Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

A. Definisi
Febris adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkandian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalumus anterior.Suhu tubuh normal daptdi pertahankan
ada perubahan suhu lingkungan.Karena adanya kemampuan pada pusat
termogulasi untuk mengatur keseimbangan antra panas yang di produksi
oleh jaringan khususnya oleh otot dan hati dengan panas yang hilang
dalam keadaan febris,keseimbangan tersebut tergeser hingga terjadi
peningkatan suhu dalam tubuh ( Ngastiyah,2020).
Demam (febris) adalah suhu rectal yang lebih dari 380C (100,4
0F). suhunormal dapat berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara
36,1 0C-380C (970F-100,4oF).(Robert, 2019)
B. Etiologi Demam
Demam Menurut (PPNI, 2017) penyebab hipertermia yaitu
dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit (infeksi dan kanker),
ketidaksesuain pakaian dengan lingkungan, peningkatan laju metabolisme,
respon trauma, aktivitas berlebihan, dan penggunaan incubator.
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma).Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam antara lain: ketelitian pengambilan
riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta
penunjang lain secara tepat dan holistik (Nurarif, 2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan
karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015). Demam sering disebabkan
karena; infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, sinusitis,
bronchiolitis, pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi vostomatitis,
gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis,
bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam. Menurut Febry dan Marendra (2016) penyebab demam
dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan
demam berdarah) dan infeksi bakteri (demam dan pharingitis).
b) Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya
penyakit autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh
itu sendiri).
c) Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu
udara terlalu panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari.
Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak
adalah demam akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry &
Marendra, 2016).
Klasifikasi Demam Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah
sebagai berikut :
a. Demam Septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas
normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam Remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam Intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini
terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
d. Demam Continue Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda
lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam Siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa
hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan
suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk
malaria
C. Patofisiologi Demam
Demam Menurut Potter dan Perry, 2011 menjelaskan bahwa
demam secara patofisiologi adalah peningkatan thermoregulatory set poin
dari pusat hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin-1 (IL-1).
Sedangkan secara klinis demam adalah peningkatan suhu tubuh 10C atau
lebih besar diatas nilai rerata suhu normal. Suhu normal pada anak dimana
jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal berkisar dari 35,5°C
– 37,5°C. Ketika terjadi perubahan suhu tubuh, seperti suhu tubuh
menurun kurang dari 1°C dibawah suhu normal disebut dengan hipotermia
ataupun naik lebih dari 1°C dari suhu normal disebut dengan hipertermi
atau demam.
Demam terjadi karenan adanya suatu zat yang dikenal dengan
nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam.
Pirogen terbagi menjadi dua, yaitu Pirogen eksogen dan pirogen endogen.
Pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seutuhnya. Salah satu
pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan
oleh bakteri garam negative. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen
endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien.
Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit,
neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen
endogen jika terstimulasi.
Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan
panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebih sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Suhu adalah perbedaan antara jumlah panas yang
dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Mekanisme kontrol suhu inti (suhu dalam jaringan) tetap sama walaupun
suhu permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit dan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Karena perubahan tersebut, suhu normal
pada manusia dimana jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal
berkisar dari 36,5 – 37,5 °C (Potter & Perry, 2011).
D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
E. Pathway
F. Penatalaksanaan Demam
1. Secara Fisik
a) Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara
berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering
terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak
cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-
kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat
rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai
oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
e) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknya
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar
cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
f) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya
suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh
digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol
dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
h) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat
suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka
suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan
bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan
luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori
kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari
tubuh.
1. Pengkajian
a. Identitas meliputi :nama,tempat,tanggal lahir,umur,jenis
kelamin,nama orang tua,pekerjaan orang
tua,alamat,suku,bangsa,agama.
b. Keluhan utama yang biasanya menderita febris mengeluh suhu
tubuh panas lebih >37,5°C,berkeringat,mual/ munta
c. Riwayat kesehatan sekarang pada umumnya di dapatkan
peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°gejala febris yang biasanya
yang akan timbul menggigil,mual munta,berkeringat,napsu
makan berkurang,gelisah,nyeri otot dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu pengkajian yang di tanyakan apabila
klien pernah mengalami penyakit sebelumnya
e. Riwayat kesehatan keluarga penyakit yang pernah di derita oleh
kelurga baik itu penyakit keturunan ataupun penyakit
menular,ataupun penyakit yang sama.
f. Genogram petunjuk angota keluarga klien
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran meliputi:
Prenatal,natal,kosnatal,serta data pemberian imunisasi pada
anak
h. Riwayat sosial pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan
sosial klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman biasa dengan klien febris
mengalami napsu makan,dan susu untuk makan
sehingga kekurangan asupan nutrisi.
2) Pola tidur biasa klien dengan febris mengalami
susah untuk tidur karena klien merasa gelisah dan
berkeringat
3) Mandi
4) Eliminasi klien febris biasnya susah buang air
besar dan juga bisa mengakibatkan terjadi
konsistensi BAB menjadi cair
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermia bergubunganb dengan proses penyakit di tandai dengan
suhu tubuh di atas nilai normal (D.0130)
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ( D.00563)
3) Gangguan pola tidur berhbungan dengan kurangnya kontol tidur
( D0055)
4) Defisit nutrisi berhububgan dengan penurunan intake
makanan,tidakmampuan mengapsobsi nutrisi(D.0019)
5) Ansietas ( kecemasan pada orang tua berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi ( D.0080)
2. a) Data subyektif
yang ditanyakan,
meliputi:
3. 1) Identitas pasien
meliputi: nama,
usia, pendidikan,
pekerjaan,
4. agama dan alamat
5. 2) Keluhan utama
yang dirasakan oleh
pasien saat ini
6. 3) Riwayat
penyakit/keluhan
yang sekarang
dirasakan atau yang
7. berhubungan
dengan sakit yang
diderita sekarang
8. 4) Usaha
pengobatan yang teah
dilakukan untuk
mengatasi keluha
9. a) Data subyektif
yang ditanyakan,
meliputi:
10. 1) Identitas pasien
meliputi: nama,
usia, pendidikan,
pekerjaan,
11. agama dan alamat
12. 2) Keluhan utama
yang dirasakan oleh
pasien saat ini
13. 3) Riwayat
penyakit/keluhan
yang sekarang
dirasakan atau yang
14. berhubungan
dengan sakit yang
diderita sekarang
15. 4) Usaha
pengobatan yang teah
dilakukan untuk
mengatasi keluha
16. Data subyektif
yang ditanyakan,
meliputi:
17. 1) Identitas pasien
meliputi: nama,
usia, pendidikan,
pekerjaan,
18. agama dan alamat
19. 2) Keluhan utama
yang dirasakan oleh
pasien saat ini
20. 3) Riwayat
penyakit/keluhan
yang sekarang
dirasakan atau yang
21. berhubungan
dengan sakit yang
diderita sekarang
22. 4) Usaha
pengobatan yang teah
dilakukan untuk
mengatasi keluha
23. Data subyektif
yang ditanyakan,
meliputi:
24. 1) Identitas pasien
meliputi: nama,
usia, pendidikan,
pekerjaan,
25. agama dan alamat
26. 2) Keluhan utama
yang dirasakan oleh
pasien saat ini
27. 3) Riwayat
penyakit/keluhan
yang sekarang
dirasakan atau yang
28. berhubungan
dengan sakit yang
diderita sekarang
29. 4) Usaha
pengobatan yang teah
dilakukan untuk
mengatasi keluha
DAFTAR PUSTAKA
Fadli, F., & Hasan, A. (2018). Pengaruh kompres hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien febris. JIKP Jurnal Ilmiah
Kesehatan PENCERAH, 7(2), 78-83.
Nuratif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Apilkasi Asuhan kepeperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta:
Mediaction.
Perry Potter, (2011). Fudemental keperawatan, Buku edisi 7. Jakarta :
Salamba Medika
Saputra, R. K., Majid, R., & Bahar, H. (2017). Hubungan Pengetahuan,
Sikap dan Kebiasaan Makan dengan Gejala Demam pada
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Vol.
2, No. 6, Hal. 1-7. ISSN: 250-731X.

Anda mungkin juga menyukai