarta : EGC

Muscari, Mary E. 2010. Panduan Belajar Keperawatan dasar. Jakarta : EGC

Nanda NIC NOC. 2015. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis .


Yogyakarta:Media action

Ngastiyah. 2009. Perawatan Febris. Jakarta : EGC.

Robert, 2008, Penyakit-penyakit, Artikel diakses dari ww.who_pediatric.com

Suriadi dan Yuliani, R., 2008, Asuhan Keperawatan Pada OrangDewasa, CV.
Sagung Seto, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai