Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

Disusun Oleh :

Dhifa Nur Alifah

22021028

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO
BOYOLALI
2024
A. Definisi
Febris adalah istilah medis untuk demam. Seseorang dikatakan mengalami
febris saat suhu tubuhnya melebihi rentang suhu tubuh yang normal yaitu 36-37°C.
Febris sendiri bisa dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu subfebris, febris, dan
hiperpireksia. Febris sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan gejala dari penyakit.
Ada banyak gangguan kesehatan yang kemunculannya ditandai dengan demam,
terutama penyakit infeksi.
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat
– obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Menurut ( Tamsuri. 2015 ) Febris (panas) dapat didefenisikan keadaan ketika
individual mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh terus menurus
lebih dari 37,8 °C peroral atau 37,9°C perrectal karena faktor eksternal.
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik

B. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak,
koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat


berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi vostomatitis,
gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis, bakterimia, reaksi
imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi, 2014).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu
diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam
serta keluhan dan gejala yang menyertai demam. Sedangkan menurut Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,
diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora, mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O, antigen H dan
antigen VI (Lestari, 2016).
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

D. Klasifikasi
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

a. Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses


patologis.

b. Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada


makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena
induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat –
obatan.

c. Malignant Hyperthermia Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan


yang menyertai kekakuan otot karena anestesi total.

Tipe - tipe demam.diantaranya:

1. Demam Septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

2. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

3. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.

4. Demam intermiten Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia

5. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan
dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria.
Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas.

E. Patofisiologi
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basa.
Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka
simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan
lemak dalam tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak,
dan ini mengarah pada ketosis (Sacharin. 2015).
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran lobus
hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung, pembicaraan
menjadi inkoheren dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma
(Sacharin. 2015 ).

Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan
eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi
apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan. Pada pasien febris atau
demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan darah
lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya pada
Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami
peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui
penyebabnya, ( pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam
dan disertai batuk – batuk) ( Isselbacher. 2014 )
F. Pathways
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis
danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemerksaan status
generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong tokis atau
tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi terhadap
orang tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi. Pemeriksaan
awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses, pengembalian cairan,
Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung
jenis leokosit.

H. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


a. Medis

Pada keadaan hipepireksia ( demam ≥ 41 °C ) jelas diperlukan penggunaan


obat – obatan antipiretik. Ibuprofen mungkin aman bagi anak – anak dengan
kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan lama kerja yang serupa dengan
kerja asetaminofin.

b. Keperawatan

Pengelolaan pada penderita febris meliputi diagnosa keperawatan dan rencana


tindakan sebagai berikut: Diagnosa pertama yang muncul yaitu hipertemi yang
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh dari 37,8 °C peroral atau 38,8 °C perektal.
Diagnosa ini mempunyai tujuan yaitu : kaji tentang penyebab hipertemi, monitor
tanda – tanda vital, berikan kompres air hangat untuk merangsang penurunan panas
atau demam, anjurkan pasien untuk banyak istirahat, pantau dan pengeluaran, ajarkan
pentingnya peningkatan masukan cairan selama cuaca hangat dan latihan, jelaskan
kebutuhan untuk menghindari alkohol, kafein, dan makan banayak selama cuaca
panas, hindari aktivitas di luar ruangan anatara pukul 11.00 – 14.00, ajarkan tanda –
tanda awal hipertemi atau sengatan panas : kulit merah, sakit kepala, keletihan,
kehilangan nafsu makan, kaloborasi dalam pemeberian antipiretik. Diagnosa
keperawatan yang kedua muncul yaitu resiko defesit volume cairan yang ditandai
dengan dehidrasi peningkatan penguapan / evaporasi ( Doenges. 2014). Tujuan yang
hendak dicapai adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan, defisit volume cairan
dapat diatasi. Kriteria hasil yang diharapkan adalah mempertahankan cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Intervensinya yaitu kaji masukan dan haluan cairan, kaji tanda
– tanda vital pasien, ajarkan pasien pentingnya mempertahankan masukan yang
adekuat ( sedikitnya 2000 ml / hari, kecuali terdapat kontra indikasi penyakit jantung,
ginjal ), kaji tanda dan gejala dini defeisit volume cairan ( mukosa bibir kering,
penurunan berat badan ), timbang berat badan setiap hari. Diagnosa ketiga yang akan
muncul yaitu resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan penurunan
keinginan untuk makan ( anoreksi ) ( carpenito. 2015 ).
I. Pengkajian Fokus Keperawatan
- Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua,
perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
- Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Ditulis singkat dan jelas, ditulis dua atau tiga kata yang merupakan keluhan klien
meminta bantuan pelayanan kesehatan .
- Riwayat Kesehatan Sekarang
penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa kerumah
sakit, Untuk pembelajaran bila pengkajian dilakukan tidak bersamaan dengan saat
klien masuk rumah sakit , maka penjelasan pada riwayat penyakit sekarang
dilanjutkan sampai dengan saat mahasiswa melakukan pengkajian.
Penjelasannya meliputi : PQRST
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Diisi dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit
saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit
yang diderita klien saat ini, bila klien pernah menjalanin operasi, perlu dikaji tentang
waktu operasi, jenis operasi, jenis anestesi, kesimpulan akhir setelah operasi.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit
keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit yang
menular akibat kontak

J. Diagnosa Keperawatan

1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.


2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporsis.
K. Perencanaan

N Diagnosa Rencana Keperawatan


o. Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1 Hypertermia Setelah dilakukan tindakanPantau suhu klien (derajat dan pola)
b/d proses keperawatan selama….x 24 perhatikan menggigil/diaforsis
infeksi jam menujukan temperatur Pantau suhu lingkungan,
dalan batas normal dengan batasi/tambahkan linen tempat tidur
kriteria: sesuai indikasi
Bebas dari kedinginan Berikan kompres hangat hindri
Suhu tubuh stabil 36-37 C penggunaan akohol
Berikan miman sesuai kebutuhan
Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
2 Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan Kaji tanda-tanda komplikasi lanjut
b/d infeksi keperawatan selama ...... 24 Kaji status kardiopulmonar
mikroorganis jam anak bebas dari cidera Kolaborasi untuk pemantauan
me dengan kriteria: laboratorium: monitor darah rutin
menunjukan homeostatis Kolaborasi untuk pembereian antibiotik
tidak ada perdarahan
mukosa dan bebas dari
komplikasi lain

3 Resiko Setelah dilakukan tindakan Ukur/catat haluaran urine dan berat jenis.
kurang perawatan selama ….x 24 Catat ketidak seimbangan masukan dan
volume jam volume cairn adekuat haluran kumulatif
cairan b/d dengan kriteria: Pantau tekanan darah dan denyut jantung
intake yang tanda vital dalam batas ukur CVP
kurang dan normal Palpasi denyut perifer
deperosis nadi perifer teraba kuat Kaji membran mukosa kering, tugor
haluran urine adekuat kulit yang kurang baik dan rasa halus
tidak ada tanda-tanda Kolaborasi untuk pemberian cairan IV
dehidrasi sesuai indikasi
Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel
darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk selanjutnya adalah
pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang
telah di susun tersebut. Dalam pelakasaan implementasi maka perawat dapat melakukan
obesrvasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang akan di
lakukan.
Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakuakan
dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa, planning ). Dalam evaluasi
ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus
dimodifikasi.

Anda mungkin juga menyukai