Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

A. DEFINISI
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian
yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan,
ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat
termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang diproduksi
oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang. Dalam
keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan
suhu dalam tubuh. (Ngastiyah, 2010)
Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi atau
bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya menjadi pertanda
bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011).
Demam bukan merupakan penyakit melainkan reaksi yang
menggambarkan adanya suatu proses dalam tubuh. Saat terjadi kenaikan
suhu, tubuh bisa jadi sedang memerangi infeksi sehingga terjadi demam atau
menunjukan adanya proses inflamasi yang menimbulkan demam (Arifianto,
2012).

B. ETIOLOGI
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam antara
lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi menjadi
3 yaitu:
1. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam
berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan pharingitis).
2. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya
penyakit autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu
sendiri).
3. Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara
terlalu panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari.
Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak adalah
demam akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry & Marendra, 2010).

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
(Nurarif & Kusuma, 2013)

D. KLASIFIKASI FEBRIS
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain adalah:
1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan mengigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit


tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas. (Nurarif & Kusuma, 2013)
Menurut beberapa definisi tentang febris di atas, dapat disimpulkan
bahwa febris adalah peningkatan abnormal suhu badan minimal 38 0C
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak
dalam hipotalamus anterior.

E. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan sel point,
tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan
tetapi tidak disertai peningkatan set point (Julia, 2010)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau
zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen.Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang
bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi
imunologik terhadap benda asing (noninfeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ).
Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidak seimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
system kekebalan tubuh. Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa
menggigil atau krisis/flush.
Menggigil, bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari
tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari
kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya
memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.
Krisis/flush, bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan
mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada
nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Corwin, 2012)

F. PATHWAY

Infeksi zat asing masuk ke Merangsang sistem Melapaskan


dalam tubuh pertahanan pirogen
Dari dalam tubuh Dari luar tubuh
(pirogen endogen)
(pirogen eksogen)

Reaksi menaikkan Dirangsang pelepasan asam


suhu tubuh arakidonat & produksi Membawa pesan ke
prostaglandin meningkat hipotalamus

Pembuluh di arteri sempit


febris hipertermi Metabolisme basal meningkat
&sekresi kelenjar keringat
terhambat

Kekurangan volume cairan Oksigen ke otak menurun Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh

Kejang demam Ketidakefektifan perfusi


jaringan perifer

Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan
atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang
dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi
atau limfangiografi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit
perdarahan usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan ureum, eretinin LDL - HDL, kadar glukosa, blood urea
nitrogen dan kreatinin harus dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi.
Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu
dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan
terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit,
keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
d. Urinalis
Protein: bervariasi dari negatif sampai positif : bila meningkat
kemungkinan terjadi penyulit.
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina
harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan
untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan kultur
darah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk
mengetahui komplikasi yang muncul.

f. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan
perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA
probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang
terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan
(spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa
darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi (Soedarto, 2011)

H. KOMPLIKASI FEBRIS
Menurut Corwin (2010), komplikasi febris diantaranya:
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam

I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
4. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
5. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
6. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)
7. Pemeriksaan fisik
8. Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
9. Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi sensori
2) Sistem persyarafan: kesadaran
3) Sistem pernafasan
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem gastrointestinal
6) Sistem integument
7) Sistem perkemihan
10. Pada fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolism
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
11. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
2) USG

b. Diagnosa Keperawatan
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer hipovolemia
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan yang menurun.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan
dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi
yang tidak adekuat.

c. Intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi
Tujuan :
Suhu tubuh dalam batas normal (36.5º).
Kriteria hasil:
1) Suhu dalam batas normal
2) Bebas dari kedinginan
3) Tidak mengalami komplikasi
Intervensi :
1) Pantau suhu pasien (derajad dan pola), perhatian menggigil/
diaphoresis
2) Berikan kompres air hangat untuk merangsang penurunan panas
atau demam
3) Kolaborasi memberikan antipiretik
2. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan intake tidak
adekuat dan diaporesis
Tujuan :
Defisit volume cairan dapat diatasi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Intervensi :
1) kaji masukan dan haluaran cairan,
2) kaji tanda-tanda vital pasien,
3) ajarkan pasien pentingnya mempertahankan masukan yang adekuat
(sedikitnya 2000 ml / hari, kecuali terdapat kontra indikasi penyakit
jantung atau ginjal),
4) kaji tanda dan gejala dini defisit volume cairan (mukosa bibir
kering, penurunan berat badan).
5) Timbang berat badan setiap hari.

3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Berat badan normal, nafsu makan ada / bertambah.
Intervensi :
1) timbang berat badan pasien setiap hari
2) jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat beri diet lunak,
3) ajarkan pasien untuk makan sedikit tapi sering,
4) pertahankan kebersihan mulut dengan baik,
5) sajikan makanan dalam bentuk yang menarik
4. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
Tujuan :
cemas hilang
Kriteria hasil :
1) klien dapat mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan dan
menurunkan suhu tubuh
2) klien mau berpartisipasi dalam setiap tindakan yang dilakukan
3) klien mengungkapkan penurunan cemas yang berhubungan dengan
hipertermi, proses penyakit
Intervensi :
1) Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki klien
mengenai hipertermi
2) Berikan informasi yang akurat tentang penyebab hipertermi
3) Validasi perasaan klien dan yakinkan klien bahwa kecemasam
merupakan respon yang normal
4) Diskusikan rencana tindakan yang dilakukan berhubungan dengan
hipertermi dan keadaan penyakit

DAFTAR PUSTAKA
Muscari, Mary E. 2009. Panduan Balajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Robert, 2009, Penyakit – Penyakit Tropis, Artikel diakses dari
Julia Klaartje Kadang, SpA (2010). Metode Tepat Mengatasi Demam.
Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Soedarto, 2011, Sinopsis Kedokteran Tropis, Surabaya: Airlangga Universitas
Press,
Corwin. 2012. Hand Book Of Pathofisiologi. Jakarta:EGC
Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai