LAPORAN PENDAHULUAN
(OBS. FEBRIS)
Disusun Oleh:
Yuda Badari Adhika
5023031153
B. Klasifikasi febris
Klasifikasi Menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada
pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadangkadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria.
C. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen,
keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam
Thobroni, 2015).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya:
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
D. Tanda Gejala
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
E. Komplikasi
1. Dehidrasi : demam ↑ penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayan otak .
3. Takikardi, Insufisiensi jantung, Insufisiensi pulmonal
F. Patofiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam
tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non
infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat
pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag
dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang
berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal
sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk
mencapai suhu baru.
Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan
mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Guyton, 2010)
G. Pathway
Pemeriksaan laboratorium
Darah dan urine
Pemeriksaan feses
Malaria smear
Rapid diagnostik test (RDT)
Bacterial smear
Kimia darah
I. Penatalaksaan medis
Pada keadaan hipepireksia ( demam ≥ 41 °C ) jelas diperlukan penggunaan obat – obatan antipiretik. Ibuprofen mungkin aman
bagi anak – anak dengan kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan lama kerja yang serupa dengan kerja
asetaminofin.
1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua, perkerjaan orang tua,
alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas > 37,5 °C, berkeringat,
mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang
biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan
sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah mengalmi penyakit sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun
penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
f. Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada anak.
h. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan sehingga
kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien merasa gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab
menjadi cair.
j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta tinggi badan
2) Tanda – tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i Head to toe
a) Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
b) Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
c) Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak,
biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan
bising usus bising usus normal pada bayi 3 – 5 x
f) Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam
g) Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
h) Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.
i) Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan biasanya
kesadarannya gelisah, apatis atau koma
j) Pemeriksaan tingkat perkembangan
(1) Kemandirian dan bergaul Aktivitas sosial klien
(2) Motorik halus Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya : memindahkan benda dari tangn satu
ke yang lain, mencoret – coret, menggunting
(3) Motorik kasar Gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga
(4) Kognitif dan bahasa Kemampuan klien untuk berbicara dan berhitung
k) Data penunjang Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan biasanya leokosit nya >
10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun. Data pengobatan Biasanya diberikan obat antipiretik
untuk mengurangi shu tubuh klien, seperti ibuprofen, paracetamol (Yahya, 2018)
K.
L. Diagnosis kepeawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan laju metabolisme Dibuktikan dengan Ibu pasien mengatakan demam hilang timbul, Ibu
pasien mengatakan demam timbul malam atau sore hari, S: 37,8OC, N: 132x/Menit, Kulit teraba panas, Mukosa bibir kering,
Tampak lelah, Akral teraba dingin
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme dibuktikan dengan Ibu pasien mengatakan badan
lemas dan badan kurus, pasien tampak lemas, BB 30 Kg
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan Ibu pasien mengatakan anak tampak lemah dan
terus tertidur, Pasien nampak lemah, Nadi 132x/Menit, Pernapasan 30x/menit, Tampak pucat sianosis.
M. Intervensi keperawatan
N. Evaluasi keperawatan
3. Senin/ Intoleransi aktivitas berhubungan dengan S: Ibu pasien mengatakan anak tampak lemah dan terus
tertidur
25-03-2023 kelemahan dibuktikan dengan
O:
Ds: - Pasien nampak lemah
- Nadi 132x/Menit
- Ibu pasien mengatakan anak tampak
- Pernapasan 30x/menit
lemah dan terus tertidur
- Tampak pucat sianosis
A: Masalah intoleransi aktivitas teratasi
Do:
P: Intervensi dihentikan.
- Pasien nampak lemah
- Nadi 132x/Menit
- Pernapasan 30x/menit
- Tampak pucat sianosis
Daftar Pustaka
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap penunrunan suhu
tubuh anak demam usia 1 – 3 tahun di SMC RS Telogorejo Semarang.
Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
M .Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek. Yogyakarta :
Arr-Ruzz Media
Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko Suryani, (2018) Penerapan
Kompres Hangat Pada Anak Demam Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Nyaman Di Rsud Sleman. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan
Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami demam
Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan -
Volume 4, No. 1, 45. Diakses dari
Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94
Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris Di
Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinnggi Tahun
2018 .Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska%20damayanti. Pdf
Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU PRESS 2012